Malam...., saya balik lagi membawa kelanjutan kisah ini.hehehe
Happy reading
---------------------------------------------Jonathan masih setia berada di sebelah istrinya, yang kini tengah berbaring. Dia tidak sedikit pun mengalihkan tatapannya dari wajah Cindy yang pucat, dan menanti mata itu terbuka. Wajah Jonathan tidak bisa menyembunyikan raut bahagia, dan rasa syukurnya atas keadaan istrinya sekarang. Senyum haru milik Jonathan selalu tersungging pada bibirnya.
Flashback on
"Raf...." Teriak Jonathan ketika melihat Rafael hendak memasuki lobi rumah sakit.
Rafael menoleh karena merasa namanya dipanggil. Begitu melihat orang yang memanggilnya, dia bergegas mengambilkan brankar untuk membaringkan Cindy yang di gendong oleh Jonathan. Rafael melihat wajah pucat, dan cemas Jonathan saat menggendong Cindy.
"Raf... tolong berikan pertolongan pada istriku," suruh Jonathan ketika Cindy telah di baringkan.
"Baik, Jo." Rafael dibantu para perawat yang berjaga di instalasi gawat darurat segera memeriksa keadaan Cindy.
Jonathan memerhatikan dengan saksama kinerja sahabatnya, juga perawat di rumah sakit miliknya dalam memberikan pertolongan kepada istrinya.
Tak memerlukan waktu lama untuk Rafael mengetahui keadaan rekan kerjanya. Dia menyuruh salah seorang perawat untuk memasangkan infus pada Cindy. "Istrimu tidak apa-apa, Jo. Dia hanya kelelahan, dan kurang beristirahat. Kamu tidak usah khawatir," ujar Rafael menenangkan sahabatnya. Sebenarnya dia ingin mengatakan sesuatu terkait dugaannya, namun dia akan meminta Victoria untuk memastikan dugaannya.
"Benarkah? Tadi dia tiba-tiba saja tak sadarkan diri. Apa tidak sebaiknya kamu melakukan rontgen, ct-scan, atau tindakan medis lainnya untuk mengetahui lebih jelasnya," balas Jonathan dengan kekhawatiran masih menghiasi benaknya.
Bola mata Rafael membesar mendengar ucapan sahabatnya yang dirasa berlebihan. Tidak mau membuat sahabatnya berang karena dibantah, akhirnya dia menurutinya. "Baiklah, nanti aku minta kepada salah satu dokter untuk memeriksanya lebih lanjut. Untuk saat ini, istrimu akan di pindahkan ke ruang inap agar dia bisa beristirahat." Rafael mengatakannya setenang mungkin.
"Baiklah...." Jonathan meninggalkan Rafael, dan berdiri di samping ranjang istrinya. "Angel... ada apa denganmu? Mengapa kamu tiba-tiba seperti ini?" tanya Jonathan sedih.
Rafael hanya menggelengkan kepala melihat sikap Jonathan. 'Ternyata Cindy benar-benar mengubah Jonathan menjadi melankolis, dan sangat takut kehilangan,' pikir Rafael sebelum meninggalkan pasangan suami istri tesebut.
***
Rafael bersama Victoria berjalan menuju ruangan Cindy berada. "Raf... meskipun aku sering melihat Tuan Smith, tapi aku masih kerap merasa takut melihat tatapan tajamnya," aku Victoria sebelum menjangkau ruangan Cindy.
"Nah..., oleh karena itu aku menemanimu memeriksa keadaan Cindy, untuk memastikan dugaanku," balas Rafael.
"Kamu memang rekan yang pengertian, dan perhatian, Raf..." ucap Victoria. Sambil berjalan dia mencuri kecupan pada pipi Rafael.
Rafael terkejut dengan tindakan Victoria, sehingga membuatnya menghentikan langkahnya. 'Sadarkah gadis itu dengan dampak perbuatannya?' batinnya.
"Raf... mengapa masih berdiri di situ, katanya mau menemaniku?" seru Victoria ketika melihat Rafael berdiri jauh di belakangnya.
"Ah... iya..., ayo." Rafael setengah berlari menjangkau tempat Victoria berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
RomanceSebagian besar part pada cerita ini di-unpublish, dan cerita yang lengkap sudah ada di playbook. *** Dulu hanya dia yang mengisi relung hatiku. Hanya dia yang berhak memiliki jiwa dan ragaku. Hanya dia yang berhak atas diri...