Ben's pov
Setiap hari adalah sama bagiku. It's just like a blank paper without ink. Seperti sebuah printer yang kehabisan tinta saat ingin memprint kertas. Aku menjalankan hari-hari dengan rutinitas yang sama. Aku adalah seorang pengusaha yang mendirikan kerajaan bisnis ku sendiri dengan perjuangan yang bisa dibilang tidak mudah. Sudah sering penolakan yang aku rasakan saat pertama kali merintis bisnis ku ini sampai bisa besar dengan nama yang akan membuat orang-orang melongo hanya dengan mendengar nama perusahaanku saja. Tentu saja aku memakai nama belakangku sebagai identitas kepemilikan ku yaitu Harbaugh Corporation atau Harbaugh Corp. Tinggal di penthouse mewah dengan 3 lantai yang memiliki 3 asisten rumah tangga dan 2 lelaki bertubuh kekar yang menjaga keamanan dirumah ku tentu saja. cctv yang dipasang disetiap sudut ruangan.Cukup sudah meceritakan sedikit kehidupanku.
Pagi hari sekitar pukul 6 pagi alarm membangunkanku. Aku bersiap berangkat ke kantor dengan stelan jas hitam, kemeja hitam dan dasi silver. oh dan tidak lupa celana panjang hitam yang pas di tubuhku.
"Mobil anda sudah siap tuan" ucap supir pribadi ku yang bernama Robert.
"Aku akan siap 10 menit lagi" lantang dan nada tegas tidak pernah hilang dari suaraku seperti sudah melekat dalam pribadiku.
"Oh jangan lupa beritahu asisten ku bahwa setelah makan siang aku akan pergi meeting ke Singapore dan siapkan dokumen yang harus aku bawa" Ben menambahkan perintahnya.
"Baik Tuan"
Kate's Pov
"Arghhhhhhhhhhh" Teriak Kate dipagi hari.
Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan untuk membiayai hidupku. Setelah dipecat oleh boss ku kemarin rasanya dunia ini seperti runtuh. Aku lulusan sarjana jurusan economic business universitas swasta terkenal di Jakarta. tentu aku kuliah bukan pakai uang orang tua ku, tetapi aku kuliah karena beasiswa, orang tua aku hanya mampu membiayai kuliah ku di universitas biasa. Karena aku keras kepala ingin kuliah di universitas yang bisa dipandang orang. Tekad ku bulat dan tidak tergoyahkan. Aku berani tinggal seorang diri di singapore dan menyewa apartement yang sangat kecil dan hanya cukup untuk aku seorang diri. Pagi ini aku bersiap untuk melamar kerja lagi.
Perasaan gugup ketika memasuki perkantoran luas dan mewah ini. Terdiri dari 56 lantai yang didesain sangat nyaman.
"BUGGGGGGGGG"
Dada bidang yang aku tubruk persis didepanku, aku berani menoleh ke atas melihat wajah pria yang aku tubruk. Sungguh membuat jantungku seperti terlempar dari atap gedung ini. Hidung mancung terpahat sempurna, Kulit maskulin kecoklatan dan sangat gagah menggunakan kacamata hitam.
"Sorry" hanya kata itu yang aku ucapkan tatkala melihat wajahnya.
Tetapi dia hanya mengacuhkan ku dan berjalan ke arah lift meninggalkan ku yang melongo. Oh shit dia menganggap ku tidak ada.Tersadar bahwa aku juga harus naik lift untuk bertemu dengan manager HRD.
KAMU SEDANG MEMBACA
my incredible one
RomanceSebuah cerita yang menceritakan tentang kesetiaan seorang lelaki yang sangat sulit ditemukan pada pria metroseksual zaman sekarang. Pengkhianatan yang diterima memberikan luka mendalam yang sulit dibalut oleh apapun juga. Begitulah kehidupan Ben Jo...