Sebuah cerita yang menceritakan tentang kesetiaan seorang lelaki yang sangat sulit ditemukan pada pria metroseksual zaman sekarang. Pengkhianatan yang diterima memberikan luka mendalam yang sulit dibalut oleh apapun juga. Begitulah kehidupan Ben Jo...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
satu lift dengan pria seksi membuat aku membayangkan bagaimana rasanya menghabiskan malam bersamanya. ulalalalala....
aku harus membuang pikiran ini. jujur saja aku banyak dikagumi pria-pria tetapi karena selera ku terlalu tinggi dan selalu menseleksi lelaki yang mendekatiku.
Pintu lift terbuka tepat dilantai 30 dan aku melangkan keluar. Tetapi pria seksi itu yang entah namanya siapa, langsung menutup pintu liftnya tanpa sedikit pun memandangku. Aku memiliki tubuh yang cukup seksi untuk wanita asia,tinggi 160cm, mata bulat, alis tebal, hidung mancung, bibir tipis dan ukuran bra ku 32 C. Upss cukup padat bukan? oh iya bokong ku pun sering membuat lelaki tergiur dan sulit melepaskan pandangannya melihatku.
Pupus sudah harapanku terhadap pria itu.
"Nona Cathlyn?" wanita didepanku membuyarkan lamunanku.
"Ya"
"Anda ditunggu Mr. Jerry diruangannya, mari saya antarkan keruangan beliau"
Sampai sudah dipintu transparan yang harus masuk menggunakan kode akses khusus.
"Selamat pagi Mr.Jerry" Sapa ku sopan seraya berjabat tangan dengan pria yang ternyata masih dibilang muda sekitar 30 an.
"Nona Cathlyn silakan duduk"
"Saya sudah mereview cv yang kau kirimkan secara online, berhubung hari ini ada pemilik perusahaan yang kebetulan datang, maka karyawan yang ingin diinterview hari ini harus bertemu dengan beliau secara langsung" Penjelasan manager HRD ini membuat jantungku semakin kencang.
"Bisakah anda saja yang menginterview saya hari ini? ku mohon"
"Maafkan saya nona, ini permintaan pemilik perusahaan. Saya tidak berani melawan perintah diperusahaan ini"
Aku diantarkan keruangan sang pemilik perusahaan di lantai paling atas yaitu lantai 56.
Aku langsung mengetuk pintu besar dihadapanku. Pintu bergerak tanda kode akses memasuki pintu ini terbuka.
"Selamat pagi Tuan, saya Cathlyn yang sudah janji untuk diinterview"
Sang pemilik perusahaan membalikkan kursinya dan menatap langsung ke mataku. Bola mata coklat itu seperti menyimpan sesuatu yang berat, sekalipun terlihat sempurna dari luar.
Dag. Dig. Dug. Ya inilah bunyi jantungku. Aku hanya berharap, Tuan bermata cokat depan ku tidak mendengar kerasnya jantung ku berbunyi...