Bab 10. Jawaban Guang Li

46.3K 4.3K 118
                                    

Author Playlist : Xin Yi Xin Yuan - Cecilia Cheung

***

I want to control myself
I won't let anyone see me cry
Pretend that I don't care about you; I don't want to think of you
I blame myself for not having courage
My heart hurts until I can't breathe
I can't find the traces you've left behind 

***

Enjoy!

.

.

.




Saat ini tidak ada yang diinginkan Long Wei selain wilayah Kerajaan Angin yang subur dan makmur. Kaisar muda berusia dua puluh tiga tahun itu hampir memiliki semua, dan apa yang dimilikinya akan menjadi lengkap jika tanah makmur yang kini tengah diinjaknya ini menjadi miliknya.

Mungkin dengan begitu ia akan merasa puas. Mungkin dengan memiliki Kerajaan Angin maka hasratnya untuk terus berperang akan sirna. Mungkin dengan memiliki Kerajaan Angin yang dulu sering dielu-elukan oleh gadis kecil itu maka akan membuatnya berhenti mencari kebahagiannya? Entahlah. Hingga saat ini Long Wei sendiri tidak yakin akan jawabannya. Dia akan tahu setelah memiliki Kerajaan Angin dalam genggamannya, namun karena ide bodoh dari Perdana Menterinya, ia harus bersabar.

Tunggu hingga waktu yang tepat.

Long Wei gemeretak, merasa kesal saat ucapan Perdana Menterinya kembali terngiang-ngiang di telinganya.

"Satu hari lagi kita akan sampai di ibu kota Kerajaan Angin, Yang Mulia!" Wen Cheng berkata penuh hormat dengan kepala tertunduk dalam. Setelah melakukan perjalanan selama kurang lebih dua minggu, rombongan mereka yang berjumlah sepuluh orang kembali mengistirahatkan diri, kali ini di tepian sungai di kaki Gunung Heng yang subur.

Long Wei tidak langsung menjawab, tatapannya terarah lurus pada nyala api unggun yang menyala di hadapannya. "Kau harus ingat, saat di wilayah Kerajaan Angin kau harus memastikan semua prajuritmu untuk memanggilku Zhong Wei," ucapnya tanpa ekspresi namun penuh penekanan. "Aku tidak akan segan-segan membunuh kalian jika penyamaranku terbongkar!" tambahnya dengan nada mengancam.

"Hamba mengerti, Yang Mulia!" jawab Wen Cheng tenang, sebelum berbalik, meninggalkan Long Wei yang memintanya untuk pergi, meninggalkannya seorang diri.

***

"Panglima Liu, apa kau merasa bosan?" tanya Chao Xing tiba-tiba, membuat Guang Li mengernyitkan dahi. "Maksudku, kau harus menerima tugas tidak penting ini," terang Chao Xing. Keduanya saat ini berjalan santai, menyusuri jalanan ibu kota yang begitu sibuk, sore ini.

"Sudah menjadi tugas hamba untuk menjaga Anda, Tuan Putri," jawab Guang Li membuat Chao Xing menghela napas panjang dan tersenyum tipis.

Chao Xing berhenti sejenak, menatap lurus Guang Li yang untuk seperkian detik membeku di tempat, terlalu kaget karena untuk pertama kalinya ia ditatap dengan begitu intens oleh seorang wanita. "Bakatmu terlalu besar, Panglima Liu," ujarnya mengejutkan Guang Li. "Tidak seharusnya kau terjebak bersamaku," lanjut Chao Xing sebelum kembali berjalan dengan tenang.

"Hamba tidak mengerti," ujar Guang Liu membuat Chao Xing kembali tersenyum tipis. "Apa hamba sudah membuat kesalahan?"

Chao Xing menggelengkan kepala pelan. "Tidak," jawabnya merdu. "Akulah yang sudah membuat kesalahan," lanjutnya membuat Guang Li bertambah bingung. "Karena keegoisanku aku membuat bakatmu menguap sia-sia," ujarnya terdengar merasa bersalah. "Seorang berbakat sepertimu seharusnya berada di samping kakak pertama, atau kakak-kakakku yang lainnya—"

TAMAT -  CHAO XING (朝兴)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang