2 - Roses

5 0 0
                                    

Shal menaruh tas-nya tepat disebelah meja belajarnya. Ia menghela napas saat melihat kamarnya yang cukup berantakan ini. Tadi malam, Shal memang sibuk mencari - cari sesuatu.

Tok! Tok! Tok! Ketukan pintu 3 kali terdengar. Shal langsung membukakan pintu. Jadi, di pintu kamar Shal terpampang tulisan "Ketuk 3 kali jika darurat, ketuk 2 kali jika ingin masuk (berlaku juga bila tidak ada Shal), ketuk 1 kali jika ingin Shal keluar dari kamar."

"Ada apa?" tanya Shal pada adiknya, Skate.

"Pacar lo di depan, tuh,"

Pacar? Dirinya tidak tahu kalau punya pacar. Satu orang yang terlintas di pikiran Shal adalah Julian, tapi mana mungkin?

Shal langsung menuju ke bawah dan mengintip di jendela. Seorang cowok dengan jaket kulit hitam, rambut acak - acakan, celana ripped jeans warna hitam dipadu dengan sepatu kets warna hitam juga terpampang di depan rumahnya.

"Ini rumah bukan kuburan," ucap Shal.

"Lebih kerasa seperti kuburan bagi gue,"

Shal melotot kepada Julian. Ini anak ngomong seenaknya aja.

"Motor lo, dimana?" tanya Shal lagi. Bodoh. Kenapa jadi kelihatannya Shal yang ingin melanjutkan pembicaraan? Toh, Julian yang dateng sendiri kesini.

"Gue, abis kena begal, Shal,"

"Demi apa?!?!?!? Ya ampun Julian! Lo kena begal dimana?"

"Biarin gue masuk dulu, nanti gue ceritain,"

Shal baru ingat. Daritadi ia dan Julian berada diantara pagar rumahnya. Ia buru - buru membukakan pintu dan Julian pun langsung masuk.

Sekarang mereka ada di ruang tamu. Julian duduk dan memerhatikan isi rumah Shal. Julian pun sadar kalau daritadi Shal sudah dengan posisi siap mendengarkan ceritanya.

"Motor gue, dicuci,"

"Bangsat lo! Lo gunain itu biar bisa masuk rumah gue?!"

"Makanya jadi orang jangan polos - polos amat," ejek Julian. Satu bogeman keras mendarat di wajah Julian. "Anjir, lo cewek atau cowok sih?"

"Gue belajar boxing," sinis Shal. "Pulang lo sana,"

"Shallaze, lo mau gue traktir sushi atau kata maaf dari mulut gue?"

"Sushi," jawab Shal cepat.

"Kok engga kata maaf?"

"Buat apa? Toh, nanti lo lakuin lagi kan,"

Julian memandang Shal dengan saksama. Menyaksikan keindahan yang Tuhannya ciptakan. Bahagia itu sederhana. Enggak perlu muluk - muluk. Perbincangan kecil dengan wanita yang memegang hatinya tanpa usaha, dan tanpa ia sadari saja, sudah mencegah niatannya meminum sebotol alkohol malam ini.

---------

"Lah, Jul, kok lo nggak minum nih? Sisa banyak, anjir," tanya Randy dengan muka kepo-sedikit-kecewa.

Suasana malam di apartemen Julian memang selalu seperti ini. Teman masa kecilnya, Randy dan Yudha pasti akan menginap di apartemennya. Menghabiskan malam dengan berbagai kegiatan yang kebanyakan negatif.

"Gue udah bilang kan, gue minum kalau lagi suntuk aja,"

"Wah apa nih yang bikin lo nggak suntuk?" tanya Yudha sambil menyisir rambut gondrong nya ke belakang.

"Jangan bilang ke kita kalau karena cewek, bro," tambah Randy.

"Memang karena cewek,"

Begitu Randy ingin menanyakan lebih lanjut lagi, handphone nya berdering dan nama 'Pacar ke 5' muncul di layar.

"Halo, sayang... Iya, aku lagi di Bandung... Aku nginep di apartemen Jul kok... Ya, nanti aku lihat jadwal aku dulu... Oke, udah ya? Good night..." Klik. Randy mematikan hpnya.

"Lah lo masih sama Andin? Gue kira kalian udah putus," tanya Yudha.

"Kenapa, Yudh? Mau sama Andin? Gih ambil... Kalian berdua kalau mau cewek gue, bilang aja, nanti gue bakal tinggalin,"

"Ran, Ran, kurang - kurangin tuh," ucap Julian.

"Gue pegang ye kata - kata lo, Ran," kata Yudha, serius.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A L M O S TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang