Part 10

29 7 0
                                    

Hallohaaa 😍
Baru sempet update, karna akhir-akhir ini sibuk dengan urusan sendiri wkwkwk 😂
Happy reading guys, jangan lupa tinggalin jejak yaa ❤️ 😘

_____

Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu. Begitu seterusnya, sampai dua minggu ini.
Dua minggu sudah Dita lalui hari tanpa Randi. Dita pernah membaca, survei membuktikan, seseorang dapat melupakan mantan kekasihnya dengan waktu setengah dari lama mereka berpacaran.

Awalnya Dita tidak percaya itu. Tetapi sekarang, ia sangat setuju dengan survei itu. Bahkan ia terlibat.
Di balik itu, pasti ada usaha juga dari Dita. Ia memblokir semua akun sosial media milik Randi dan Riska. Hal yang biasa anak muda lakukan saat putus cinta.

Ia memandangi cangkir kopi yang dipesannya 15 menit yang lalu, yang kini isinya tersisa setengah cangkir.
Sekarang, ia di Retro Cafe. Sesuai dengan namanya, cafe tersebut memperlihatkan nuansa retro nya. Pintu terbuat dari kayu, jendela dengan frame dari kayu yang sengaja dibuat keropos, dan ada hiasan caping-caping di dinding. Dindingnya pun dibuat berwarna kecoklatan, menambah kesan retro nya dengan diiringi pemain musik orkes.

Dinginnya udara dan gerimis di luar, membuatnya betah berlama-lama di cafe itu. Hal yang ia lakukan hanya memandang keluar, dan menyeruput kopi hitam manisnya. Ia lebih suka kopi tanpa susu. Hanya kopi dan gula saja.

'Pasangan kopi hanya gula. Tidak ada pihak ketiga, termasuk susu sekalipun.'

Quote yang selalu melekat di pikiran seorang Dita Azami.

Dita memandang jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 8 malam, tapi Salsa belum muncul juga. Yap, Salsa meminta Dita untuk bertemu di cafe ini. Bahkan Salsa sudah booking tempat duduk untuk mereka. Tempat duduknya berada tepat di depan pemain musik. Sebenarnya Dita sedikit bingung juga, kenapa Salsa memilih Retro Cafe sebagai tempatnya. Padahal tempat ini dipenuhi dengan keromantisan dan banyak pasangan anak-anak muda.

Namun Dita tak terlalu mempermasalahkan itu. Senyumnya sekarang mengembang. Mengingat sebuah nama-Devan.

"Coba aja kalo lo di sini, Dev."

Beberapa detik kemudian...

"Gue di sini kok, Dit."
Dita tercengang melihat Devan sudah ada di samping kirinya. Tanpa ijin dan tanpa disuruh, Devan duduk di depan Dita.

'Gak. Gak mungkin. Ini pasti cuma halusinasi gue aja. Masa iya Devan ada di depan gue.'

Devan terlihat semakin tampan dengan mengenakan jeans panjang berwarna kunyit busuk yang sedang menjadi trend anak muda masa kini. Celana jeans itu sedikit ditarik ke atas sehingga terlihat menggantung. Ditambah ia mengenakan sneakers berwarna putih dan kaus pendek dengan leher bentuk V berwarna hitam.

'Ganteng banget sih liat cowo pake kaus warna item.'

'Eh, apaan sih. Ini pasti cuma bayangan Devan aja. Gue halusinasi pasti.'

'Ayo dong, Dit. Lo sadar dari halusinasi lo!'

"Mingkem deh, Dit. Keliatan bloon nya." Ucap Devan sambil mengetuk kepala Dita menggunakan telunjuk kanannya.

Spontan Dita menutup mulutnya yang menganga tak percaya melihat Devan ada di hadapannya dengan kegantengan yang berkali lipat hanya dengan mengenakan kaus warna hitam.

"Kok-kok lo bi-bisa di sini sih?"

"Gue bosen aja di rumah. Makannya gue ke sini. Ini kan tempat favorit gue." Jawab Devan asal, kemudian pelayan datang menawarkan menu makanan.

"Baik. Tunggu sebentar ya, Kak. Pesanan segera datang."
Kata pelayan itu, kemudian pergi berlalu.

"Kok sama sih? Ini juga tempat favorit gue juga lho. Jangan-jangan kita JOOOO..."

"MBLO!" Davin meneruskan perkataan Dita.
Dita mendengus kesal, sedangkan Devan tertawa renyah.

"Btw, lo kok di sini juga, Dit?"

"Gue janjian sama Salsa di sini sebenernya. Gue udah nunggu dia hampir 20 menit tapi belum dateng juga. Ditelfon ngga diangkat, di Line juga dia ngga bales." Dita menjelaskan panjang. Devan hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum jahat. Karena sebenarnya, Devan dan Leo lah dalang dari semua ini.

Aduh, maksud author gimana sih?
Lanjutin baca aja, nanti bakal tau maksudnya apa. Hehe.

"Bentar ya," ucap Devan kemudian melengos pergi ke depan.

Sekarang Devan sudah berada di panggung yang memang salah satu fasilitas cafe. Sambil duduk dan memeluk gitar, Devan membenarkan posisi mikrofon di depannya.

"Selamat malam semuanya. Di sini gue mau mempersembahkan sebuah lagu, buat cewek yang berada tepat di depan gue, Dita."

Jreeenggg (suara gitar)

When you try your best, but you don't succeed
"Cuit cuit..." beberapa pengunjung yang menjadi penonton bersiul.

When you get what you want, but not what you need
"So sweet banget cowoknya anjir." Hem. Dikira cowoknya.

When you feel so tired, but you can't sleep
Stuck in reverse

When the tears come streaming down your face
When you lose something you can't replace
When you love someone, but it goes to waste
Could it be worse?

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you
(Coldplay-Fix You)

Dita memandang Devan tanpa berkedip. Mulutnya menganga seperti buaya kelaparan yang segera Dita tutup dengan kedua tangannya.

Setelah selesai menyanyikan satu lagu penuh, Devan berdiri dari duduknya. Mengambil dan membawa buket bunga mawar merah di tangan kanannya dan sebuah boneka di tangan kirinya. Dia berjalan ke arah Dita dengan pelan namun tegap.
_____

To be Continue

He is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang