He is an alien

194 23 2
                                    

Setelah situasi yang cukup membuat tegang. Akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Aku beberapa kali menyenggol lengan cowok itu dengan maksud 'cepat lakukan sesuatu'.

Cowok itu menatapku sekilas dan memutar bola matanya. Dengan senyum yang terlihat dipaksakan, ia berkata sesuatu kepada si Bapak sopir menggunakan bahasa Korea. Anehnya, si Bapak malah terlihat bahagia dan mengambil beberapa barangnya, seperti spidol, baju, topi, dan lainnya.

Dia membuka masker yang di gunakannya dan langsung menandatangani semua barang tersebut. Jangan-jangan dia sedang menandatangani kontrak dengan si Bapak atau lebih parah lagi, ia mengaku-ngaku sebagai artis dengan wajah tampannya. Pinter juga dia.

Aku sempat menawari si Bapak untuk menerima tanda tanganku juga, tetapi si Bapak justru menyipitkan matanya, seperti bertanya 'siapa lo?'.

Kami pun keluar dari taksi. Aku menaikkan pandanganku ke atas. Sebuah gedung tampak menjulang tinggi ke langit malam yang gelap. Aku sempat tersenyum melihat banyaknya bintang yang menerangi malam ini.

***

Aku benar-benar takjub melihat apartemennya. Sumpah, ini luas banget. Dia itu siapa sih? Anak orang kaya? Atau jangan-jangan dia adalah ketua gengster terkenal di Korea? Kayak yang di fanfiction gitu.

Aku duduk di salah satu sofa. Di belakang sofa, terdapat tembok yang terbuat dari kaca. Jadi, saat aku menengok ke belakang, aku dapat melihat kepadatan kota Seoul di malam hari.

"Jadi gimana ke sepakatannya?" tanyanya kepadaku sambil membawa secangkir coklat panas. Aku bisa tahu hanya dari aromanya.

Aku membalikkan badanku ke arahnya dan meraih cangkir tersebut. Tetapi sebelum aku berhasil meraih cangkir tersebut, ia langsung meminumnya.

"Mau?" tanyanya santai.

Aku menyipitkan mataku ke arahnya dan kembali memandangi jalanan kota dari atas sini. Pikiranku kembali tersadar akan kondisiku saat ini.

"Dimana sekarang Eja, Tatan, sama Marco?"

"Apa yang harus aku lakukan?"

"Gimana kalau orang ini orang jahat?"

"Bego!"

Semua pemikiran tersebut datang secara bersamaan di dalam otakku. Aku pusing. Benar-benar pusing. Lantas aku mengepalkan kedua tanganku dan memukul kepalaku berulang kali. Air mataku mulai menetes di kedua pipiku seiring dengan kepalaku yang mulai terasa sakit.

Tiba-tiba badanku terasa hangat. Seseorang memelukku dari belakang. Cowok itu memelukku dengan erat. Rasanya aku ingin menolak pelukan itu karena takut ia punya maksud buruk. Tetapi rasanya sangat nyaman.

"Aku tahu pasti sakit," ucapnya yang membuatku semakin menangis dengan kencang. Aku membalikkan badanku menghadapnya dan kembali memeluknya dengan erat, andaikan saja cowok yang aku peluk ini adalah Reza. Dia mengelus-elus punggungku.

"Aku tau kok kamu baru pertama kali di apartemen bagus kayak gini, aku juga tahu kamu menderita karna bakal jadi gelandangan di Korea."

Aku terkejut mendengarnya. Ternyata dia menganggapku sebagai gelandangan. Aku bangkit dari dudukku dan berlari menuju ruangan yang aku tebak itu pasti sebuah kamar.

Ternyata, bukan. Tadi itu kamar mandi.

Aku pun keluar dari kamar mandi itu dan pergi mencari kamar untukku tidur. Sebelum membanting pintu dengan kasar, aku sempat berteriak kepadanya, "DASAR KAU BAJINGAN!"

***

Aku terbangun karena suara alarm dengan nada dering lagu korea dengan nada yang sangat lembut. Sangat berbeda dengan alarm di ponselku yang menggunakan lagu heavy metal agar dapat benar-benar membangunkanku dari tidur.

Oh My Venus [Vernon x Somi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang