Aku dan Keluarga Absurdku

840 55 14
                                    

Namaku Venusia Zariell Sumaryo. Panggil aja Venus. Iya bener, Venus, nama planet. Papaku orangnya emang suka sama hal-hal yang berbau tata surya, terutama sama planet Venus. Ngefans malah.

Dulu pernah pas aku kecil, si papa ngomong kenapa dia suka banget sama planet Venus. Dia sih waktu itu ngomongnya gini,

"Papa suka banget deh sama planet Venus, soalnya arah rotasi dia beda sendiri."

Saking ngefansnya si papa sama tu planet, pas aku masih bayi dia sempat menempelkan poster-poster bergambar planet Venus di kamarku.

Untungnya, hal itu nggak berlangsung lama karena sehari kemudian mamaku mengganti poster-poster itu dengan poster huruf dan abjad serta poster perkalian yang sering dijual mas-mas di pasar malam.

Lah emangnya anak bayi udah bisa ngitung perkalian..

Mungkin pemikiran seperti itu sempat ada di otak kalian. Tapi, ya seenggaknya poster perkalian jauh lebih 'normal' untuk menghias kamar bayi, kan? Ok sip.

Dulu waktu SD, aku yang waktu belum lancar perkalian berpikir bahwa, mungkin dewi yang ada di planet Venus telah mengubah rotasi otakku.

Si dewi planet Venus yang iri karena poster planetnya diganti dengan poster perkalian yang ditempel mamaku mengubah rotasi otakku pada saat berhadapan dengan soal perkalian.

Entah itu konspirasi dari mana, yang jelas sampai sekarang aku masih percaya.

Aku. Benci. Matematika.

Balik ke topik utama.

Nama panggilanku emang Venus, tapi kebanyakan sih manggil aku Vee.

Kalau secara fisik, bisa dibilang aku beruntung. Tinggiku 172cm. Berat 48kg. Aku blasteran Korea sama Perancis. Udah gitu aja, aku ga mau mendeskripsikan diriku terlalu banyak, ntar kalian pada naksir. Intinya aku-cantik-pakai-banget.

Tapi sumpah deh nggak bohong! Kalau nggak percaya, coba tanya tu sama mamaku, papaku, temen-temen aku, sama orang sekampung juga kalau perlu. Mereka semua bilang aku cantik. Kalau aku sih percaya percaya aja, soalnya aku ngaca tiap hari.

Walaupun aku adalah orang yang kalian semua sebut 'bule', aku fasih berbahasa Indonesia sama bahasa Jawa. Beh.. itu mah gampang.

Perancis? beh..
Mamaku bisa.
Korea? beh..
Papaku bisa.

Akunya mah enggak ehehe. Boro-boro bahasa Perancis sama Korea, bahasa Inggris aja ga bisa.

Sebenarnya sih keluargaku nggak beda beda banget sama keluarga kecil lainnya. Mungkin yang bikin beda adalah ada satu wanita dan satu gadis bule yang fasih berbasa jawa. Medok malahan.

Jadi aku emang dari lahir udah tinggal di Jogja. Mamaku orang asli Perancis yang dari lahir udah di Florida, Amerika Serikat. Papaku campuran Jawa sama Korea. Kalau kisah cinta mereka emang absurd parah sih.

Ceritanya, waktu itu si mama lagi jalan sama temen-temennya gitu di kawasan Malioboro. Banyak yang minta foto bareng gitu. Mamaku sih seneng seneng aja berasa artis hollywood sesaat. Hadeuh.

Nah tiba-tiba ada seorang laki-laki yang sedang berjalan sambil menggenggam kamera melewati gerombolan mamaku. Dengan percaya diri, mamaku menarik tangannya dan langsung menyuruh salah satu warga memotretkan foto untuknya menggunakan kamera si lelaki. Baru satu kali terdengar suara jepretan, si warga hilang di telan bumi. Enggak juga sih. Pokoknya hilang aja gitu.

Setelah sesaat muncul keheningan, akhirnya si lelaki sadar bahwa ia telah dimaling. Ia pun berteriak dan menunjuk-nunjuk ke arah si maling berlari. Karena gayanya yang heboh kek abg labil kena ayan, seketika itu juga semua orang langsung melihat ke arah si maling dan mereka bersama-sama mengerjar maling tersebut, diiringi dengan suara angklung yang terdengar semakin cepat dan cepat.

YAELAH SI BAPAK YANG MAIN ANGKLUNG BISA AE MANAS MANASIN.

Pada akhirnya si maling berhasil di tangkap dan masuk ke penjara dengan hukuman beberapa tahun. Kasian gitu dianya di bawa ke penjara udah babak belur dan ngos ngosan setengah mati. Salahnya mengambil kesempatan di tengah kesempitan, kan jadi dia yang kena imbasnya.

Lah kok jadi bahas si maling...

Intinya sih, seperti yang kalian duga, si lelaki tersebut adalah papaku. Saat di kantor polisi, papaku menjelaskan bahwa dia adalah fotografer yang mau mengambil foto di kawasan Malioboro. Mamaku yang malu setengah mati, merasa harus memberi sesuatu. Akhirnya ia pun memberikan nomor ponselnya ke papaku. Waktu itu mereka masih pakai ponsel Nokia yang ada antenanya, trus warna-warni gitu kek Power Rangers.

Pada akhirnya sih papa memberikan nomer ponselnya juga. Aku pernah nanya kenapa harus nomor ponsel, kenapa ga uang aja. Ok, aku mata duitan. Tapi emang uangkan nomor satu men.

Mamaku menjawab pertanyaanku dengan mudah. Katanya sih, siapa tau aja si papa waktu itu udah tertarik gitu sama si mama, trus mau punya kontaknya. Buset. Si mama pede banget.

Tapi benar. Belum sampai sehari, malamnya papa sudah mulai mengirim pesan ke mamaku. Mamaku yang melihat pesan dari papaku pun membalas pesan tersebut dengan senyuman yang mengembang sambil berguling-guling di kasur hotel. Ok sip. Si mama kepedean. Si papa agresif. Anaknya? Cantik jelita.

ok, so this is the first chapter! absurd banget HAHAHA
yang penting buatnya pake hati❤️

intinya jangan lupa vomment ya guys,
thank you thank you!💙

Oh My Venus [Vernon x Somi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang