Part. 3: "Han Jumin: Hot Or Cold"

2K 148 5
                                    

Saat ini aku tinggal bersama suamiku, Han Jumin di apartemennya. Sejak menikah aku memang memutuskan untuk tinggal disana. Ada Elizabeth kucing kesayangannya yang selalu menemani kehidupan pernikahan kami. Terlebih lagi sekarang kami sudah dikaruniai dua orang anak perempuan dan laki-laki. Han Jaemin, anak laki-laki kami yang sudah menginjak 7 tahun juga Han Juyeon gadis kecil kami yang baru berusia 3 tahun. Setelah pesta RFA berakhir, Jumin memutuskan untuk menikah denganku. Awalnya aku terkejut dengan keputusannya yang tiba-tiba. Jumin adalah sosok pria yang sangat dewasa dalam memutuskan sesuatu, termasuk dengan hubungan kami. Dia adalah seorang suami dan ayah yang sangat bertanggung jawab bagiku.

Akhir-akhir ini Jumin begitu sibuk dengan pekerjaannya di kantor. Tugasnya sebagai CEO sebuah perusahaan besar memang patut dimaklumi. Sebagai istrinya aku hanya bisa mendukungnya. Malam itu Jumin tengah sibuk berkutat dengan dokumen-dokumen dan laptop-nya di kamar. Aku pun menghampirinya. "Kamu sepertinya sibuk sekali, ya", aku tersenyum sambil menatapnya. Dia tetap terfokus dan menjawab pertanyaanku dengan sebuah anggukan. "Apa Jaemin dan Juyeon sudah tidur?", ia bertanya padaku. "Sudah, kok. Mereka tidur lebih awal tadi. Sebaiknya kamu juga banyak istirahat. Kalau bekerja terus nanti kamu kelelahan. Aku sangat khawatir padamu. Akhir-akhir ini kamu jarang tidur dan makanmu tidak teratur. Aku tidak mau kamu sakit, Jumin", ucapku panjang lebar. Saat itu Jumin mengalihkan pandangannya padaku. Ia meraih kedua tanganku dan menggenggamnya begitu erat. "Terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Aku berjanji padamu aku tidak akan sakit. Aku harus menjagamu, Jaemin dan juga Juyeon", Jumin mendekat ke arahku lalu mencium keningku. Bibirnya terasa begitu lembut dan hangat, membuat perasaanku lebih lega. Aku pun tersenyum ke arahnya. "Besok aku ada rapat penting, jadi aku akan tidur lebih awal malam ini", ujar Jumin sambil menarik kakinya ke atas ranjang. Meja kerjanya berada di samping ranjang tidur supaya memudahkannya bekerja di malam hari. Aku pun tertidur di sampingnya.

Esok harinya, Jumin pergi ke kantornya pagi-pagi sekali untuk menyiapkan rapatnya hari ini. "Kamu mau sarapan dulu? Biar aku siapkan, ya", ucapku sembari membetulkan dasi di kerahnya. "Tidak usah, aku akan makan di kantor saja. Kan ada Asisten Kang yang membantuku. Kamu tidak usah khawatir", Jumin mengusap rambutku. Ia segera mengenakan jasnya lalu berpamitan pergi. "Kalau begitu aku pergi dulu. Tolong jaga Jaemin, Juyeon dan Elizabeth hari ini. Kalau terjadi apa-apa telpon saja Asisten Kang. Aku akan merindukanmu, sayang", Jumin mengecup pipiku dalam sekejap. Ia pun bergegas pergi.

Tak lama setelah Jumin pergi, tiba-tiba Jaemin menghampiriku dengan suara yang gelisah. "Ibu! Juyeon badannya panas sekali! Ibu harus lihat Juyeon", ujar Jaemin. Aku pun ikut panik dan segera pergi ke kamarnya. Aku melihat Juyeon tengah meringis kesakitan sambil memanggilku. Saat aku periksa suhu tubuhnya cukup tinggi. Juyeon jarang sekali sakit. Baru kali ini ia demam. Aku langsung menelepon Asisten Kang untuk segera menghubungi dokter. "Halo, Asisten Kang? Apa aku mengganggi jam kerjamu? Aku ingin minta tolong padamu untuk memanggil dokter di rumah sakit. Saat ini Juyeon sedang demam. Aku akan membawanya ke rumah sakit sekarang. Beritahu Jumin kalau dia sedang tidak sibuk. Aku yang akan mengurusnya. Terima kasih, Asisten Kang", aku segera menutup teleponnya dan memanggil supir untuk mengantarku ke rumah sakit.

Setibanya di rumah sakit, dokter langsung menangani Juyeon. Setelah selesai diperiksa Juyeon pun harus beristirahat selama satu atau dua hari di rumah sakit agar keadaannya pulih. Setelah meminum obatnya, Juyeon pun tertidur di atas ranjangnya. Wajahnya terlihat pucat dan lemah. Aku terus menatap wajahnya hingga seseorang tiba-tiba membuka pintu kamarnya. Ternyata Jumin datang untuk melihat keadaan Juyeon. "Apa yang terjadi dengan Juyeon? Kenapa kamu tidak bilang padaku kalau Juyeon sakit? Aku sangat khawatir saat Asisten Kang bilang kalau Juyeon masuk rumah sakit. Hari ini aku menunda rapat terakhir setelah mendengar beritanya dan langsung pergi kesini", ujar Jumin panjang lebar. Ia nampak begitu gelisah. Terdengar dari suaranya yang kian rusuh. Aku pun berusaha menenangkannya. "Jumin, kamu tidak usah khawatir. Juyeon cuma demam, kok. Besok dia boleh pulang ke rumah. Sebaiknya kamu pulang saja dan bawa Jaemin. Dia mungkin kelelahan. Jaemin, kamu pulang sama ayah saja, ya? Ibu akan menjaga Juyeon disini jadi ibu akan menginap", Jaemin menganggukkan kepalanya lalu berjalan ke arah Jumin. Ia langsung menggenggam tangan Jaemin dan berjalan keluar. "Kamu harus istirahat. Aku akan menjemputmu besok", Jumin pun pergi bersama Jaemin.

Sepulang Juyeon dari rumah sakit, kami memutuskan untuk tetap tinggal di apartemen hingga Juyeon benar-benar sembuh. Beberapa hari kemudian, Jumin merencanakan untuk pergi bersama. "Hari ini kita akan pergi ke kebun binatang. Siapkan anak-anak untuk pergi", ucap Jumin. "Hari ini? Tapi kan kamu harus pergi ke kantor. Lagipula Jaemin harus belajar untuk ujian dan Juyeon baru saja sembuh. Bukankah kita bisa pergi lain waktu?", jawabku. Jumin mendekat padaku lalu meraih tanganku. "Sayang, hari ini aku ingin bersamamu dan anak-anak kita. Aku sudah menjadwal ulang kegiatan di kantor, jadi kamu jangan khawatir soal pekerjaanku, ya? Lagipula Jaemin dan Juyeon kan butuh hiburan juga. Kenapa harus menunda di lain waktu?", Jumin mengusap kedua pipiku dengan lembut.

"영원히 간직할거야, 나의 공주님" -한주민

Mystic Messenger: Our Marriages... 99%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang