Chapter 1

59 8 2
                                    

"Huang Rae Hoon!!!"
Suasana pagi yang seharusnya damai aman dan tentram itu lenyap seketika saat Jeneul putri sulung keluarga Huang meneriaki nama adik bungsunya itu. Sedangkan Raehoon sibungsu telah lari dan bersembunyi dibalik punggung sang eomma.

"Yaampun Jeneul, Raehoon. Ini masih pagi. Kenapa kalian ribut mulu sih?" Jiah yang baru saja selesai menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya itu sedikit mengomel pada kedua anak perawannya itu.

"Raehoon yang memulai" ucap Jeneul membela dirinya. Jiah hanya menghela nafas dan menatap Raehoon yang tengah meledek Jeneul.

"Huang Rae Hoon~" langsung saja Raehoon berhenti dengan aksinya itu. Ia segera menampilkan cengirannya supaya sang eomma tidak memarahinya.

"Tau nih. Gak bisa apa gak ribut sehari aja" timpal Jihee yang langsung saja menyambar roti yang ada diatas meja makan. Jeneul menghembuskan nafas panjang lalu melirik adiknya itu. Ia kemudian meraih kepala Raehoon, mengelusnya sebentar. Dan langsung saja ia mengempitkan kepalanya dan mulai menjitakinya. Jeneul tak memperdulikan gertakan Raehoon yang meronta. Jihee dan sang eomma hanya menggelengkan kepala dan tertawa kecil.

"Morning everybody!!" teriakan Zitao sang appa menghentikan aksi Jeneul yg menjintaki Raehoon. Ia langsung saja berdiri tegap. Sedangkan Raehoon duduk rapi dikursi meja makan.

"Eomma eomma~ Jeneul eonni sudah punya pa....." ucap Raehoon terpotong saat Jeneul menutup mulutnya dengan tangannya.

"Pacar?" tanya Zitao sambil mendudukan tubuhnya dikursi.

"Bu-bukan! Maksudnya itu paketan skincare yang baru"

"Bagus dong kalo kamu punya pacar" kali ini Jiah yang berbicara.

"Kok bagus?" Jeneul mengernyitkan kening.

"Iya bagus. Berarti eomma akan punya menantu dong bentar lagi" pernyataan yang sukses membuat Zitao dan Jihee tersedak jus dipagi hari ini.

***

"Selamat pagi Jeneul-ssi!!" sapaan dari seorang namja tinggi dan memiliki suara berat itu sukses membuat Jeneul yang hendak masuk kedalam kelas itu terperanjat kaget.

"Kau mengagetkanku Park Chanyeol"
"Kau tidak membalas sapaanku Je" Jeneul menarik panjang-panjang nafasnya kemudian tersenyum semanis-manisnya.

"Selamat pagi juga Chanyeol-ssi" Chanyeol menampilkan gigi2 kudanya itu.

"Kau terlihat cantik jika digerai seperti itu"

"Ahmasa?" Jeneul beralih duduk dibangkunya dan Chanyeol menarik kursi lain agar bisa duduk didepan Jeneul. Lebih tepatnya memandang wajah Jeneul. Chanyeol memang berani untuk berbicara didepan semua anak murid. Jelas, karna ia adalah wakil ketua osis. Tapi untuk masalah mengakui perasaannya dengan Jeneul, ia masih belum berani. Chanyeol terlalu takut untuk ditolak.

"Bukankah hari ini kau mengawasi anak-anak yang mos?" tanya Jeneul membuyarkan lamunan indah Chanyeol itu. Chanyeol hanya mengangguk sambil menopang dagunya dengan kedua telapak tangannya.

"Lalu?" tanya Jeneul lagi. Kali ini Chanyeol menggeleng. Itu membuat alis Jeneul berdiri sebelah. Chanyeol tertawa kecil. Ia melihat arloji yang berada ditangan besarnya itu.

"Baiklah, ini saatnya aku menjalankan tugasku. Jangan kangen lho ya"

"Dih najis."

"Najis bisa jadi cinta lho" ucap Chanyeol berdiri dan dengan iseng mencolek dagu Jeneul. Langsung saja ia ngacir keluar sebelum sepatu milik Jeneul melayang tepat diwajah tampannya itu. Tapi nyatanya, Jeneul hanya tersenyum malumalu anjing-ralat- kucing.

***

Jeneul dengan iseng berjalan-jalan dikoridor dan tidak sengaja melihat daftar peserta mos yang ditempel dimading. Sambil sesekali memikirkan kejadian tadi pagi yang sukses membuat pipinya merona. Ia mengedarkan pandangannya melihat peserta mos yang berlalu lalang. Sebenarnya Jeneul ingin tertawa terbahak-bahak melihat penampilan calon peserta didik itu. Tapi terpaksa ia menahannya. Lalu sekelibat bayangan Raehoon yang waktu itu menjadi peserta mos di SMPnya, membuatnya langsung tertawa.

"Hey!" tawa Jeneul berhenti ketika seseorang memukul pundaknya dari belakang. Jeneul menolehkan kepalanya dan melihat seekor rusa yang cantik berdiri dihadapannya.

"Ngeganggu orang lagi seneng aja nih" gerutu Jeneul. Rusa yang bernama Luhan itu hanya tertawa. Sedangkan yg ditertawainya, menatapnya dingin sedingin- dinginnya. Sontak membuat Luhan mengehentikan tawanya.

"Lagi nyari Chanyeol apa kembaran?" Jeneul mengernyitkan keningnya.

"Kembaran? Jihee maksudnya? Itu adik gua bukan kembaran"

"Bukan. Kalo siberisik itu sih udah tau. Salah satu siswi peserta mos ada yang mirip sama lu. Marganya juga sama" pernyataan itu sukses membuat mata Jeneul membelalak hampir ingin keluar. Langsung saja ia memeriksa daftar nama peserta yang ada disebelahnya. Dan dinomor 12 pada absen kelas X-2 terdapat nama yang sangat tidak asing baginya.

"Lu, coba tabok gua" dengan senang hati Luhan menampar pipi mulus milik Jeneul.

"Sakit goblok!"

"Elu sendiri yang minta! Lagian kenapa sih shock banget gitu?"

"Adik bungsu gua sekolah disini"

"Itu bagus dong. Sekolah sekalian ngasuh itu tugas yang mulia" Jeneul kembali menatap Luhan dengan tatapan mematikan. Kali ini benar2 mematikan. Luhan berdehem seolah2 tenggorokannya yang gatal dan mengusap tengkuknya.

"Coba nama adik lu itu siapa?"

"Huang Rae Hoon" Luhan mengangguk2 namun tatapanya berubah menjadi shock pula.

"Ini gak mungkin Je!!"

To be continued



Let's Be My StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang