Chapter 3

21 5 0
                                    

  Ketiga putri Huang kini tengah berdandan ria bersama. Kali ini Jihee yang memilih tema kostumnya. Jihee yang rada feminim itu memilih dress casual pendek diatas lutut untuk menjadi kostumnya dan saudaranya.

"Gila! Ini kostum kagak ada yang waras apa?!" protes Jeneul. Ia tampak risih memakai dress pink itu. Entah sejak kapan ia punya dress dengan warna itu.

Melihat kakaknya itu menggerutu kesal, Jihee menarik Jeneul agar duduk didepan meja rias miliknya. Mengerahkan segala kemampuannya merias diri untuk memoles wajah Jeneul. Layaknya seorang pelukis yang tengah serius menggambar objeknya. Polesan terakhir pada bibir Jeneul. Lipstik merah tua itu terlihat manis untuknya. Tapi itu yang kini membuatnya teriak.

"Lu apain gua sampe kaya ondel2 gini Jihee!!!" teriakan itu membuat Jihee yang menutup telinganya rapat-rapat. Dan Raehoon yang tengah membalut gips dikakinya itu menggeleng kepala. Entah sejak kapan dan apa penyebabnya kakinya bisa cedera mendadak.

"Itu cantik ko Je" sahut Zitao yang tiba-tiba saja masuk. Ia mengelus lembut kepala Jeneul kemudian memberikan sepasang heels untuk Jeneul dan Jihee.

"Nih pake. Jadi cewe ya Je kali-kali"

Jeneul memiringkan sebelah bibirnya keatas. Zitao menampilkan senyumnya. Senyum yang seakan-akan berkata 'awas aja kalo gak dipake kagak bakal dapet warisan'. Langsung saja Jeneul memakainya. Yap. Jeneul nampak cantik malam ini. Sebenarnya ulang tahun eommanya bukan dirinya. Tapi kenapa ia berasa pemeran utama ya? -emang iya-
JiAh yang sekarang genap berumur 39tahun itu menginginkan perayaan layaknya remaja berumur 17 tahun.

Zitao yang sibuk membantu Raehoon membaluti gips dikakinya itu menyuruh kedua anaknya untuk segera menyiapkan hadiah dan yang lainnya.

***

  Taman belakang kediaman keluarga Huang kini disulap menjadi seperti sebuah restoran. Properti yang tidak tahu darimana asal-usulnya itu. Tidak banyak yang diundang. Hanya teman-teman JiAh dan ketiga putrinya itu. Jihee yang membawa semua teman perempuannya. Dan Jeneul yang membawa semua para gigolo -ralat-
Jeneul dominan membawa teman laki-lakinya itu. Termasuk geng sialan yang dibawa oleh Chanyeol.

"Je gua gak salah liat nih?" Chanyeol menatap Jeneul dari atas sampai bawah dengan ekspresi kaget.

"Diem ah. Idenya si Jihee gila banget"

"Tapi lu keliatan cantik ko. Gua aja sampe pangling" Chanyeol sukses membuat pipi Jeneul merah merona. Membuat kesan blush on nya tampak lebih indah. Ia tersenyum malu.

"Cantik apanya sih ah"

"Cocok deh lu jadi pengantin gua ntar" jantung Jeneul hampir terlepas karnanya. Jeneul mencakar manja wajah Chanyeol. Membuat Chanyeol ingin mengejar dan bermain india-indiaan -soundtrack bole churia-

JiAh meniup lilinnya dan memberikan potongan kue pertamanya itu pada suami tercintanya. Semuanya bersorak. Ketiga putri Huang pun memberi sebuah kado. JiAh membuka kado tersebut dan mendapatkan sebuah buku yang bertuliskan 'Akibat terlalu sering memarahi anak gadis'. Langsung saja sang eomma mengedarkan pandangan mautnya pada putri-putrinya itu. Dengan tampang yang tidak berdosa sama sekali, ketiga anak biadab itu nyengir manis dihadapannya.

Mengira akan dimarahi oleh eomma mereka, ternyata JiAh memberi pelukan hangat untuk keluarga kecilnya itu. Pesta yang mengharukan. Berakhir dengan petasan dan kembang api yang bertebaran dilangit. Dan ditengah kerumunan sepasang makhluk tengah main rangkul-rangkulan.

"Bagus ya kembang apinya" Jeneul mengangguk setuju.

***

Suasana kelas 12-1 kali ini sangat ricuh. Keadaan dimana pasti semua orang tau apa penyebabnya. Ya. Tidak ada guru hari ini. Lebih tepatnya pada jam terakhir sebelum istirahat. Ada yang melempar gumpalan-gumpalan kertas sana sini. Berlarian, bernyanyi sampai ada yang melakukan permainan konyol.

Terlihat Jeneul tengah sibuk mencoret-coret buku gambarnya. Earphone yang tertancap ditelinganya mengalunkan sebuah lagu yang pas dengan irama tangannya. Sesekali ia menatap keluar melalui jendela. Deretan awan dilatar belakangi oleh langit biru terlihat disana. Itulah salah satu objek gambarnya saat ini.

"Ekhem! Mba permisi mba" suara berat milik seseorang yang sangat dikenal oleh Jeneul itu tidak mengganggu konsentrasinya. Karna memang tidak terdengar oleh telinganya yang memasang volume keras sekeras-kerasnya.

Chanyeol menepuk pundak Jeneul. Membuatnya kaget dan langsung menoleh kebelakang. Ia membuka earphone yang menyangkut ditelinganya itu.

"Wae?"

"Mau dong jadi objek gambar lu" Chanyeol mengambil alih kursi didepan Jeneul. Sedangkan sang gadis tengah senyum-senyum gaje dihadapannya.

"Yaudah. Duduk disitu"

Chanyeol menurut dan Jeneul pun mulai menggambar. Namja jangkung itu memilih gaya yang menurutnya keren. Senyumnya yang menawan itu seakan-akan mengganggu konsentrasi Jeneul. Jantungnya kini benar-benar ingin meloncat dari tempatnya.

"Serius amat sih ngegambarnya"

"Ngeganggu konsetrasi gua lu ah" Jeneul menghentikan aksi melukisnya itu dan menatap tajam Chanyeol.

"Iya iya terusin gambarnya" Chanyeol menarik hidung Jeneul dan bergerak mundur saat Jeneul berusaha mencolok matanya dengan pensil lancipnya itu. Dengan santainya Chanyeol melanjutkan posenya yang tadi. Si pelukisnya pun melanjutkan aksinya.

20 menit telah berlalu. Kini hasil gambarnya telah jadi. Jeneul merobek kertas itu dari buku gambarnya dan memberikannya pada Chanyeol. Namja itu tersenyum lebar melihat hasilnya. Kapan lagi digambarin sama orang yang kita suka kan?

"Eh sini gua tandatangan"

"Buat apaan?"

"Kenang-kenangan" Jeneul menampilkan deretan giginya itu dan merampas kertas gambarnya. Menandatangani gambar itu tepat pada pojok kanan bawah. Kemudian memberikannya lagi kepada Chanyeol. Chanyeol menggelengkan kepalanya dan tertawa kecil. Merasa terpanggil oleh teman-temannya, Chanyeol pun pergi setelah sebelumnya melambaikan tangannya. Meninggalkan Jeneul yang tengah tergirang-girang saat ini.

Let's Be My StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang