Sekali lagi Jeneul berteriak dan berlari keluar gedung mengerikan itu. Ajaibnya ia berhasil keluar. Ia berusaha mengatur nafasnya sambil membungkukkan badannya. Tiba-tiba saja ponselnya berdering menandakan ada panggilan masuk. Langsung saja ia merogoh ponselnya dan melihat siapa yang menelponnya.Chanyeol. Chanyeol yang menelponnya.
"Yeobseyo? Chanyeol kamu dimana? Bisa jemput aku? Aku sanga....." Ucapnya terputus saat mendengar suara parau milik pria yang ada dibalik telpon itu. Suaranya sangat serak seperti orang yang tengah sekarat.
"Tolong aku. Jebal. Aku sudah. Sudah. Argh!"
Teriakan terakhir Chanyeol setelah sebelumnya menutup telponnya. Jeneul bingung. Hari sudah menjadi gelap perlahan. Ditambah lagi listrik digedung itu mati. Dan juga Chanyeol yang dalam bahaya.
Ia berjalan kearah gerbang berniat meminta bantuan. Saat tiba digerbang, pintu gerbang telah dikunci. Tidak ada cara lain selain memanjat. Tapi coba lihat. Gerbang sekolah ini didesain khusus sehingga sangat sulit untuk dipanjat.
Air mata kini telah berlinang dipipinya. Ia mencoba menelpon orang yang sama. Gagal lagi. Kemudian beralih menelpon sang ayah. Namun direject.
"Apa mereka sedang berhura-hura dikamarnya?" itu adalah pikiran yang terlintas dibenak Jeneul.
Tak mau berfikir panjang. 'Yang penting keluar dan selamat'. Hanya itu yang terlintas diotaknya. Ia berlari kearah lain berharap gerbang lainnya tidak terkunci. Ternyata nihil. Semua gerbang terkunci.
"Bagaimana ini?"
Kondisi gadia itu sudah sangat berantakan. Ia menaruh telapak tangannya dikening lebarnya itu. Kemudian menepuk-nepuk pelan. Tanda ia benar-benar kehabisan akal.
Sret
"Kkk~~"
Sekilas terdengar suara anak perempuan yang tengah tertawa kecil sambil berlari. Ia menoleh kebelakang dan dengan kagetnya mendapati sosok yang ia kenal berlari kearahnya.
"Jeje eonni!" pekik gadis itu lalu memeluk Jeneul. Gadis itu Jihee. Adiknya. Tiba-tiba saja gadis itu terisak sambil memeluk erat tubuh kakaknya.
"Waeyo Jihee-yya?"
Jihee melepaskan pelukannya. Dan terkejutnya Jeneul saat mendapati kondisi adiknya itu. Kakinya yang terluka. Wajahnya yang tergores. Serta pakaiannya yang sangat kotor.
"Jelaskan ada apa dengan semua ini?" Perintah Jeneul benar-benar kaget.
"Chanyeol. Dia benar-benar dalam masalah. Seseorang akan membunuhnya. Bantu dia. Cepat" Tutur Jihee sambil terisak.
"Mwo? Ada dimana dia sekarang?"
"Rooftop"
Jihee tau bahwa kakaknya ini menguasai teknik beladiri yang diturunkan oleh sang ayah. Langsung saja Jihee menariknya kedalam gedung yang sejenak menjadi seram.
***
"Tidakkah ini rencana gila?" Ucap salah satu namja. Namun dibalas tawa oleh teman-temannya.
"Hei sudahlah. Cepat pakai masker kalian dan bantu aku merias diri"
Itu suara Chanyeol. Ya Chanyeol. Kyungsoo mendandani Chanyeol layaknya orang yang tengah babak belur. Dan sekarat tentunya. Baju sekolahnya yang terlihat kusut dan robek-robek itu menjadi pendukung untuk penampilannya.
"Pelan-pelan amat sih dandanin dia. Nih kaya gini nih" Luhan memakaikan noda merah didahi Chanyeol dengan menekan kasar dahi pria caplang tersebut. Membuat empunya menyingkirkan tangan cantik rusa cina itu. Namun Luhan malah terbahak tanpa dosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Be My Starlight
RomansaJadilah cahaya untukku. Cahaya seperti bintang diatas sana