Part 1

96 7 4
                                    


Tidak seperti biasanya hari ini langit nampak mendung. Padahal, sudah beberapa hari terakhir cuaca selalu cerah. Lelaki yang sedari tadi memandangi pemandangan di luar melalui jendela kamarnya, menghela nafas. Ia tak tahu harus senang ataukah ia harus sebal. Karenan sangsi, beberapa menit lagi maka—

Drrt..drttt.

Baru saja pikiran tersebut melintas di pikirannya, namun sudah ter-realisasikan beberapa detik kemudian. Ia buru-buru mengambil benda kotak tersebut dari atas meja, dan segera menggeser tombol hijau yang tetera di layar ponselnya.

"Selamat pagi, Reno yang ganteng, pinter, saha-" Belum sempat seorang di seberang sana menyelesaikan perkataannya, Reno yang merasa tak harus mendengar perkataan basa-basi itu hingga selesai, menyelanya.

"Jangan jadi nyebelin!" Reno memutar bola matanya meski tahu teman bicaranya itu tak bisa melihatnya. Ia berjalan menuju ke jendelanya dan menyibakkan gordennya. Hujan di luar sepertinya masih belum mereda.

"Oke, oke, maafin gue" Seseorang di seberang sana terkekeh pelan, "Jadi?"

"Jadi apa?"

Seseorang di seberang sana mendengus, "Jangan jadi bego!"

"Iya, iya. Gue ke rumah lo, apa lo yang ke sini?"

"Jangan jadi brengsek!"

Reno terkekeh geli mendengar jawaban dari sahabatnya itu. Meski tahu jawabannya, ia tetap menanyakan hal itu, hanya demi mendengar sahabatnya di seberang sana naik darah. Reno segera menutup sambungan teleponnya ketika merasa tak ada yang perlu mereka berdua bicarakan lagi.

Ia berjalan menuju lemarinya. Mencari-cari jaket yang akan ia pakai di atas seragam sekolahnya pagi ini. Setelah menemukan jaket bomber berwarna hijau andalannya, Reno segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar, ia menuruni tangga dua-dua. Reno menyapu pandangannya ke seluruh ruangan yang masih bisa dijangkau oleh penglihatannya. Masih sepi. Reno mengedikkan bahunya tak acuh. Lalu kembali melanjutkan langkanya.

Reno berjalan menuju ke garasi, lalu menyalakan mobilnya. Karena hari ini hujan ia lebih memilih untuk berangkat dengan mengendarai mobil, bukan motor gede kesukaannya. Baru saja ia keluar dari pekarangan dan melaju hanya beberapa meter, ia sudah menghentikan mobilnya di pekarang rumah yang tepat berada di samping rumahnya. Kelihatan percuma memang, mengendarai mobil hanya untuk menempuh jarak yang bahkan jika ditempuh dengan berjalan kaki saja tidak akan memakan waktu sampai dua puluh menit. Namun, karena hujan, dan Reno yang sedikit malas untuk kembali lagi ke rumah untuk mengambil kendaraannya setelah urusannya selesai nanti, jadilah ia mengendarai mobil untuk sampai ke rumah sahabatnya itu.

Ia berlari dengan lankah yang besar setiap kalinya. Menerobos hujan deras yang sepertinya tak akan berhenti dalam waktu dekat. Setelah sampai di depan pintu utama rumah tersebut, Reno belum mau mengetuk atau pun memencet bel rumah tersebut. Ia terlebih dahulu mengelap-ngelap bagian jaketnya yang basah, meski dirasa percuma. Menyisir rambut cokelatnya dengan tangan, Reno kemudian memencet bel rumah tersebut.

Hanya selang beberapa detik setelah bel berakhir, pintu tersebut mengayun terbuka, menunjukan sesosok cewek dalam balutan seragam yang sama dengan yang ia kenakan. Dari wajahnya jelas terlihat kalau ia sama sekali bukan keturunan dari darah asia. Rambut berwarna dark blonde alami, iris mata yang berwarna emerald, kulit putih, hidung mancung dengan bentuk sempurna, bahkan dalam sekali lihatpun orang-orang akan tahu kalau gadis ini tidak mempunyai darah asia yang mengalir di darahnya.

"Oh, hai. Ehm mau kesiapa yah?" Tanya gadis itu dalam bahasa Indonesia yang fasih—karena ia dari kecil sudah tinggal di Indonesia. Tangannya masih memegang handle pintu sementara tangan yang satunya lagi memegang bagian pintu yang tak terbuka sekaligus menahan bobot tubuhnya. Dari caranya berdiri, sudah pasti gadis itu tak mau membiarkan cowok di hadapannya ini masuk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Buat RenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang