Apa sih yang paling bisa ngebahagiain buat elo saat ini? Ketika lo punya rumah sendiri pakai uang sendiri buat keluarga? Ketika lo bisa beli mobil mewah tanpa bantuan mertua? Ketika lo punya pekerjaan besar dengan gaji puluhan juta tiap bulan? Inget ga sih dulu ada masa dimana kita punya kebahagiaan yang amat sederhana. Sesederhana Lari-lari sambil hujan-hujanan.
"Jangan hujan-hujanan nanti pilek!" adalah ucapan yang selalu keluar dari mulut ibu saat gue meminta ijin untuk bermain di luar saat hujan. Tapi buat gue itu resiko sepadan yang harus gue terima dari serunya bermain saat hujan. Setiap hal besar pasti ada resikonya kan? Asal ga kesamber petir aja.
Buat gue sendiri, hujan adalah momen yang sangat spesial. Kehidupan di bumi ini di mulai dari hujan. Hujan seolah membawa kehidupan turun dari langit. Hujan juga seolah membawa perasaan kangen turun dari langit. Memandangi hujan dari balik jendela membuat kita memikirkan banyak hal dan tentu merindukan banyak hal. Merindukan teman-teman masa kecil, merindukan orang tua yang jauh di sana, merindukan momen-momen hari kemarin yang mungkin ga akan kita temui lagi. Sambil menikmati kopi hangat atau mie instan, lo bisa nikmati setiap tetes kangen yang datang menyelimuti bersama suara rintik hujan. Cuman gue ga ngerekomendasiin lo buat kangen mantan.
Gue kangen. Kangen perasaan bahagia yang datang saat gue melangkahkan kaki keluar rumah saat hujan. Perasaan yang meluap-luap diiringi degup jantung yang berdetak dengan keras. Seolah akan ada hal besar yang datang sebentar lagi.
Buat gue waktu kecil hujan membawa banyak misteri. Apa yang akan terjadi di tengah hujan? Apa akan ada dinosaurus yang akan muncul ditengah-tengah pepohonan yang bergoyang karena hujan, apakah di atas langit ada para dewa yang sedang bermain genderam untuk menyalakan petir, apakah hujan akan membawa gue ke suatu tempat rahasia yang belum pernah gue datangi sebelumnya, Apakah dibawah hujan ini gue bakal ketemu seseorang yang gue suka? Hujan menuntun imajinasi gue untuk berpetualang dengan liar. Sesederhana itu bahagia itu.
Dengan memakai sandal gapit dan baju bermain seadanya, gue berlari keluar rumah. Merasakan sentuhan air hujan yang jatuh dari langit. Sesekali menghadapkan muka ke langit sambil membuka mulut tanpa kepikiran kalo bisa sakit perut karena minum air hujan. Wangi khas hujan yang disebut petrichor merangkaikan perasaan yang unik buat gue.
Gue berlarian di bawa hujan. Tapi gue nggak sendirian. Gue berlari bersama semua teman-teman imajinasi gue. Gue berlari bersama Agumon, gue berlari bersama Son Gohan, gue berlari di bawah Kabuterimon, gue berlari bersama mereka semua di bawah hujan. Terus berlari dan merasakannya. Merasakan air hujan yang ngebasahin baju yang gue pakai. Terus berlari tanpa memikirkan hari esok. Terus berlari tanpa menghiraukan apa yang orang lain bilang tentang gue. Buat gue inilah kebebasan.
Besok paginya gue harus sekolah. Waktu itu gue masih kelas 3 SD. Ya, setelah hujan-hujanan, malamnya gue demam dan paginya gue pilek. Meski gitu gue tetep harus sekolah. Sambil berusaha keras menghirup ingus yang berusaha keluar dari hidung, gue datang ke sekolah.
'Srooooooootttt' suara ingus yang gue hirup.
'Sroooooooot Sroooooooot Sroooooooot' suara ingus lain yang dihirup dari beberapa sisi kelas.
Gue tersenyum. Kayaknya ga cuman gue aja yang menghabiskan hari kemarin di bawah hujan. Perasaan ini adalah kekayaan kami sebagai seorang anak kecil. Akhirnya hari itu kelas penuh dengan suara sedotan ingus. Suara mengganggu yang akan kalian rindukan saat tumbuh dewasa nanti.
-Faris-
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Anak 90an
RandomWaktu tidak mengizinkan kita kembali ke hari kemarin, tapi kita punya kenangan untuk dituliskan.