Reuni
Apa yang paling kamu ingin temui di hari esok? Ketika jabatanmu naik? Atau tanggal pernikahanmu datang? Jika aku diijinkan untuk berharap, aku berharap untuk bisa terbangun sekali lagi saja di hari kemarin. Hari dimana aku bisa memaknai perasaan bahagia dengan cara yang amat sederhana. Hari dimana aku bisa bangun pagi dengan sangat bersemangat. Hari dimana setiap hari adalah kesempatan untuk menemukan hal baru bersama teman-teman. Hari-hari yang menyenangkan.
Tuhan sepertinya mendengarkan doa kecilku dengan cara yang unik. Hari ini teman-teman SD-ku mengadakan reuni. Artinya kami akan berkumpul kembali setelah sekian lama. Kami berpisah tiga belas tahun lalu saat kami lanjut ke SMP yang berbeda. Tiga belas tahun bukan angka yang kecil. Banyak hal yang terjadi dalam tiga belas tahun ini. Hal yang terjadi tanpa mereka dideketku. Mungkin aku akan banyak bercerita tentang waktu yang hilang tanpa mereka, atau mungkin juga aku akan sibuk mendengarkan mereka bercerita tentang petualangan hidup mereka. Mungkin waktu ga akan pernah kembali. Tapi setidaknya kami bisa tertawa bersama kembali. Aku rasa hal ini cukup untuk mengobati hatiku yang terkikis kehidupan dewasa.
Bingung ga sih? Ntar pas ketemu mereka bakal kayak gimana ya? Canggung ga sih? Temen yang dulu masih naruh ingus di lengan seragam atau bawah meja, mungkin sekarang udah menjadi pegawai sukses berdasi. Temen yang mungkin dulu sering nyontek ke kita, mungkin sekarang udah jadi dosen di universitas ternama di Indonesia. Temen yang dulu belajar bareng kita, sekarang udah keliling dunia. Jika memikirkan itu, rasanya bangga bisa tumbuh bareng mereka saat kami masih anak-anak. Ngebayangin temen-temen yang tumbuh dewasa ini berasal dari anak-anak ingusan yang tumbuh di kelas yang sama. Seneng ga sih? Meski kadang aku berpikir, apa mereka juga merasakan hal yang sama? Apa mereka bangga saat melihat aku yang sekarang. Apa aku juga seberharga itu bagi mereka. Ga tau kenapa saat dewasa gampang banget tumbuh perasaan minder.
Beberapa temen masih sering berhubungan lewat media sosial. Kadang kami saling melemparkan lelucon lama layaknya kami masih anak-anak. Ya, lelucon yang mungkin ga akan dipahami anak-anak jaman sekarang. Mungkin anak-anak sekarang melihat kami seperti om-om yang bercanda dengan membosankan sebagaimana kami melihat om-om bercanda waktu kami masih kecil dulu. Lucu ya, bagaimana kehidupan ini terus berputar. Mendorong kita terus berjalan menjadi sesuatu yang baru. Meninggalkan banyak hal dan menjadikannya sesuatu yang disebut kenangan.
Yoga adalah salah satu temen SD-ku. Bisa dibilang dia adalah salah satu guruku. Tanpanya mungkin aku ga akan bisa mengalahkan Piximon, atau bertemu dengan Andromon, atau memancing Seadramon. Ya dia adalah guruku di game Digimon World PS1. Aku menghabiskan banyak waktu liburanku untuk menyelesaikan game ini. Tagihan telepon rumahku membengkak untuk konsultasi game Digimon World. Yah, kita bisa menaruh jangkar kenangan dimanapun kan? Salah satunya di game ini. Beberapa hari aku gunakan bermain di rumahnya yang letaknya agak jauh dari rumahku. Dia punya seorang adik namanya Ryan. Dia juga jago main game dan suka baca komik. Hanya saja kami ga boleh ngajakin Ryan kalo main ke rental PS. Kami sebatas bermain kelereng bareng di depan rumah. Dia sering bercerita "saat dewasa nanti, aku ingin menikah sama Nami! Nami kan cantik dan seksi!" dan kami selalu membalasnya "Kamu bakal bangkrut kalo nikah sama Nami!". Percakapan sederhana ini entah kenapa melekat diingatanku hingga sekarang. Meski pada akhirnya takdir tidak menemukan Ryan dengan Nami. Ryan meninggal saat aku dan Yoga kelas 5 SD. Ryan mengalami kecelakaan saat bersepeda bersama temannya. Ia ditabrak lari oleh mobil pick up tidak bertanggung jawab. Waktu itu suasana sangat berkabung. Bagaimana waktu membawa kami untuk berkenalan dengan perasaan kehilangan. Bagaimana kami memahami kami tidak bisa bermain bersama selamanya.
Hari ini aku bakal ketemu Yoga. Dari facebooknya terlihat dia sekarang tumbuh dengan gondrong. Kelihatannya dia begitu mencintai kampusnya, jadi mempertahankan statusnya sebagai mahasiswa. Di chat dia bercerita kalo baru-baru ini dia mencari game Digimon di Android. Meski waktu merubah banyak hal, kelihatannya tidak semuanya berubah.
bersambung~
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Anak 90an
AléatoireWaktu tidak mengizinkan kita kembali ke hari kemarin, tapi kita punya kenangan untuk dituliskan.