BAB • 1~Karnaku Suka Dia

78 8 10
                                    


"Terlepas semua yang kuinginkan tak kan ku ulangi. Maafkan jika kau ku sayangi dan bila ku menanti"

~~~~°°°~~~~

Di pagi hari aku sedang bersiap-siap untuk berangkat kesekolah, karna ini hari pertama aku masuk sekolah.kenalin nama aku Amara, Sekarang aku duduk di kelas 11 SMA IPA 3 ketika aku sudah sampai di sekolah aku pun langsung mencari tempat duduk, karna ketika kenaikan ke kelas 11 muridnya mulai di acak, jadinya aku mencari teman yang sudah kenal saja. Dan... aku pun duduk bersama temanku yang biasa dipanggil Inul, namanya mirip ya kaya penyanyi dangdut :v

Emmm aku itu anaknya kalem alias(pendiam), engga banyak ngomong tapi kalau ada yg ngajak ngobrol aku engga diam kok, malah aku itu anaknya asik. Karna aku itu anaknya sedikit pemalu, kaya kucing, malu malu tapi mau .

Ada salah satu cowok yang aku taksir di kelas namanya Irfan.
Irfan itu anak nya pendiam,engga banyak ngomong,tapi orangnya engga dingin kok,dan juga engga terlalu ganteng tapi dia itu orangnya manis kalau tersenyum, tapi kalau lagi diem keliatan jutek orangnya.

Saat jam sudah menunjukkan waktunya istirahat, aku dan Inul segera menuju kantin, kantinnya berada di depan sekolah, maklum lah ya... sekolahan baru, tapi mungkin bisa dibilang bukan kantin kali ya, karena itu cuma pedagang-pedagang yang menggunakan gerobak saja didepan sekolahan.
Ketika aku sedang beli roti bakar, tiba-tiba saja Irfan pun datang menuju kantin dan dia mengarah ke tukang roti bakar juga, di situ entah kenapa jantungku jadi dag dig dug tak menentu, dan seketika suhu ditubuhku langsung memanas.

'Astaga kenapa ada dia sih.' Batin Amara.

Dan disaat jantungku tengah berdetak tidak karuan gini, tiba-tiba saja Irfan berdiri tepat disebelahku. kalian tahu? rasanya tuh gak keruan, seluruh tubuh gemetaran kaya mau pidato di depan kelas.:D

Ketika bersebelahan dengan dia aku melihat dia dan dia juga melihat aku, aku tersenyum kepada dia dan dia pun membalasnya dengan senyuman juga.

'Ya Allah Senyumnya ... rasanya gue pengen terbang setinggi-tingginya dan ga mau turun.' Batin amara

Dear Diary
Aku ‌takkan lelah bila aku harus menanti dirimu, takkan hilang cintaku ini hingga saat kau tak kembali, akan ku selalu kenang dihati. Hingga tiada cinta yang tersisa dalam jiwa.

Waktu sudah menunjukan waktunya pulang sekolah. Ketika aku ingin pulang di jalan aku bertemu dengan Irfan.

"Hay, Amara?" Panggil Irfan dengan ramah.

"Hay juga Fan." sahutku dengan senyuman.

"Lo mau pulang?" tanya Irfan yang lagi-lagi membuatku tersenyum lebar.

"Eh... ya Fan, kamu juga mau pulang? "

"Iya nih, lo naik apa?" lagi-lagi Irfan bertanya.

"Ehm... Naik angkot Fan, soalnya aku lagi engga bawa motor hari ini".

Irfan nampak berpikir, terlihat dari raut wajahnya. "Gimana kalo bareng gue aja, rumah lo dimana?" tawarnya.

"Di Perumahan Asri Catelia."

"Serius rumah lo disitu? Kalo gitu kita satu arah dong?" Kata Irfan.

"Oh ya?" yang aku yang masih tak percaya dengan hal ini.

"Bareng gua yuk." itu terdengar bukan seperti pertanyaan, melainkan sebuah pernyataan yang Irfan lontarkan seakan ia sudah tahu akan jawaban dari cewek itu.

sudut-sudut bibir Amara terangkat naik keatas hingga membentuk sebuah lengkungan. "Boleh." Sahutnya dengan semangat empat lima.

Irfan pun berjalan menuju parkiran dengan Amara yang mengekor di belakangnya. Saat di pertengahan jalan, tiba-tiba Saja langkah kaki Irfan terhenti. Amara yang melihat Amara menghentikan langkah kakinya pun ikut menghentikan langkah kakinya. Irfan berbalik badan menghadap kearah Amara.

"Kok lo malah jalan dibelakang sih?" tanya Irfan dengan kening yang berkerut.

"Emang kenapa?" bukannya menjawab, Amara malah berbalik tanya pada Irfan dengan polosnya.

Irfan maju satu langkah hingga jarak diantara mereka berdua hanya berkisar beberapa senti saja. Hati Ara berdesir saat tiba-tiba saja Irfan melingkarkan tangan di area lehernya.

"Kalo kaya gini kan keliatan jadi lebih akrab." Ujar Irfan tepat di telinga Amara.

'Ya ampun Irfan gimana gue gak tambah suka coba kalo lo kaya gini.' Batin Amara kegirangan

Mereka pun kembali melanjutkan langkahnya menuju tempat parkir, dan saat mereka telah sampai di tempat dimana Irfan memarkirkan motornya, Irfan mempersilahkan Amara naik sesaat setelah ia naik terlebih dahulu.

***

Sudah hampir setengah perjalanan mereka lalui, namun diantara mereka belum juga ada yang memulai percakapan. Hanya suara mesin motor sajalah yang mendominasi. Hingga gerbang perumahan rumah Amara sudah terlihat, belum juga ada percakapan diantara mereka.

"Rumah lo yang mana?" akhirnya Irfan membuka percakapan yang sedari tadi membisu.

"Itu yang cat abu-abu." Amara menunjuk salah satu rumah minimalis yang berwarna abu-abu di depan sana dengan jari telunjuknya.

"Oke."

Dan... Sampailah sudah mereka berdua di rumah Amara. Kini, Amara sudah turun dari motor Irfan tepat di depan gerbang rumahnya.

"Mau masuk dulu gak Fan?" tanya Amara dengan kedua tangan yang memegang tali tas yang ada di gendongannya.

Irfan menggeleng pelan, "Makasih, lain kali Aja Mar, gue harus buru-buru sampai dirumah."

"Oh gitu, yaudah makasih ya Fan.",

"Yoi, santai aja." sahut Irfan dan sesaatnya ia langsung menyalakan kembali mesin motornya.

"Hati-hati ya Fan." ucap Amara sebelum Irfan pergi dari sana.

Baru saja Irfan ingin melajukan kendaraan roda duanya itu, namun ia tahan sejenak karena ia kelupaan sesuatu. Ia kembali menatap Amara yang kini juga tengah menatapnya.

"Kenapa Fan? Ada yang ketinggalan?" tanya Amara saat melihat Irfan tak jadi melajukan motornya.

Irfan menggelengkan kepalanya, "Oh ya, kalo besok-besok lo gak ada barengan untuk pulang, lo boleh kok bareng gue lagi, daripada lo sendirian, kan keliatan banget jones-nya," ledek Irfan.

"Ihh Irfan." Amara membulatkan matanya saat Irfan mengucapkan kata 'jones' dalam kalimatnya.

"Bercanda. Gue pulang ya. Assalamualaikum." pamit Irfan, namun sebelum ia benar-benar pergi dari hadapan Amara, ia terlebih dahulu menjawil hidung Amara dengan gemas.

Sontak, Amara yang mendapat perlakuan seperti itu tubuhnya langsung kaku seakan ada yang mengikat tubuhnya erat-erat.

"Waalaikumsalam." sahut Amara pelan saat Irfan sudah tak kelihatan lagi dalam penglihatannya.

Meskipun hanya kejadian-kejadian kecil yang dialami hari ini oleh Amara, setidaknya ia senang karena ia bisa berdekatan dengan Irfan

🌸🌸

Semoga kalian suka ya sama cerita pertamaku ini😀😊

Happy reading guys😍💪

-IrmaYat

Bukan Cinta BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang