Cast : Oh Sehun & Christy Wu (OC)
Genre : Fantasy,Romance | Rating : G | Lenght : Ficlet
[ Original Story By Christy Wu]
Disclaimer :
Ff ini murni buatan Christy sendiri jika ada kesamaan dengan cerita yang lain itu hal yang tidak disengaja sama sekali.
o0o
Cahaya terang itu tercerai – berai dan saling bertubrukan saat aku mengejar mereka ditanah terbuka. Hingga akhirnya mereka semua menghilang, meninggalkanku berdiri di tengah – tengah padang bunga. Malam berubah menjadi pagi begitu cepat.
Kunang – kunang yang bertubrukan berubah menjadi kupu – kupu beraneka warna. Kuputar tubuh, di dekat serumpun pohon, aku melihatnya. Si pemuda berkemeja putih. Ia berjongkok beberapa meter dari tempatnya berdiri untuk memetik setangkai bunga. Sebuah senyum yang amat rupawan terselip dalam pahatan parasnya.
Aku tak lagi kaget akan kehadirannya, karena malamku akan cepat berakhir saat ia muncul. Si pembawa matahari. Begitulah panggilanku untuknya.
Dalam sekejap ia sudah dihadapanku dengan setangkai mawar yang terulur. Dalam waktu yang singkat kudapati kepekatan yang aneh di udara. Kabut berkelip – kelip mengerikan yang sama. aku tahu apa akhirnya jika ini terjadi. Aku terhuyun dan tersungkur melawan perasaan pening saat membuka mata. Keajaiban di negeri dongeng menghilang mengembalikanku pada kesadaran mimpi sesaat. Ku hirup udara, menenangkan jantungku yang terpacu.
Aku tahu itu hanya mimpi, namun aroma musim panasnya masih tertinggal. Aku mengenalnya sekaligus tidak mengenalnya. Ia selalu datang di mimpi – mimpiku. Ini sangat membingungkan.
Akupun bangun mulai bersiap untuk bekerja. Hari baru telah dimulai tak ada waktu untuk memikirkan sebuah mimpi.
o0o
Keadaan ruangan kacau balau saat aku sampai. Ruangan observasi terlihat penuh dan banyak keluarga yang berjejer duduk didepan dengan wajah cemas. Segera aku mengganti baju khusus untuk ruangan dan melakukan operan dinas. Ya, pekerjaanku adalah perawat.
“Pasien tempat tidur nomer 1 dengan Febris Confulsi usia 4 bulan datang semalam dengan keadaan mata melirik ke atas, tidak ada kejang dan spastik (kaku). Observasi diruangan didapati pasien diare 4x cair. Jam 03.00 akral pasien dingin, bibir mulai cyanosis (biru), saturasi oksigen turun. Terpasang O2 nasal 2 lpm. Aku sudah melaporkannya ke dokter Park yang menjadi spesialis anak hari ini dan mendapatkan advis untuk rehidrasi cairan RL 300 cc/ 3 jam. Jika setelah kita operan kondisi pasien masih belum membaik tolong laporkan ke dokter jaga.” Ujar Anna saat mengoperkan pasien sambil membawa status.
“Apakah kau sudah mengatakan pada keluarga mengenai kondisi pasien saat ini?”
“Sudah kulakukan dan keluarga sangat kooperatif. Apakah ada pertanyaan? Bila tidak aku akan melanjutkan ke 3 pasien berikutnya?”
Aku hanya tersenyum, aku tahu ia amat lelah dan ingin segera menyelesaikan tugasnya dan beristirahat.
“Ya, selanjutnya.” titahku dan Anna membuka laporan selanjutnya.
“Pasien tempat tidur nomer 2 dengan Meningitis Ensefalitis – “ dan operan itu berlanjut hingga pasien ke – 4.
“Akhirnya aku bisa pulang dan tidur. Astaga malam ini sungguh melelahkan.” Keluh Anna yang merenggangkan kedua tangannya kekanan dan kekiri sengaja mengenai wajahku dan Freya.
“Kau bau!cepat pulang dan bersihkan tubuhmu.” Freya mendorong tubuh Anna menjauh sambil menutup hidung. Ia mengambil termometer untuk mengecek suhu semua pasien. Begitupun dengan aku yang mulai mengambil beberapa buku pasien kritis untuk dilaporkan kedokter jaga.
Anna mengurungkan niatnya untuk keruang ganti saat melihatku menggapai gagang telfon.
“Christy apa kau tahu?” mata bulatnya yang dikelilingi lingkar hitam menatap penuh minat kearahku.
“Apa?”
“Ada dokter baru di IGD.”
“Lalu?” tanyaku bingung tak tahu arah bicaranya.
“Dia tampan.”
“Hmm”
Hanya itu jawaban yang ku berikan, mukanya mendadak cemberut merasa kurang puas dengan apa yang kukatakan.
“Hanya hhmm?” Anna menatapku yang menekan nomer telfon dengan sangsi.
Aku mengedikkan bahu saat ia akhirnya berlalu keruang ganti. Meninggalkanku sendiri dengan tumpukan status dan sambungan telfon yang tak juga diangkat.
“Halo.” Setelah lama menunggu akhirnya ada yang mengangkat terfonnya. Tapi aku seperti mengenal suara ini, dr. Kim atau dr. Lee?
“IGD?” tanyaku memastikan tidak salah menekan nomer.
“Ya, dengan saya dr. Oh ada yang bisa dibantu?”
“Apakah dokter bisa keruangan observasi sekarang? karena ada beberapa pasien yang butuh penanganan sementara sebelum dokter spesialis anak yang bertugas datang.”
Hening cukup lama, membuatku takut kalau yang diseberang sana tertidur.
“Dokter?” panggilku.
“Ah, ya aku akan kesana!” ujarnya dan sambungan tertutup. Aku hanya mengangkat bahu acuh dan mulai mengambil satu kantong darah berjenis O+ untuk melakukan tranfusi pada pasien dengan diagnosa Dengue Fever grade 4.
Aku tak tahu kapan ia datang karena terlalu sibuk melakukan tindakan pada pasien. Saat aku mencuci tangan Freya menepuk bahuku.
“Bisakah kau mengantar dr. Oh untuk melihat pasien tempat tidur nomer 4? Aku butuh kekamar mandi, sepertinya aku datang bulan.” Aku hanya mengangguk mengiyakan dan berjalan menghampiri dr. Oh yang sedang menulis laporannya.
Aku baru sadar kalau tidak pernah mendengar nama dr. Oh selama ini, apakah mungkin dia dokter baru yang Anna ceritakan?
“Perawat Song, bisakah kau menelfon laboratorium untuk mengambil darah pasien tempat tidur nomer 1, aku perlu memeriksa kalium dan natriumnya?” matanya masih fokus membaca laporan medis pasien sebelum aku meminta tolong kepadanya untuk mengambilkan telefon. Sepertinya ia mengira kalau aku adalah Freya.
Ia mengambil telfon dan memutar tubuhnya kebelakang untuk diserahkan padaku. Saat tatapan kami bertemu, hanya keheningan yang terjadi. Aku merasakan aroma musim panas yang begitu nyata. Tapi tidak ada padang bunga, matahari bersinar cerah ditanah lapang dan suara kicau burung pipit di rerimbunan pohon. Obsidian gelapnya yang membuatku tahu kalau itu dia. Pemuda berkemeja putih yang selalu datang membawa fajar di mimpiku.
Keheningan kami kali ini terisi dengan suara alat tanda vital pasien yang nyaring, ruangan penuh obat dan pasien yang sedang kritis. Bukan setangkai bunga segar yang ia ulurkan untukku namun malah sebuah gagang telfon usang yang harus segera dimuseumkan. Aku menggigit bibirku sendiri, takut kalau masih terjebak di alam mimpi. Namun rasa anyir darah membuatku sadar kalau semua nyata.
“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” ia bertanya dengan nada yang tidak yakin.
“Kalau jawabannya padang bunga dan setangkai mawar … kurasa iya.”
Dan kurva manis tercetak diparasnya yang sungguh rupawan. Kini aku mengenalnya namanya Oh Sehun dan dialah orang yang selama ini berbagi mimpi denganku.
FIN
Fairy’s semua maafkan yang untuk yang sudah membaca cerita absurt Christy ini. kadang hayalan Christy itu radak gag nyambung. tapi Fangirls semua pasti pernah punya hayalan yang agak sengklek kayak gini kan hehehe. Jangan protes kalau OC – Krystal F(x) *kaburrrrr*.
Salam Sayang Christy Wu
XOXO
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot SesTal
FanfictionJika kalian menyukai semua cerita berbau sestal. Silahkan mampir dan rasakan lovey -dovey SesTal ala Christy Wu