Dia melihatnya. Semua.
Bahkan pacarnya itu mencium perempuan tersebut!
Si ah mendatangi Hun Ja, lalu menamparnya. Keras sekali.
PLAK!!
Lalu meninggalkan cowok brengsek itu sambil menangis.
Dia ingin menelepon Chan. Sahabatnya. Setiap dia memiliki masalah, dia akan curhat kepada Chan.
Tapi hatinya menolak. Entah kenapa. Akhirnya, dia duduk di sebuah taman. Menangis
***
(Si Ah POV)Menangis.
Hanya itu yang dapat kulakukan. Jelas aku sangat sakit hati. Orang yang kucintai selama ini malah menghianatiku. Aku benci!
Tak terasa, sudah 2 jam aku duduk menangis di taman. Aku beranjak pergi. Aku ingin melanjutkan "nangis"ku di rumah.
Tapi, Masalah selanjutnya datang. Hari itu juga, dan malam itu juga.
Si ah melihat keramaian. Sepertinya, itu kecelakaan.
Karena penasaran, aku mendekati keramaian tersebut.
Tapi, tunggu! Aku merasa kenal dengan mobil itu! Itu seperti mobilnya.....
Chan! Apa yang terjadi? Jangan-jangan...
Aku benar-benar tidak percaya! Di depanku ini benar-benar Chan!
Aku terduduk. Menatap tubuh perempuan yang berlumur darah. Di kepalanya juga banyak darah. Aku benar-benar tidak bisa percaya dengan apa yang kulihat di depanku ini.
Ambulans datang sepuluh menit kemudian.
"Kalian telat," ujarku.
"Apanya yang telat, Noona?" Tanya salah satu orang.
"Sahabatku tidak akan bisa tertolong," kataku dingin.
"Tahu apa, kau? Kalau ini sahabatmu, tolonglah dia! Kau sendiri hanya diam," salah seorang dari mereka malah memarahiku.
"Aku seorang dokter," kataku. Masih dingin.
"Kalau begitu, tolong dia! Bukan dibiarkan!" marah orang itu.
"SUDAH KUBILANG DIA TIDAK BISA DITOLONG LAGI!" akhirnya aku berteriak.
Orang-orang diam. Petugas memeriksa nadi Chan.
Dan petugas itu menggeleng.
Dia bertanya kepadaku, "Noona, apakah kau tahu keluarga dari korban?" tanya petugas itu.
"Ne, tapi ibunya dirawat di rumah sakit jiwa. Sedangkan ayahnya sudah meninggal. Dan dia anak tunggal," aku menjelaskan sambil sedikit terisak.
"Malang sekali. Kalau begitu, kau harus ikut ke rumah sakit. Kau tahu orang ini, kan?" tanya petugas itu lagi.
Aku mengangguk. Tubuh Chan diangkat ke dalam mobil ambulans.
Esoknya...
Hari pemakaman Chan. Aku tidak bisa berhenti menangis. Dan hari itu aku tidak masuk kerja.
Kenapa harus begini? Pertama, orang tuaku meninggalkanku. Disusul dengan kakak. Setelah itu, Hun Ja juga mengkhianatiku. Dan kini Chan juga ikut meninggalkanku? Siapa lagi yang dapat menghiburku kembali?
Teman-teman rumah sakit? Aku tidak terlalu dekat. Paling hanya dengan dokter Jeun. Dan dia sangat sibuk.
Rasanya, seperti tidak ada gunanya lagi aku hidup.
**
(Author POV)Rasanya, seperti tidak ada gunanya lagi aku hidup.
Mikir apa, sih Si Ah?
Saat pulang, dia tidak langsung ke rumah. Dia menyendiri lagi di taman kemarin. Di sampingnya ada pisau.
Si Ah sudah tidak tahan lagi, dia ingin bunuh diri!
Tepat jam sembilan malam, dia menggoreskan pisaunya ke pergelangan tangan.
***
(Jung Si Ah POV)Tepat jam sembilan malam, aku menggoreskan pisaunya ke pergelangan tangan.
Perih. Dan semuanya menjadi gelap setelah lima menit berlalu.
...
Aku pusing. Aku seperti ada di kasur. Cahaya lampu menyilaukan mataku saat aku mencoba membuka mata.
Tunggu! Kenapa aku tidak mati?
Ruangan ini wangi. Dan dingin.
'Klek' pintu terbuka.
Aku mencoba menggerakan lengan kiriku. Perih.
"Kau sudah sadar?" tanya sesorang. Sepertinya laki-laki.
"Hmmm?" aku bergumam
"Untung aku sedang lewat taman. Coba kalau tidak? Kamu bisa mati mengenaskan di taman," jelasnya dengan nada yang sedikit khawatir.
"Kenapa kau menyelamatkanku?" tanyaku.
"Karena itu tugasku," jawabnya sambil tersenyum manis, "kau sedang berada di apartemenku," lanjutnya.
Aku terdiam. Aku benar-benar bodoh. Kenapa bunuh diri di taman? Kenapa tidak di rumah? Kalau di rumah pasti kan berhasil.
"Bangun dan makanlah. Aku sudah menyiapkan kimchi untukmu," ajaknya.
Aku mengangguk. Lapar juga.
Lengan kiriku masih perih sekali. Terbalut perban dengan rapi.
"Apa kau seorang dokter?" tanyaku untuk memulai pembicaraan.
"Iya," jawabnya
"Di mana?" tanyaku lagi.
"Sejeong hospital," dia menjawab singkat.
Aku hanya mengangguk. Enak juga kimchinya.
"Mau kuantar pulang?" tawarnya.
"Ani, aku bisa naik bis kota," aku menolak.
"Ayolah, kondisimu masih sangat lemah begitu," dia memaksa.
Dan akhirnya aku mau.
Aku benar-benar pulang diantar olehnya.
***
Hai gaiis.. Absurd? Iya deh iya..Mian, ini masih sedikit. Cuma 600+ kata:'(
Kuusahakan part selanjutnya panjang, deh!
Jan lupa Vomment yaaa!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Born For You
RomanceJung Si Ah, perempuan berumur 24 tahun itu hampir putus asa menghadapi hidupnya. Orang-orang yang ia sayangi meninggalkannya semua. Tak terkecuali Chan, sahabatnya. Sampai benar-benar di puncak. Dia bertemu seseorang yang mengubah hidupnya . Dan mer...