Part 3

126 1 0
                                    

Setelah kejadian perkenalan sehabis ujian itu, tidak ada perubahan yang berarti. UTS sudah berlangsung lima hari. Itu berarti kesempatan Deva tinggal tiga hari lagi, pikirnya. Sampai hari ke tujuh tetap tidak ada kemajuan. Mereka hanya bertukar sapa dan senyum, yang setiap saat membuat Deva salah tingkah dan akhirnya mengurungkan niatnya untuk ngobrol dengan Keara. Deva baru tau satu hal setelah beberapa hari ini memperhatikan, Keara termasuk cewek populer di angkatannya. Deva tidak kaget mengetahui hal itu, Keara memang cantik. Hanya saja, Deva bukan tipe yang ingin tahu hal - hal tentang itu, apalagi lintas angkatan. Kurang kerjaan menurutnya. Beda halnya dengan teman - teman sepermainannya yang lain.

Hari terakhir UTS pun tiba. Deva panik. Bukan panik karena ujian. Padahal ujian hari itu adalah matematika peminatan yang tentunya ditakuti oleh para anak IPA. Deva panik karena kesempatannya untuk mengenal Keara lebih dekat akan berakhir hari itu. Sampai selesai ujian, akhirnya Deva memberaikan diri.

"Sekarang atau ga sama sekali," ucap Deva dalam hati.

Akhirnya setelah membereskan tasnya, Deva langsung berlari keluar kelas mencari Keara. Seharusnya Keara belum jauh karena ia baru keluar kelas tidak lama sebelum Deva.

"Keara!" panggil Deva.

Keara nengok ke sumber suara. Keara melihat Deva berlari kecil ke arahnya.

" Eh, halo Kak Deva. Kenapa?" sapa Keara.

"Anjir gue salting" kata Deva dalam hati.

" Gapapa kok. Lo mau kemana?" tanya Deva asal.

" Mau jalan sama temen - temen gue. Cari hiburan menghilangkan penat ujian haha" jawab Keara dengan bersemangat.

Deva sejujurnya bingung mau ngapain. Otak dan hatinya saat ini sedang berjalan tidak selaras.

" Key, gue boleh minta nomer lo ga?" akhirnya pertanyaan itu terucap.

" Hmm, boleh Kak. Tapi nanti kalo kita ketemu lagi ya. Gue duluan ya kak udah ditunggu yang lain" jawab Keara sambil berlalu meninggalkan Deva.

Bertemu lagi dengan Keara tidak sulit menurut Deva. "Paling besok ketemu di kantin," pikir Deva.

Tapi ada hal lain yang mengganggunya sejak tadi. Perseteruan antara otak dan hatinya.

" Cuma minta nomer, abis itu kenalan. Udah," janji Deva.

Padahal, Deva membuat janji setelah mengkhianati janji besar yang telah ia buat sejak masuk SMA.


Keara bukannya tidak mau memberikan nomernya ke Deva. Hanya saja, Keara baru berkenalan dan mengobrol dengan Deva beberapa kalimat. Keara hanya memberikan nomernya ke orang yang dia rasa cukup dia kenal. Makanya dia perlu ngobrol beberapa hal lagi baru setelah itu akan memberikan nomernya.

Selain itu, siapa yang ga kaget diminta nomer sama Deva. Deva dan teman - temannya cukup populer di kalangan anak kelas sepuluh. Mereka terkenal dengan jago olahraga, ada yang jago futsal, basket, softball, dan sering naik gunung. Saat Deva dan teman - temannya berada di kantin. Keara dan teman - temannya selalu curi lihat ke arah mereka. Karena selain jago olahraga, Deva dan kawan - kawan juga ganteng.

Jago futsal dan ganteng.

Sudah cukup menarik perhatian Keara.

Yang sebenarnya sudah mengagumi Deva lebih dulu.



Sudah tradisi di sekolah Deva setelah ujian selesai diadakan pertandingan olahraga antar kelas. Olahraga yang ditandingkan ada futsal, basket, dan tarik tambang. Pertandingan tersebut berlangsung empat hari. Deva mengikuti ke tiga cabang perlombaan tersebut.

Tanpa Deva sadari, pada hari pertama setelah dia meminta nomer Keara, Deva tidak bertemu dengan Keara. Deva terlalu sibuk bertanding mewakili kelasnya.

Begitu pun dua hari setelahnya.

Pada hari terakhir pertandingan, kelas Deva masuk final futsal. Tidak bisa dipungkiri, Deva dan Affan adalah duet maut di lapangan futsal. Namun, pada saat pertandingan final, Deva dan Affan bertemu dengan duet sejenis mereka dari kelas dua belas.

Deva dan Affan harus bekerja keras untuk mendapatkan kemenangan pada akhir pertandingan.

Setelah pertandingan selesai, sorak sorai teman - teman sekelas Deva dan Affan meramaikan tengah lapangan futsal. Mereka langsung mengajak Deva, Affan, dan tim futsal lainnya untuk foto - foto. Deva yang malas dengan hal - hal seperti itu, memilih untuk ke pinggir lapangan untuk meluruskan kaki dan minum.

Deva baru menyadari lengan dan kakinya terluka di beberapa tempat. Bahkan ada yang mengeluarkan darah. Memang saat berjuang memenangkan pertandingan tadi, Deva sempat beberapa kali terjatuh.

Deva memutuskan pergi ke UKS untuk mengobati lukanya. Saat sampai UKS, Deva langsung menuju lemari obat dan mencari yang dia perlukan.

"Nyari apa ya?" Deva kaget mendengar ada yang bertanya dari arah belakangnya.

"Astaga! Gue kira ada hantu siang bolong gini," kata Deva saat balik badan melihat lawan bicarannya.

"Jago futsal tapi takut hantu ya lo Kak ternyata. Mau ngobatin luka ya? Sini gue bantuin" ucap sang lawan bicara sambil mengobrak - ngabrik lembari obat.

Deva sedari tadi kaget menyadari pertemuan selanjutnya seperti ini.

Di depannya, ada Keara yang memakai rompi PMR sedang mencari obat untuknya.




MaknaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang