- 3 -

1.7K 39 6
                                    

"Nanti kamu nggak usah ke Resto, malam ini aku lembur."

"Kakak beneran nggak ada libur ya?" tanya Prilly sambil membantu Ali merapikan kemeja hitam yang di pakainya.

"Nanti aku coba usahain," ucap Ali kemudian mengecup kening istrinya.

"Besok juga kita pindah ya."

"Kemana?"

"Ke rumah kita."

"Kok mendadak?"

"Aku udah bilang ke Papa dan Papa setuju."

Prilly menghela napasnya. "Terus nanti aku sendiri?"

"Maaf ya Prill." hanya itu yang diucapkan Ali dan Prilly mengangguk saja.

"Pengantin baru dua hari ko mukanya cemberut gini sih," goda Putra ketika melihat Prilly masuk setelah mengantar Ali dengan wajah kusut.

Prilly menghempaskan tubuhnya. "Bete nih. Masa diem aja di rumah."

"Jalan-jalan aja. Biasanya pergi sama Kak Mila.

"Mila jalan sama Kak Nathan. Mereka sih enak, jalan-jalan terus. Padahal Kak Nathan juga chef tapi gak sesibuk Kak Ali."

"Yaudah jalanin aja sih Kak." hibur Putra tapi tak membuat Prilly terhibur.

Prilly tiba-tiba terperanjat. Ia menatap Putra penuh makna membuat laki-laki itu bergidik. Pasalnya ia tau maksud dari tatapan kakaknya yang pasti saja selalu membuatnya kesal.

"Anterin aku jalan-jalan yu."

Dan Putra, hanya berdecak tapi menuruti keinginan kakaknya itu.

* * *

Setelah jalan-jalan bersama Putra seharian, Prilly baru tiba di rumah pukul delapan malam. Ketika ia melihat kamarnya, masih kosong. Artinya Ali belum pulang.

Prillt berdecak. Ia berniat pulang agak malam agar ketika ia pulang Ali pun sudah pulang. Tapi ternyata sudah jam segini Ali-nya belum juga pulang.

Prilly membersihkan dirinya kemudian merebahkan tubuhnya di sofa. Ia menatap ponselnya yang seharian ini sepi dari kabar Ali.

Apa suaminya itu sibuk sekali?

Apa tidak ada waktu untuk sekedar memberinya kabar?

Prilly menghela napas. Selama mengenal Ali, laki-laki itu memang jarang atau bahkan tidak pernah memberinya kabar apapun. Bahkan ketika Ali sakit. Terkadang Prilly selalu kesal, Ali itu hatinya terlalu dingin. Sehingga ia tidak pernah memikirkan ada seseorang yang menunggunya dengan cemas.

Semenjak Prilly mengenal Ali bahkan sampai sekarang.

Merendahkan gengsinya, Prilly mencoba menghubungi Ali. Sudah dua kali menelepon, Ali tidak mengangkatnya. Kesal. Sudah pasti. Tapi Prilly mau apalagi.

Prilly melempar ponselnya ke tempat tidur. Kemudian ia beranjak untuk membereskan barang-barangnya dan jugar Ali. Selama hampir dua jam Prilly selesai mengepak semua.

Ia kembali menatap jam dinding yang menunjukan waktu sudah larut. Prilly menata ponselnya yang sama sekali tidak ada notif. Ia menghela napas lelah, lalu memilih berbaring di sofa dengan mata menatap langit-langit kamar. Dan secara perlahan, mata Prilly terpejam dengan nafas yang mulai tenang.

Prilly tertidur.

Entah pukul berapa, Ali baru mengemudikan mobilnya saat jalanan benar-benar sepi. Sehingga dalam waktu lima belas menit Ali sudah sampai rumah.

Keadaan rumah yang sepi, membuat Ali mengendap-endap karena takut membangunkan penghuni rumah. Ketika matanya menangkap jam dinding, ia terbelak.

Sudah pukul sebelas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang