Bebi

7 2 1
                                    

Bebi pov :

Membosankan.

Guru olahraga nggak bisa ngajar, trus kita mau ngapain?

Main? Ke kantin?

Ga guna banget.

"Bebiii bebii bebiiii ke kantin yuk plis dong aaaah" teriak Nana keras di telinga gue.

"Gamau" jawab gue.

Gue sih lebih memilih ke perpustakaan daripada makan di kantin, makan di kantin kan udah ada waktunya, nanti pas waktu istirahat.

"Gue mau ke perpus aja sih, lo mau ikut nggak? Kalo nggak yaudah sih" kata gue sambil beranjak dari tempat duduk.

Nana memutar bola mata dan segera ngikut di belakang gue.

Setelah sampai di perpustakaan, gue segera pergi ke rak bagian fisika.

Gue suka banget sama fisika sih emang, karena fisika itu asik.

Memang, sebagian besar temen gue pada mandang gue aneh. "Kok ada sih orang yang suka fisika sampe segitunya" begitu kadang kata mereka tentang gue.

Tapi ya.. mau gimana lagi, emang gue suka kok.

Saat gue lagi milih-milih buku di rak, tiba-tiba tangan gue menyentuh tangan seseorang yang juga sedang mencari buku di rak yang sama.

Deg.

Eh itukan? Kak Boby..

Entah kenapa, jantung gue tiba-tiba berdetak lebih cepat.

"Maa..maaf Kak" kata gue terbata-bata pada Kak Boby.

"Iya gapapa, santai aja kali. Lagi cari buku apa?" tanyanya.

"Ini Kak, lagi mau nyari buku fisika kelas XII, pengen liat soal-soalnya aja biar besok pas naik kelas udah nggak kaget sama pelajarannya" jelas gue.

"O gitu, suka fisika ya, aku juga suka sih tapi lebih stuck ke matematika, kalo kamu mau nyari buku fisika kelas XII mending yang ini aja, bagus loh ini" kata Kak Boby sambil menyerahkan salah satu buku fisika tebal yang barusaja dia ambil dari rak.

"Gue kira, Kak Boby itu orang yang sok keren dan dingin, ternyata orangnya baik kaya gini toh. Terus.. Kenapa pas waktu di kantin itu kok gak banyak bicara ya? Kesannya kayak sombong gitu." batin gue.

Setelah gue mendapatkan buku itu, gue segera mencari Nana ke tempat duduk yang sudah disediakan disitu.

Akhirnya gue menemukan Nana yang sedang tidur dengan pulasnya di salah satu jajaran tempat duduk.

"Woi woi.. Bangun Naa" kata gue sambil menggerak-gerakkan tubuh Nana pelan.

Gak bangun..

Akhirnya, gue pukul tu badan yang berisi.

"He he heee ada apa sih, ngantuk gue kalo disini, gue balik ke kelas jha ya Beb" kata Nana sambil beranjak dari tempat duduk dan segera keluar dari perpustakaan.

Akhirnya, gue sendiri disini, di tempat yang tenang dan dingin karena AC ini.

"Ehm ehm" tiba-tiba ada yang menjawil pundak gue.

Ternyata Nara, si juara satu itu.

"Bebi.. Masih berusaha buat ngalahin gue? Bahkan sampe nyoba ngerjain soal kelas XII?" katanya dengan muka yang membuat gue kepingin nonjok.

"Ya.. Iya emang kenapa? Gaboleh ya gue berusaha buat jadi yang lebih baik? Emang lo siapa nggak mau disaingin? Apakah lo juga berhak melarang orang untuk berusaha?" jawab gue.

"Ya tapi kan lo sadar kalo lo itu galebih dari gue. Apa-apa juga gue lebih baik kali dari lo, liat dong d...".

"Dasar gila lo" belum sempat dia selesai ngomong,  gue berbisik ditelinga si sombong itu dan segera pergi dari tempat yang berubah jadi panas.

Belagu banget sih jadi orang.

Mentang-mentang pas gue sendiri aja dia berani ngomong kaya gitu.

Tapi, pas gue sama Cherin dan Nana, dia bener-bener ga berani bacot apa-apa.

"Woooy" teriak dia keras sehingga membuat semua orang yang ada disitu menoleh dan menatap aneh kearahnya.

Dia keliatan malu banget karena nggak sadar udah teriak sekeras itu.

"Mampuss lo" batin gue.

Gue segera kembali ke kelas untuk menemui sahabat-sahabat gue.

Disaat gue masuk ke kelas, Cherin dan Nana kelihatannya mau pergi keluar.

"Mau kemana?" tanya gue.

"Mau ke kantin. Lo udah selesai belajarnya? Biasanya sampe lupa waktu gitu" kata Nana ke gue.

"Alah enggak, tadi ada si Nara yang ngajak ribut, mending gue cabut aja, ngikut kalian deh, hehehe".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UnrealizeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang