1# Assalamualaikum Ukhti

86 4 0
                                    

Para Santri baru pondok pesantren “Tarbiyatul Mubalighin” berkumpul di aula besar. Mereka sedang diberi penyuluhan tentang pondok  pesantren yang akan mereka tempati untuk 3 bulan kedepan. 3 bulan, pondok kilat khusus untuk menyambut bulan Puasa.

Pak Khoirudin, menaiki mimbar. Mengetuk mic, dan menyambut para santri dengan seulas senyum yang meneduhkan hati.

“Assalamualaikum Wr. Wb.”

Serentak para santri menjawab salam.

“Para santri yang dimuliakan Allah, Pagi ini, saya selaku kepala pondok pesantren “Tarbiyatul Mubalighin” akan menyampaikan beberapa informasi penting mengenai kegiatan menyambut Ramadhan tahun ini, segenap informasi tersebut antara lain, santri dilarang keluar area pondok pesantren ini, dilarang menemui santri lawan jenis, kegiatan belajar mengajar akan dimulai besok malam. Oh ya, untuk pengaturan asrama akan disampaikan oleh Bu Fatimah selaku pengurus pondok, terimakasih. Wassalamualaikum Wr. Wb.”

Sekarang giliran Bu Fatimah menyampaikan informasi. Dari raut wajahnya Bu Fatimah adalah sosok yang murah senyum dan terkesan kalem.

“Assalamualaikum Wr. Wb.”

Para santri menjawab dengan serentak.

“para santri, pengaturan asrama akan dibedakan menurut nama kalian. Untuk santri laki-laki asrama ada di balik aula dekat dengan perpustakaan. Sedangkan untuk santri perempuan ada di balik perpustakaan dan dekat dengan ruang kelas belajar mengajar. Untuk pembagian ruang asrama, sudah ditempelkan di pintu masing-masing. Setelah ini, para santri bisa langsung mencari ruang asrama dan diberi waktu seharian untuk menata asrama atau melihat sekeliling pondok. Sekian terimakasih. Wassalamualaikum Wr. Wb.”

Bu Fatimah menuruni mimbar disambut tepuk tangan dari para santri.

Aku dan Maura teman baikku, berjalan beriringan sambil menuju asrama. Namaku dan Maura berawalan huruf A. Asiefa Ainurul  dan Azura Maura Sachila. Aku dan Maura mencari nama kami  di deretan gedung asrama lantai 1-2.

“Asiefa, aku menemukan asrama kita!” Pekik Maura sambil tersenyum bahagia.

Aku langsung menghampirinya  “Mana?”

“Ini, Asiefa Ainurul Lafifa, ruangan 3 lantai 2” ucal Maura dengan nada gembira.

Aku langsung melihat deret selanjutnya.

“Aku akan se-asrama dengan Aqiela Nada Nazwa dan Azura Maura Sachila” aku mengucapkannya dengan

“Yes, brarti kita sekamar Sif” pekik Maura bahagia.

“Ayo kita masuk!” ajakku

Selang beberapa lama. Ada seseorang yang mengetuk asrama. Tak lain adalah Aqiela Nada Nazwa. Maura membukakan pintu dan mendapati Nazwa membawa sebuah koper besar dan beberapa tas kecil. Maura terkejut, akupun juga.

“Hai, Ukhti. Maaf, aku datang terlambat” Sapa Nazwa.

“Kamu Nazwa kan?” Tanyaku.

“Ya, namaku Nazwa, salam kenal. Nama kalian siapa?”

“Aku Asiefa, dan ini teman baikku Maura”

“Nazwa, kok kamu bawa koper besar banget? Kita kan Cuma 3 bulan disini? Seragam Pondok juga sudah disediakan” Tanya Maura kebingungan.

“Ah, Maaf. Aku kurang tau soal itu. Aku minggu kemarin juga baru pulang dari luar kota, jadi agak telat masuk asrama dan tidak sempat mengikuti acara penyuluhan” Jelas Nazwa.

“Oh Gitu, tidak apapa Nazwa, jika kamu punya pertanyaan, kami insyallah akan menjawabnya.”

“Terimakasih teman, kalian baik sekali, meskipun kalian baru pertama kali bertemu denganku”

“Kita kan sesama muslim, jadi harus saling membantu” tukasku.

Setelah berkenalan, kami berbincang-bincang masalah santri dan keperluannya. Menata beberapa barang di asrama dan bercanda ria sambil menghilangkan penat.

Aku melihat Nazwa mengeluarkan barang-barang di tas kopernya. Ku akui selera fashion Nazwa memang mahal dan tentunya bagus. Nazwa juga berparas cantik dan anggun sehingga pas dengan balutan kerudung mewah bermerk, seperti Zoya ataupun El-Zatta.

Maura, sosok yang sederhana sepertiku, tapi yang membedakanku dengannya hanya 1, yaitu kesabaran. Maura sosok yang suka kepo dan tidak sabaran. Karena ke-kepoanya ia selalu mendapat informasi-informasu menarik setiap harinya. Hahaha. Maura sosok yang berwajah bulat tembem, senyumnya syahdu dan berkacamata.

Sedangkan aku, mataku besar, wajahku seperti telur, tapi pipiku tidak terlalu tembem, kata orang, mataku anggun dan senyumku syahdu. Tapi menurutku, aku masih kalah dengan si cantik dan menawan Nazwa.

Aku, Maura, dan Nazwa semoga kita dapat menjadi muslimah yang baik.

Semoga kalian bisa melewati hari-hari selanjutnya di pondok pesantren ini.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mawar dari EropaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang