Prologue

246 31 5
                                    

Dia selalu menemaniku, selalu disampingku, menjagaku.

Sudah sekitar 3 bulan tubuhku terbaring lemah di ranjang dingin itu. Dengan dikelilingi alat-alat bantu yang memperpanjang waktu hidupku.

Wajah laki-laki yang menjagaku itu terlihat sangat lelah. Entah sudah berapa malam ia melewatkan waktu tidurnya. Tapi yang jelas, ia terlihat seperti mayat yang bangkit dari kematian.

Aku mencoba kembali ke tubuhku. Tapi seberapa keras pun aku mencoba, aku tak bisa kembali ke tubuhku. Tubuh itu seperti memiliki perisai di sampingnya, perisai yang melindungi tubuhku dari pemiliknya.

Jika tubuh itu menolak untuk dimasuki pemiliknya, kenapa jantung itu masih terus berdetak? Hal itu hanya memberi harapan palsu pada orang yang setia menungguku.

Pintu ruang inapku terbuka, menampilkan seorang pria paruh baya yang rambutnya sudah mulai memutih. Pria itu berjalan ke arah pria yang setia menungguku itu dan mengusap pundaknya.

"Tidurlah Cam, aku yang akan menggantikanmu untuk menjaganya." Ucap pria paruh baya itu.

"Aku belum lelah dad, aku akan tidur setelah aku merasa lelah." Tolak Cameron.

"Tapi wajahmu--."

"Wajahku tampan? Ya.. Aku tau." Sela Cameron lalu terkekeh pelan.

Ini bukan pertama kalinya Cameron menolak untuk beristirahat. Laki-laki tampan itu memanglah keras kepala. Tubuhnya saat ini sudah sangat lelah tapi ia tak mau mengakuinya.
Yang ia lakukan hanya duduk di samping ranjangku, mengenggam tanganku dan berdo'a agar aku membuka mataku.

Ben yang sudah putus asa merayu anak sulungnya pun memutuskan untuk duduk di sofa pojok ruangan dan membaca koran hari ini. Jika ia tak bisa menggantikan Cam, maka setidaknya ia menemani anaknya itu.

Jika saja aku bisa, aku ingin membuka mataku dan berkata kepada mereka betapa bahagianya diriku. Diriku yang selalu mendapat kasih sayang yang melimpah dari keluargaku.

***

1 Februari 2017

Another World • S.MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang