Tak peduli betapa pun kau membencinya
Misi adalah misi
Brianna sama sekali tak menyangka Brian akan melakukan itu. Dia tampak sangat serius ketika menghadapi ranjau tadi. Apa dia pikir NDA akan menanam ranjau sungguhan di dalam gedung? Yah, mungkin petasan, tapi mengingat banyaknya agen yang masih sering terjebak dengan ranjau, opsi itu dibuang. Lagipula, penggunaan ranjau juga dilarang. Meski begitu, masih banyak organisasi atau negara tertentu yang tetap menggunakan ranjau.
Tapi bahkan meskipun kini para agen sudah mulai bisa mengenali keberadaan ranjau di bawah kakinya, NDA tetap tidak menggunakan ledakan untuk ranjau itu. Terlalu riskan memasang ledakan ketika para agen bahkan tak pernah bisa membebaskan diri dari semburan air itu.
Sejauh ini, cara Brian tadi adalah cara yang paling baik yang dilihat Brianna dalam menghadapi ledakan ranjau. Tapi tetap saja, Brian akan melukai tangannya. Meskipun dia benar juga. Bagi mereka, selama kaki mereka masih bisa bergerak, mereka masih bisa bertahan hidup, bagaimanapun caranya. Brianna juga cukup terkejut karena Brian mengorbankan tangannya demi menyelamatkan kaki Joe. Saat mereka pertama bertemu, ia tak tampak seperti orang yang akan melakukan itu.
Dibanding dengan jebakan di lift tadi, Brian menghadapi jebakan ranjau itu dengan jauh lebih baik. Sikap tenangnya saat menghadapi situasi tadi ...
"Kurasa kau memang memerlukan pakaian ganti," Brianna mendengar Joe berkata.
Brianna menatap lurus ke depan, ke arah dinding kaca yang memantulkan dua pria tinggi di belakangnya itu. Joe mengamati pakaian Brian yang basah, bahkan hingga kemejanya. Yah, para agen NDA yang sudah mengantisipasi ranjau itu bahkan menyiapkan pakaian ganti sendiri.
Brianna mengamati jas hitam Brian tersampir di bahunya, sementara kemeja putihnya yang basah menempel di tubuhnya, menampakkan segalanya. Brianna segera mengalihkan tatapannya ketika menyadari Brian juga menatapnya dari dinding kaca di depan sana. Brianna merasakan wajahnya memerah. Tampaknya Brian tahu ke mana arah tatapan Brianna barusan.
Tapi astaga, Brianna harus mengakui, Brian benar-benar memiliki tubuh yang bagus.
"Selain jaga mulutmu, jaga juga pandanganmu, Nona," sinis Brian di belakangnya.
Brianna berdehem. "Kurasa aku tahu kenapa kau menolak tawaran pakaian ganti dariku."
Brian mengangkat alis. Kini Brianna hanya berani menatap mata pria itu, khawatir jika ia menatap ke bawah, wajahnya akan kembali memerah dan Brian pasti akan meledeknya tanpa ampun.
"Kau ingin memamerkan tubuhmu yang ... ehm, tidak terlalu buruk itu, kan?" sinis Brianna. "Kau ingin menunjukkan betapa kau sering berlatih dan bertugas di luar sana? Dasar tukang pamer," lanjutnya dalam desisan.
Di sebelah Brian, Joe sudah tertawa. "Kau benar-benar serius menawarinya pakaian ganti?" tanya Joe kemudian.
Brianna menghentikan langkahnya untuk berbalik. "Tentu saja," sahutnya tegas. Memangnya ia hanya bercanda menawarkan pakaian ganti? Bagaimanapun, memasang jebakan seperti itu, mereka bukannya tidak menyiapkan pakaian ganti untuk agen baru yang tidak membawa pakaian ganti.
"Yah, kau tidak terdengar serius tadi," Joe melanjutkan.
Brianna mengerutkan kening. Begitukah? "Tidak, aku serius. Kami juga menyiapkan pakaian ganti untuk para agen. Mereka tidak membawa pakaian ganti di hari pertama mereka bekerja, sama seperti kalian hari ini."
Joe mengangguk. "Akan lebih baik jika Brian bisa mendapatkan pakaian ganti. Seperti yang kau lihat, pemandangan dirinya dengan pakaiannya saat ini sangat mengganggu, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Bullet
ActionBrian, seorang agen rahasia internasional SIA, dikirim ke negaranya untuk membantu NDA, Agen Pertahanan Nasional negaranya. Bersama rekannya, Jonathan, Brian harus berhadapan dengan mata-mata di dalam NDA yang disebut sang Mata Kegelapan. Keberadaan...