Ketika kau mulai khawatir akan seseorang
Kau juga harus mulai mengkhawatirkan perasaanmu kepadanya
"Ini adalah misi pertama kita," kata Brianna seraya membagikan berkas berisi informasi tentang misi mereka besok malam, lalu ia mengirimkan gambar dari komputernya ke monitor besar di depan meja rapat. "Malam ini, aku akan melihat kondisinya di lokasi, dan ..."
"Aku akan melakukannya," sela Brian, membuat Brianna menatapnya tajam. "Aku akan pergi ke tempat perjudian gelap itu dan memberitahukan situasinya pada kalian besok."
"Sudah kubilang, aku yang akan pergi dan melakukannya," Brianna berkeras.
"Tapi kau ini ..."
"Jika kau berani menyebutku perempuan ..."
"Tapi kau memang perempu ..." Teriakan kesakitan Brian kemudian menarik perhatian ketiga pria lainnya.
Mereka meringis melihat hidung Brian berdarah karena tinju keras Brianna.
"Aku sudah menyelidiki kasus ini selama sebulan terakhir," tegas Brianna. "Informasi yang sekarang ada di tangan kalian, adalah hasil penyelidikanku. Jadi jangan remehkan aku hanya karena aku perempuan."
Brian mengusap darah dari hidungnya dengan hati-hati, masih menatap Brianna dengan kesal. Brian hanya mengungkapkan kenyataan tentang dirinya yang seorang perempuan dan dia membuat hidung Brian berdarah. Gadis mengerikan ini ...
"Dan perlu kalian tahu, bahkan tanpa kalian pun, aku bisa menyelesaikan misi ini," angkuh Brianna. "Selama sebulan terakhir ini, aku sudah melakukannya dengan sangat baik, sendirian."
Brian menyipitkan mata. "Sendiri? Kau sendirian menyelidiki lokasi perjudian itu?"
Brianna mengangguk angkuh. "Tak ada yang bisa kupercaya di sini, jadi ..."
"Apakah Direktur tahu tentang ini? Tentang penyelidikanmu?" selidik Joe.
Brianna berdehem. "Direktur tidak tahu jika aku pergi ke lapangan sendiri," akunya. "Tapi itu tidak penting karena ..."
"Itu menjadi penting sekarang," sela Brian. "Jika malam ini kau berkeras pergi ke tempat itu lagi, sendirian, kurasa ayahmu tidak akan membiarkanmu. Bahkan dia mungkin akan berpikir ulang tentang memasukkanmu ke dalam tim ini."
Mata Brianna menyipit berbahaya ke arah Brian.
"Malam ini, aku dan Brian akan pergi ke sana," Joe memutuskan.
Brianna mengepalkan tangannya, tampak geram.
"Dan sekarang, kau bisa mulai menjelaskan apa saja yang perlu kami tahu tentang perjudian ini," lanjut Brian santai, terlalu santai hingga membuat Brianna mentapnya penuh dendam.
***
"Aku tidak percaya gadis itu benar-benar pergi ke tempat ini sendirian," dengus Brian seraya mengamati kegiatan di gedung pabrik yang sudah tak terpakai di depan sana.
"Dia juga berhasil mendapatkan informasi yang detail dan tepat meski dia sendirian," sahut Joe.
Brian mengangguk. "Gadis macam apa dia?" gumamnya. "Apa dia tidak punya rasa takut?"
Joe mendengus geli. "Aku masih merasa ada yang janggal pada Brianna."
Brian mengerutkan kening. "Apakah menurutmu dia adalah sang Mata Kegelapan?"
Joe terdiam sejenak sebelum menjawab, "Mungkin saja."
Brian menatap ke depan, ke arah orang-orang yang baru datang dengan sebuah van hitam. Dari informasi Brianna, perjudian ini dilakukan setiap hari, tapi di tempat berbeda, dan orang-orang yang berbeda di setiap tempatnya. Ada empat tempat yang biasa mereka gunakan. Entah darimana gadis itu bisa mendapatkan informasi tentang tempat yang tepat malam ini. Bahkan, dia sudah tahu di mana lokasi perjudian besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Bullet
ActionBrian, seorang agen rahasia internasional SIA, dikirim ke negaranya untuk membantu NDA, Agen Pertahanan Nasional negaranya. Bersama rekannya, Jonathan, Brian harus berhadapan dengan mata-mata di dalam NDA yang disebut sang Mata Kegelapan. Keberadaan...