Sebuah Pertemuan

194 7 0
                                    

Selama jauh dari Nabila, Kukuh sebenarnya memang dekat lagi sama Rara. Setiap kebaikan kadang bisa meluluhkan perasaan. Apalagi ditambah Kukuh yang kecewa atas keputusan yang dibuat Nabila. Nggak setiap orang bisa menahan perasaan dan hatinya saat disamping orang yang dia cintai tapi nggak akan pernah bisa bersama. Kukuh juga manusia, punya perasaan dan hak atas keinginan juga, nggak sesempurna yang orang lain kira.

Kukuh pernah bilang ke Nabila, dia selalu nyaman disampingnya juga, selalu ingin ketemu, selalu ingin ngobrol, dan selalu ingin buatnya senyum. Nabila adalah salah satu cewek yang paling bisa menerima kekurangan yang dimiliki Kukuh selain ibunya. Nabila selalu merespon baik semua yang dikorbankannya, walaupun diluar sana pasti ada orang yang menganggap apa yang dilakuin dan diucapin Kukuh itu basi dan norak.

Dan pada saat itu Kukuh menilai Nabila bukan sekedar cantik, tapi menarik.

Tapi, dengan kejadian semua yang dialami Kukuh sama Nabila, nggak ada satupun rasa menyesal dari Kukuh. Kukuh malah bersyukur, karena dia masih diberikan sama Tuhan apa itu rasa untuk menyayangi, bahagia ketika dia ada, dan nyaman didekatnya jauh lebih dari tempat tidur sendiri. Yang Nabila pernah bilang seperti itu.

Ketika Kukuh membatalkan nonton bareng Nabila saat itu, Rara memang datang ke rumah Kukuh. Membawa beberapa berkas untuk Kukuh pertimbangkan masuk universitas kedokteran nanti. Kukuh saat itu nggak bilang maksud kedatangan Rara itu ke Nabila, ditambah Nabila mungkin karena udah terlanjur kecewa, dia juga nggak nanya ke Kukuh. Dan selebihnya hanya saling diam.

Kadang hal yang paling menyakitkan dari suatu hubungan adalah mendiamkan, lalu berprasangka buruk dan membuat keputusan yang akhirnya malah menyesalkan.

***

"Yah, handphone gue rusak, nggak bisa ngehubungin bidadari dulu deh. Sementara pake telepati nih~" kata Kukuh mengeluh sendiri sambil mengecek handphonenya, saat itu dia berjalan ke pinggir lapangan basket meminta Reza, temannya, untuk menggantikannya main setelah Kukuh lay-up, handphonenya jatuh dan keinjak.

"Main bawa handphone segala lagi lu," ucap Rangga yang lagi duduk dan nggak lagi main.

"Takut ada yang kangen."

"Siapa? Nabila?"

"Dua ribu rupiah!"

"Njir, lu kira lagi kuis," kata Rangga yang terkejut Kukuh kasih dia uang, "Eh, lu sebenernya sama Nabila udah jadian belum sih?"

"Dikit lagi."

"Hah? Dikit lagi? Maksud lu?" tanya Rangga penasaran.

"Iya, dikit lagi. Kayaknya gue kurang deh buat dia suka sama gue. Ah, yang penting gue udah jujur tentang perasaan gue ke dia."

"Lu udah nembak? Terus?" tanya Rangga penasaran, "ditolak?"

Kukuh mengangguk.

"Terus sekarang lu mau ngapain lagi? Perjuangin dia lagi?" tanya lagi Rangga.

Kukuh menjawab dengan isyarat mengangkat bahunya yang Rangga maksud kalo Kukuh juga nggak tau harus ngapain lagi soal Nabila.

"Gue ngerti perasaan lu, Kuh. Kadang kita juga pengen buat orang yang kita sayang bahagia, bukan berarti kita terus ngorbanin perasaan sendiri," kata Rangga saat itu mulai ngasih solusi ke Kukuh, "nanti kalo pada saatnya Nabila ketemu cowok yang dia pilih buat jadi pacarnya, lu bisa apa? Lu bakal dianggap nggak ada. Jauh lebih sakit dari yang lu rasa setelah ditolak itu."

Kukuh cuma diam saat itu. Mungkin kalau dia membela diri, Kukuh nggak jauh dari anak ABG yang dibutakan asmara.

"Kemarin Rara nyamperin kesini nyariin lu, ada apa?" tanya Rangga dengan topik lain.

Kukuh Meet Gia (Dia Tetap Menjadi Masa Laluku, Tahun 2009)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang