1.4 Sebuah Tawaran

7K 31 0
                                    

Bagian IV

Di kantor Arga tidak dapat bekerja dengan tenang, pikirannya dihantui berbagai misteri yang akan disuguhkan dalam liburan mereka nantinya. Di ruang sebelah, dari dinding pemisah ruangan yang keseluruhan menggunakan kaca, Arga tersenyum melihat Aditya, keponakan Pak Prabu yang tampak asyik berbincang dengan Sintya. 

Tampaknya pemuda yang masuk dalam lingkungan kerjanya dengan jalan KKN itu mulai berusaha menggoda Sintya, wajar saja karena dalam liburan nanti dirinya memiliki kebebasan penuh untuk mendapatkan tubuh bahenol dari simpanan pamannya itu. Pukul 15.30, Arga yang melirik jam di ruangan, merasakan waktu berjalan dengan sangat lambat.

“Heeii,,heii,,heeiii,,Apakah kalian sudah siap dengan liburan esok,” teriak Dako ketika melewati pintu kacanya yang terbuka.
Arga mendapati sesosok tubuh semampai terbalut jilbab putih dibelakang Dako. Melemparkan senyum termanis dengan lesung pipit yang mengapit dikedua pipinya, matanya berbinar indah, dengan raut muka yang penuh keramahan dan keakraban. Ya,,, sebuah senyum yang selalu saja membuat hati Arga tak berkutik.

Cut Zuraida, dokter muda istri sahabatnya itu memang memiliki sejuta pesona bagi dirinya. Arga sendiri tidak habis pikir, bagaimana mungkin gadis kalem dan lembut itu justru memilih Dako yang terkadang urakan, untuk menjadi teman hidupnya.
“Untuk liburan besok, Aku dan Zuraida telah mempersiapkan semuanya, dan aku harap kau dan istrimu juga begitu,” ucap Dako sambil memeluk pundak istrinya.

“Aku harap kau mengajak Aryanti, karena liburan ini pasti akan sangat menyenangkan,” sambung Zuraida, Dako mengedipkan matanya ke arah Arga sambil menyeringai.

“Ya pasti liburan ini akan sangat menyenangkan,” balas Arga yang tersenyum kecut.
Seandainya Zuraida tau, Dako suaminya telah mempersilahkan kepada mereka untuk berlomba mendapatkan tubuh indahnya.

“Apa kau benar-benar merelakan wanita alim itu disantap oleh teman-temanmu,” bisik Arga, setelah Zuraida meninggalkan mereka untuk mengambil beberapa barang di ruang kerja Dako.

“Justru itu, aku sangat ingin melihat semuanya terjadi, tentunya tanpa membuatnya marah, dan aku rasa kau bisa membantuku,” Arga tercengang dengan jawaban sahabatnya sejak di bangku SMP itu.

Dengan langkah santai Dako menggamit pinggul Zuraida melangkah keluar. Tepat didepan pintu, tanpa diduga Dako meremas pantat istrinya yang dibalas tatapan tajam Zuraida yang marah atas ulah suaminya.

***

Tbc Bagian V

Sayang, Ini Hanya Sebuah Permainan by MojoJossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang