***
"Ah," desah Jessi saat sebuah kecupan mendarat di ceruk lehernya, meninggalkan jejak basah yang sedikit kemerahan.
Jessi terasa dibawa melayang ke langit ke tujuh oleh seorang pria yang sama sekali tidak di kenalnya, bahkan ia tidak dapat mengingat bagaimana caranya ia dapat berakhir dalam situasi seperti ini. Ruangan yang gelap tanpa ada sedikit pun penerangan membuat Jessi tidak dapat melihat bagaimana rupa wajah pria yang saat ini sedang berada tepat di atas tubuhnya.
"Siapa kau?" tanya Jessi dengan napas yang terengah-engah. Ia harus mengetahui siapa pria ini.
Jessi mengerang cukup kencang saat pria itu menggigit puncak dadanya, membuatnya sedikit kesakitan sekaligus nikmat yang tiada duanya. Sepanjang hidupnya, ia sama sekali tidak pernah merasakan hal senikmat ini.
Cahaya matahari yang akan terbit menembus dari balik jendela membuat Jessi dapat sedikit melihat siluet tubuh besar, tegap, dan tangan kekar milik pria di atasnya ini. Jessi juga dapat melihat garis wajah pria itu yang terpahat sangat sempurna. Ia dibuat semakin penasaran untuk melihat wujud asli pria itu secara jelas."Katakan siapa kau!" ucap Jessi dengan nada yang sedikit meninggi. Tangannya menahan dada bidang pria itu agar menjuh dari atasnya.
"Kau akan tahu siapa aku," sahut pria itu dengan suara yang dalam. Mendengar suara pria itu membuat Jessi sedikit tertegun.
"Aku harus tahu sekarang juga," balas Jessi sambil berusaha bangkit dari posisi tidurnya.
Tangannya mengarah ke arah wajah pria itu sebelum akhirnya berhasil mendarat di rahang tegas yang ditumbuhi rambut-rambut kasar. Cahaya kekuningan matahari yang semakin memasuki ruangan membuat Jessi hampir berhasil melihat siapa sebenarnya pria yang berada di hadapannya saat ini. Namun, kenyataannya ia harus bangun dari mimpi indahnya.
Jam weker berwarna merah di atas nakas itu berbunyi dengan kerasnya, membuat wanita yang sedang tertidur pulas di ranjang besar miliknya terpaksa membuka matanya.
Shit! Bisa-bisanya aku memimpikan hal seperti itu. Sejak kapan otakmu menjadi kotor, Jessi? Apakah ini akibat dari terlalu lama sendiri?"Aku benci hari senin," ucap wanita cantik itu dan bergegas masuk ke dalam kamar mandinya.
Wanita cantik itu adalah Jessica Miranda Rosebert. Tubuh langsing, kulit putih, rambut cokelat tua, hidung mancung, dan mata biru adalah kecantikan yang ia miliki. Ia kini berkerja sebagai dokter spesialis bedah di rumah sakit milik kedua orang tuanya, Steven dan Veronica Rosebert.
Jessi melilitkan handuk putih ke tubuhnya dan keluar dari kamar mandi. Hari ini ia harus memulai kembali rutinitas kesehariannya. Berangkat kerja, mengecek pasien, melakukan operasi, dan pulang saat jarum jam menunjukkan angka satu atau dua pagi. Ya, seperti itulah kehidupannya hanya diisi dengan kerja dan kerja.
Jessi menatap walk in closet miliknya. Akhirnya, ia memutuskan untuk memakai kemeja hitam, celana bahan berwarna putih, tas hitam Chanel, dan stiletto putih miliknya. Setelah itu ia segera bergegas untuk sarapan bersama dengan keluarganya.
"Selamat pagi semuanya." Jessi mencium pipi kedua orang tuanya dan langsung mengambil tempat duduk di sebelah ibunya.
"Selamat pagi, sayang. Apakah hari ini kau akan pulang malam lagi?" tanya Veronica pada putri satu-satunya itu.
"Aku tak tahu, tapi sepertinya iya," jawab Jessi sambil mengoleskan mentega pada rotinya.
"Pulanglah lebih cepat karena kita akan ada acara makan malam dengan keluarga besar Rosebert," ucap Steven sambil menatap Jessi serius, membuat tubuhnya menegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cool Man is Mine
Romance*** Seorang Jessica Miranda Rosebert memiliki segalanya di hidupnya hingga membuat kehidupannya nyaris sempurna seperti seorang putri kerajaan. Wajah yang rupawan, otak cerdas, kaya raya, dan keluarga yang bahagia. Ya, a memiliki segalanya, kecuali...