15 Agustus 20XX, panas terik menyelimuti negara tropis ini seakan sudah seperti biasa mereka nikmati. Tak ada yang menghiraukan bagaimana panasnya cuaca akhir-akhir ini, apakah ini karena "Global Warming"? Ataukah karena kenaikan aktivitas vulkanik gunung di pulau ini yang baru-baru ini hangat diperbincangkan?
Sambil memikirkan hal tersebut, aku terus mengurung diriku dalam kamar yang gelap ini. Bukan berarti aku seorang yang anti sosial, namun diriku ini hanya saja mudah malu ketika berada di depan umum, ditambah lagi jarang sekali terdapat anak yang seumuran denganku disekitar sini. Terakhir kali aku mendapatkan teman main ke rumahku yaitu ketika diriku masih TK, itu pun aku sudah melupakan wajah temanku tersebut.
Berdiam diri di kamar ini, diriku dipenuhi dengan banyak pikiran bagaimana nasibku di masa depan, apa yang akan aku kerjakan nanti ketika sudah lulus kuliah? Bagaimana jika aku tidak mendapatkan pekerjaan? Bagaimana jika orang tuaku tidak mau aku tinggal lebih lama lagi dengan mereka karena aku menganggur? Bagaimana ini?!
Pikirku sambil mengamati survey pekerjaan yang cocok sesuai jurusan kuliahnya, melalui alat yang tersusun oleh monitor, CPU dan mouse ini, yang lalu dipanggil dengan "Komputer". Pertama kali aku bertemu dengannya yaitu sekitar 2 tahun yang lalu, banyak hal senang dan duka yang kami lewati bersama, hingga saat ini pun kami masih dapat bersama dan hidup dengan bahagia.
Lalu, terlintas diriku baru terpikir bahwa ada sesuatu yang mengganjal. Sesuatu yang seharusnya aku pikirkan terlebih dahulu sebelum memilih pekerjaan.
"lupakan tentang pekerjaan, jurusan kuliah saja juga belum aku putuskan!"
Sambil mengeluarkan nafas panjang, diriku menatap ke sebuah iklan game online di social network. Game yang akhir-akhir ini hangat diperbincangkan oleh "Mahluk" di negara ini lewat internet. Mahluk yang kumaksud yaitu seseorang yang lebih sering meluangkan waktu di depan komputernya daripada keluar dan pergi bersenang-senang dengan temannya., termasuk diriku ini juga sama halnya dengan "Mahluk" itu.
Satu-satunya keahlianku yaitu bertapa di dalam kamar gelapku ini, hanya dengan bermodalkan kecepatan internet memadai serta komputer yang terus menyala. Aku sendiri hanya mampu bertahan 1 hari 1 malam tanpa makan dan minum, karena apabila melebihi dari waktu tersebut maka' Ibuku akan langsung mendobrak kamarku dan langsung mengguyur tubuhku dengan air dingin.
"Ah, sudah berapa lama aku tidak memainkan game online?"
Terpikir olehku, sudah hampir 2 tahun ini aku tidak memainkan game online yang dulunya merupakan kebiasaan buruk ini, namun setelah kejadian itu, aku berhenti memainkannya. Kejadian buruk tersebut bukan hanya berdampak kepadaku, namun kepada keluargaku juga. Terlintas dipikiranku setelah itu untuk berubah menjadi lebih baik, namun pada akhirnya aku jatuh ke lubang yang sama, walaupun tidak masuk lebih dalam lagi seperti dulu.
Menyelimuti keinginanku untuk bermain, aku memutuskan untuk pergi ke dapur untuk mengambil segelas es teh dari botol yang kemarin kuletakkan di kulkas. Rasanya sungguh segar, bagaikan terdapat air terjun dalam kerongkonganku ini. Hal tersebut merupakan kesukaanku untuk mencairkan suasana dalam tubuhku.
Kita sampingkan dulu adegan "bagaikan terdapat air terjun dalam kerongkonganku ini", namaku adalah-
"Bocah sialan!!" suara kencang datang dari kamarku tadi.
Hanya dengan mendengarnya, diriku ini ingin melarikan diri dari rumah, namun apa daya karena-
"Hoy, jangan kabur sebelum membereskan kamarmu dulu!!" suara tersebut menjadi lebih keras lagi.
"Iya, bu~"
"Lihat tuh, sampahnya ada dimana-mana, lemari kamu juga berantakan, beresi sekalian!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Day For Bad Game
Teen FictionSebuah kejadian tak terduga, menimpa seorang pemuda yang menyukai Game dan membenci panasnya cahaya Matahari, namanya adalah Renaldi. Dia terkena ledakan, namun anehnya Renaldi terbangun tanpa ada luka sedikit pun dan di sampingnya sudah tergeletak...