Part 1

66 7 2
                                    


                                                                  First Day

"Elisha Audiandra Pramadita!!" teriak seorang wanita paruh baya, yang tak lain adalah mamaku.

Aku pun terbangun dengan terpaksa, "apasih ma? Pagi pagi kok udah teriak teriak kayak orang kesetanan aja," protesku.

"Lihat tuh udah jam berapa, kamu nggak inget ini tanggal berapa? Ini udah tanggal 23 Juli yang artinya—" belum sempat Diana menyelesaikan kalimatnya ___ "Yang artinya hari ini Icha udah masuk sekolah!!! Mama kok nggak bangunin Icha daritadi sih?!."

Tak ingin menghabiskan waktu untuk protes, Icha pun langsung bangun dari tidurnya dan segera berlari ke kamar mandi.

BRAAK

"Tchh pintu nggak salah apa-apa kok dibanting, sekarang siapa yang kayak orang kesetanan"

*****

"Ish, gara-gara mama nggak bangunin aku, aku jadi telat masuk kelas, hari pertama jadi anak baru masa udah telat aja sih," keluhku sambil berlari kecil agar tidak semakin telat tapi ternyata—

BRUUK

Aku langsung terjatuh dan tersungkur dilantai. "Tchh, hari ini benar benar sial!" umpatku. Saat aku hendak berdiri dan siap untuk meluapkan segala emosiku, 'deg!' hatiku langsung bergetar, detak jantungku berhenti dan tiba- tiba mulutku bungkam. Aku menundukkan kepalaku untuk menyembunyikan kegugupanku,

Aku.... terpesona dengannya. Terpesona?! Oh ayolah Cha, ini baru hari pertama!. Tapi kenapa aku deg deg an?  Kenapa emosiku tiba-tiba surut saat melihat manik mata navynya? Dan hatiku...? ah sudahlah, mungkin karena shock saja.

Saat aku mengulurkan tangan dan berniat meminta maaf, tapi tanganku tak kunjung dijabatnya, yang ada hanyalah udara pagi yang menyapa telapak tanganku, ku beranikan diri untuk mendongak dan— nihil! Aku terkejut, kemana perginya dia?, ah itu pasti karena aku sibuk berdebat dengan pikiranku sendiri! keluhku. Aku pun memutuskan untuk mencari ruangan yang nanti akan menjadi kelasku.

Sekian lama mencari kesana kemari, rasanya aku hampir menyerah. Sekolah ini sangat lah luas bahkan mungkin bisa melebihi Istana Negara, bagaimana tidak? Ini adalah sekolah elit, SMA GALAPAGOS! Yang isinya hanyalah anak anak pengusaha alias orang berduit.

Saat aku berjalan gontai, tiba tiba saja aku menemukan plank yang bertuliskan "XI MIPA 4", aku menyipitkan mataku guna memastikan tulisan yang tidak terlalu jauh dari posisiku berdiri sekarang. yap tepat! XI Mipa 4, itulah kelas yang daritadi aku cari. Percayalah, rasa senang ini melebihi rasa senang saat menemukan harta karun! Daripada berlama lama disini, aku langsung berjalan menuju kelas itu yang ternyata didalamnya sudah terdapat guru. Aku mempercepat langkahku agar segera masuk dalam kelas.

Guru itu menyapaku ramah. "Pagi nak, pasti kamu anak yang pindahan dari surabaya ya?"

"Iya betul bu, saya pindahan dari Surabaya" ku sunggingkan senyumku sopan.

"Ooh jadi cah Suroboyo to" goda seorang cowok yang aku belum ketahui namanya.

Untung aja gurunya nggak marah, mungkin karena aku anak baru, jadi bisa memaklumi keterlambatanku. Dan sepertinya anak disini easy going semua, batinku senang.

"Kok diam saja nak, ayo perkenalkan diri kamu"

"Oh, iya bu"

"Nama saya Elisha Audi—" tiba tiba ucapanku terhenti saat aku melihat sesosok yang mampu membuat jantungku berhenti berdetak. Itukan cowok yang tadi pagi___

"Audi siapa nih? Audibawa kemana hubungan kita?" Dan disambut gelak tawa oleh anak anak sekelas, namun tidak dengannya. Dia hanya tersenyum tipis tapi mampu menghipnotis. Aku yang masih berkecamuk dengan sejuta tanda tanya tersadar oleh suara Bu Murni

"Ayo nak, lanjutkan perkenalanmu. Lebih cepat, lebih baik. Tidak usah dengarkan apa kata Dava, Dava memang suka menggoda semua perempuan." Aku mengangguk sambil tersenyum kikuk. Aku lebih memilih melanjutkan perkenalanku daripada harus memikirkan tanda tanya yang tak ada ujungnya.

"Nama saya Elisha Audiandra Pramadita, saya biasa dipanggil el atau icha, dan saya pindahan dari SMA 1 Taruna Surabaya, Saya pindah kesini karena orang tua saya harus ditugaskan di salah satu cabang perusahaan di Jakarta."

Setelah perkenalan selesai, aku dipersilahkan duduk oleh Bu Murni, tapiii, tunggu! Mengapa kursi yang kosong cuman ada pada sebelah cowok misterius itu? Apa itu artinya aku harus sebangku dengan dia? nooo, bigno! Jarak 5 meter aja udah buat jantungku berhenti, apalagi jarak 5 jengkal. Percayalah tidak sampai 10 detik pasti aku akan kehabisan oksigen dan tidak sadarkan diri. Tchh yang benar saja, Aku nggak mau mati konyol.

Aku langsung menggelengkan kepala guna menghapuskan semua pikiran konyol ku, aku menarik nafas lalu membuangnya dengan kasar dan dengan terpaksa aku duduk disebelahnya, Aku tersenyum hanya sekedar basa basi sebagai teman sebangku, tanpa diduga dia hanya membalas dengan tatapan dingin dan langsung membuang muka.

"Dih, disapa baik baik malah kayak gitu, dasar cowok misterius!" gumamku pelan.

Aku pun memperhatikan Bu Murni yang sedang menjelaskan pelajaran Biologi, tapi lama lama aku merasa bosan, bagaimana tidak? Biologi adalah salah satu pelajaran yang aku benci. Untuk membunuh kebosananku akhirnya aku beranikan diriku untuk meilirik cowok misterius itu, mungkin saja kita bisa berkenalan? Atau bertegur sapa?, tapi..... ternyata realita tidak sesuai dengan ekspetasi. Dia malah balik melihatku dengan tatapan itu lagi! Tatapan dingin tapi mampu membunuh bagi siapa saja yang melihatnya. Aku bergidik ngeri dan akhirnya sepanjang pelajaran hanya ada keheningan yang tercipta, tidak ada yang memulai pembicaraan atau hanya sekedar embel embel bertanya 'namamu siapa', dia asik dengan dunianya dan aku memilih bungkam karena masih trauma dengan tatapannya.

Sebenarnya kamu siapa? Dan mengapa kamu sangat...... dingin?


tbh im really nervous to publish this story, butt... hope you enjoy it! xoxo<3

ps: dont bully newbie^^ 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

StuckedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang