"Manis pahitnya cinta itu tak dapat diukirkan,
Namun kita dapat merasakannya."
Andhintya Jeveranni SwizzDhisa POV :
"Kamu dari mana aja, kok pulang malam banget?" Kata Kak Revan sambil melotot padaku.
Aku meringis. "Aku dan Ferri makan di Seafood 33, lalu bertemu temannya." Kataku singkat.
"Kamu nggak boleh pulang semalam ini, Dhisa. Memang, kamu ngapain aja sama dia?" Tanya Kak Revan.
"Aku cuma makan dan kenalan sama temen temennya, kak. Jangan aneh aneh deh, kak. Please." Ucapku merengut kesal.
"Kamu harusnya tahu diri, Dhis. Ini pukul 8 malam. Kamu itu harus sampai dirumah pukul 7 malam." Kata Kak Revan.
Aku mendengus kesal. "Makanya kakak cari pacar, gih. Biar gak gangguin aku melulu. Aku kan pengen bareng Ferri dulu. Kak Revan mah gangguin melulu."
"Kamu itu ... "
"Mama sama papa mana, kak? Kangenn...." kataku berusaha mengalihkan pembicaraan tak mengenakkan ini.
"Kamu gak ush mengalihkan pembicaraan, deh..." kak Revan memeluk tubuhku dengan erat.
"Iya, kak... iya.... aku serius... mana Papa sama Mama?" Kataku manja sambil mencium pipi Kak Revan, sementara Kak Revan mencium pipiku dan mencium keningku lembut.
"Ada di kamarnya... lagi pacaran. Sekarang kita juga pacaran, ya, Sayang..." kata kak Revan sambil kembali mengecup pipiku, lalu kecupannya turun ke rahangku.
Aku terdiam. Aku merasakan pipiku merona. Aduhh... apa yang Kak Revan lakukan, sih? Tanpa sadar rupanya Kak Revan sudah mengangkat tubuhku dan mengecup rahang serta leherku berkali kali, membuat aku merinding.
"A... ahh... ka... kakak... le... lepasin... aa... aku..." kataku terbata bata diselangi dengan desahanku.
"Sayang... sayang..." kak Revan balas mendesah.
Aku memukul mukul bahu kak Revan yang kekar dan berotot. Namun, kak Revan semakin membawaku ke pelukannya.
"Kakak cinta sama kamu..." desahnya lembut ditelingaku, mengecupnya ringan dan menjilatnya kecil.
"K... kak.. hmmpppfffttt.... aumhhppptttt.. kakhmmppptt.. le... lepa... mmfffttt.." kata kataku terbungkam oleh bibir kak Revan.
Oh, Tuhan... ciumannya benar benar panas... lidahnya menari dan menjilat di mulutku, membuat kerongkonganku terasa penuh. Apalagi ketika tiba tiba tangannya menelusup ke pinggangku, "Mmmhh... hhhmm... ppffftttt..." gumamku di sela sela ciumannya.
Tiba tiba aku tersadar. Terlempar kembali ke realita. Oh Tuhan...!!! Kak Revan adalah kakakku!!! Mana mungkin aku melakukan hal seperti ini dengannya! Dia adalah kakak kandungku!!!
Aku memukul mukul dada bidangnya, kakiku menendang nendang kakinya. Namun nampaknya Kak Revan tak mudah menyerah. Dia mengeratkan pelukannya...
Akhirnya, ia melepas juga ciuman dan pelukannya. Aku menatapnya marah. "Apa apaan kakak ini? Kakak aneh!" Kataku sambil menjauh darinya.
"Maafkan kakak, Dhis... kakak cuma... kakak cuma...." katanya gelagapan.
Aku membencinya!
***
Revan POV :
Aku menyesal...
Kenapa penyesalan selalu datang terlambat? Sekarang aku menyesal sekali...
Perbuatanku itu pasti brutal sekali menurutnya. Yah, tentu saja. Dia berpikir aku telah menciumnya sebagai adik kandungku sendiri...
Oh Tuhan. Selamatkan diriku... aku masih ingin bersamanya... gumamku dalam hati.
***
Paginya...
AUTHOR POV :
Dhisa turun kebawah dan sarapan dengan keluarganya. Ia memutuskan untuk mengabaikan kejadian yang membuatnya bingung setengah mati kemarin.
"Morning, Mama, Papa, kak Revan..." kata Dhisa sambil memberikan morning kiss pada keluarganya masing masing itu.
"Iya, morning too," jawab mereka serentak. Dhisa duduk di samping kursi Revan tanpa canggung sedikitpun. Revan menjadi agak jengkel karenanya.
"Dhis, hari ini hari pertama kamu kerja di perusahaan ini kan, Dhis. Kamu harus bersikap profesional, dong..." tegur papa.
Dhisa hanya tersenyum malu.
"Dhis... temanmu Ferri itu, sepertinya dia juga bekerja di divisi kita, Sayang. Soalnya Papa bertemu dengannya, kemarin..." ujar Papa. Pipi Dhisa bersemu merah.
"Dhisa senang Ferri ada di divisi kita, Pa. Jadinya Papa bisa lebih mengenal Ferri..." ucapnya malu malu.
Papa tertawa. "Hahaha... kamu ini sayang. Papa kan udah pensiun, sekarang kak Revan yang jadi dirutnya. Jadi Kak Revan, dong, yang lebih sering melihat Ferri nantinya. Setiap hari malah.." kata papa sambil tertawa.
Dhisa hanya menunduk malu, namun kembali mengangkat kepalanya dan tersenyum pada keluarganya itu.
"Kak Revan pasti senang, deh, sama Ferri. Soalnya Ferri itu baik banget, loh, kak..." katanya mengagungkan Ferri.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You My Little Sister!
RomanceRevan sangat mencintai adik perempuannya, Andhintya Jeveranni. Dhisa, bukanlah adik kandungnya, melainkan Revan yang adalah anak angkat keluarga Swizz. Revan selalu berusaha untuk melupakan Dhisa, namun tak pernah berhasil. Berkali kali Revan merasa...