"Aku mohon jangan menyukai lelaki lain... karena aku, kakakmu ini sangat mencintaimu... perih rasanya hati ini jikalau melihatmu dgn lelaki lain..."
Revan SwizzRevan POV :
"Semalam kamu ketiduran di kamar Dhisa, ya? Kamu tidur berpelukan dengannya, bahkan belum sempat mengunci pintu depan." Kata Papa.
Aku menggumam malu. "Iya, Pa. Aku ketiduran. Revan sangat merindukan Dhisa. Jadinya gini deh." Jawabku malu.
"Nggak apa apa, Rev. Mama maklum. Dhisa dimana, Rev?" Kata Mama.
"Dhisa lagi dikamarnya, sebentar lagi juga keluar." Tak lama Dhisa keluar mengenakan kaus putih biasa dengan celana jeans biru yang cocok dipakainya dan dengan ikat pinggang hitam, rambutnya coklat kehitamannya yang ikal ia ikat kuda menyisakan poninya. Ia mengenakan sepatu Reebok berwarna biru, membuatnya tampil sporty.
Melihatnya begitu membuat jantungku makin berolahraga. Serasa diremas remas saking sakitnya.
"Kak Revan... awas tuh nanti ilernya jatuh...." kata Dhisa jahil. Aku terdiam menutup mulutku.
"Dhisa cantik bgt sih. Jadinya kak Revan mupeng gini lihatnya..." canda Mama. Dhisa hanya tertawa kecil.
"B... bener..." kataku gugup. Rasa cintaku semakin merambah kemana mana, seakan meluber ke segala tempat.
"Katanya mau makan diluar ya... tapi Dhisa mau makan sama temen Dhisa." Katanya menyesal.
"Sama siapa?" Tanyaku cepat.
"Sama Ferri. Aku udah janjian sama Ferri. Maaf ya Ma, Pa, Kak."
Katanya menyesal.Jantungku yang tadinya sakit karena deg degan, kali ini sakit karena cemburu. Membuat jantungku seakan diremas karena sakitnya yang begitu dalam.
"Kamu pacaran ya.... sama si Ferri?" Kata Papa menggoda Dhisa.
Pipi Dhisa memerah. "Pa... papa apaan, sih?! Dhisa... Dhisa..." katanya gelagapan.
Jantungku makin serasa direnggut paksa dari tubuhku. Rasanya sakit sekali.
"Dhisa... jawab saja, Sayang..." kata Mama lembut.
"I... iya sih, Ma. Dhisa emang suka sama Ferri. Tapi... Dhisa gak pacaran, kok, sama Ferri." Jawab Dhisa malu.
Hatiku makin perih. Dhisa menyukai lelaki lain...
"Ya... mau pacaran jg nggak apa apa. Yasudah deh, Dhisa boleh makan siang sama Ferri. Tapi, jangan pulang lama lama, ya, Nak." Kata Mama lembut.
"Iya, Ma. Eh, kak Revan, kok dari tadi diem aja, sih? Dhisa pergi dulu, ya, Ma, Pa, Kak. Dadah..." ucap Dhisa sambil mencium pipi Mama, Papa, dan Dhisa.
"Hati hati ya, Dhis." Pesan Papa. Sementara daritadi aku hanya terdiam.
Rasa cemburu ini benar benar telah menguasaiku. Oh, Tuhan, aku mohon jangan buat Dhisa menyukai pria itu!!!
***
Dhisa POV :
"Apa kamu suka seafood?" Katanya sambil tersenyum padaku.
Aku mengangguk pelan. "Yah... aku suka. Sejak kecil aku menyukai ikan..." balasku.
Ferri tertawa. "Oh ya, aku senang kau suka. Aku juga suka seafood, terutama udang & kepiting." Jawabnya.
"Kebetulan yang sangat menyenangkan." Jawabku. Suasana pun menghening seketika.
"Katanya, tantemu menikah, hmmm? Kuucapkan selamat untuk tantemu..." katanya.
Aku tersenyum. "Oh... ya, tentu saja. Aku akan menyampaikan ucapan selamatmu pada Tante." Kataku. Lalu suasana kembali hening.
Suasana hening ini dipecahkan oleh suara notifikasi dari handphone ku. Aku segera mengambilnya, rupanya pesan dari Kak Revan.
Dearest brother Revan : Sayang, lagi dimana dan lagi ngapain??
Me: lagi dimobil bareng Ferri, mau makan di Seafood 33.
Dearest Brother Revan : pulang dong... Sayang...
Me : emangnya kenapa, kak? Kangen, yaaaa???? ;")
Dearest Brother Revan : iya sayang, aku kangen.... :*
Aku agak deg degan melihat emot yang dikirim Kak Revan. Heiii Dhisaaa apa pikiranmu ini? Kak Revan adalah kakakmu, aneh aneh saja aku ini..
Me : alaaahhh kakak bohong, kan??? ^_^
Dearest Brother Revan : nggaklah Sayang... kakak serius banget... dua rius malahhh... love you...
Aduhh... kak Revan ngirim pesannya ekstrim banget. Aku jadi deg degan....!!!
Me : udah ah... kakak mah ekstrim banget kata katanya. Udah ya, kakak sayang... aku mau kencan dulu sama Ferri... dah...!!!
Aku langsung menyimpan Hand Phone ku, lalu kembali mengobrol dan tertawa tawa dengan Ferri.
Sungguh menyenangkan, berbincang bincang dengan orang yang kita cintai...
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You My Little Sister!
RomansaRevan sangat mencintai adik perempuannya, Andhintya Jeveranni. Dhisa, bukanlah adik kandungnya, melainkan Revan yang adalah anak angkat keluarga Swizz. Revan selalu berusaha untuk melupakan Dhisa, namun tak pernah berhasil. Berkali kali Revan merasa...