Pendekatan

6.5K 286 1
                                    

Dante masih tidak percaya ia akan menikah dalam hitungan bulan. Apalagi ia akan menikah dengan wanita yang tidak pernah kenali sebelumnya. Terlebih alasannya menikahi wanita tersebut. Ia pun mengacak-acak rambutnya. "Gue tahu, lu pasti pusing, but papa won't do this to you, kalo lu gak bikin masalah kayak begitu" Derry tiba-tiba sudah ada di ruang kerjanya. "Mana bisa menikah tanpa landasan cinta?" Dante berkeluh. "Mana bisa juga menikah tanpa restu orang tua?" tanya Derry balik. "Sejujurnya gue sama sekali nggak ngerti sama lu. Sudah tahu mama dan papa nggak ngerestuin hubunga lu sama Venna, tapi lu masih ngotot" Derry mengoceh. Tujuannya ke ruangan kerja adiknya yang tadinya untuk membicarakan pekerjaan jadi berubah ke tujuan lain.

"Dan lagi, gue rasa Inggrid nggak terlalu buruk, malah tidak buruk sama sekali. Kamu sendiri sudah dengar kan prestasi dan sikapnya kayak gimana?" tanya Derry yang membuka kulkas kecil di samping kursi kerja Dante dan mengambil satu kaleng soft drink. "Tapi wanita macam gitu mana bisa berpakaian modis, dan lagi dia juga gak pintar merias diri. Gue tau kemarin malam dia tidak pakai riasan apapun, cuman bedak sama lipstick saja" Dante serius bermain dengan ballpoint kesayangannya. "Hmm jadi kamu memperhatikannya?" Derry tersenyum jahil di belakang. "Gue gak merhatiin!" gertak Dante. "Terus tahu darimana dia cuman pake bedak dan lipstick?" sanggah Derry. "Suatu hari nanti, lu bakal ngerti" Derry menaruh kaleng soft drink kosongnya di atas meja kerja Dante.

"Mengerti apa?" tanya Dante pada Derry yang berjalan menuju pintu. "Mengerti kalau mencintai seseorang itu tidak memandang modisnya dan riasannya. Tetapi seberapa tulus dia bersama lu, bahkan saat lu ada titik nol hidup lu" Derry berbalik badan dan tersenyum. "Ah ya, thank you for the soft drink bro!" Derry tersenyum senang dan langsung menutup pintu. Dante yang menyadari kaleng kosong bekas kakaknya itu hanya bisa menggeram kesal dan merampas kaleng tersebut lalu membuangnya.

***

"Jadi kamu akan menikah dalam waktu dekat ini?" tanya Sissy, teman dekatnya di kampus. Inggrid hanya mengangguk. "Hufftt aku sendiri bingung mau ngucapin selamat atau tidak" Sissy manyun. "Ya mungkin ini jalan hidupky Ssy" Inggrid tersenyum kecut. "Kalau ada waktu, aku kenalkan kamu dengan dia ya" Inggrid menambahkan. "Dia berapa tahun lebih tua darimu?" tanya Sissy. "Empat tahun lebih tua dariku" jawab Inggrid. Tiba-tiba Inggrid merasa ponselnnya bergetar. Ia langsung membuka dan melihat ada satu pesan masuk via Whatsapp.

Dante Tirtadjaja

Siang ini kamu ada urusan? Kalau tidak aku jemput makan siang ya?

Inggrid kaget mendapati satu pesan masuk dari calon suaminya tersebut. Ia pun langsung membalasnya.

Tidak, aku tidak ada urusan. Kamu mau jemput jam berapa?

Tak lama Dante langsung membalas pesannya. Hmm pria yang cepat respon rupanya!

Dante Tirtadjaja

Kita makan di Your Choice Restaurant. Setelah ini langsung aku jemput, aku jemput kamu di kampusmu. Dimana sih?

Hah? Your choice Restaurant? ResDanten mahal itu? Inggrid membayangkan banyaknya uang yang harus di keluarkan hanya untuk makan satu porsi saja. Sedangkan ia nanti akan makan dua porsi atau mungkin lebih.

Univeritas Harapan Jaya, kamu tunggu di depan parkiran mobil saja. Tidak perlu masuk. Apa plat mobilmu?

Dante Tirtadjaja

B 2365 TUL

Inggrid hanya membaca pesannya tersebut. Dante ternyata sopan juga. Terlepas dari penampilan amburadul pada saat mereka pertama kali bertemu, ternyata pria yang satu ini cukup sopan dan cukup gentle untuk mengontaknya terlebih dahulu. Hmmm bisa di bilang dia tidak salah ambil keputusan. "Sissy, aku pergi dulu ya, ada urusan" Inggrid beranjak dari tempat duduknya. "Urusan apa ha? Cuman kerja part time kayak kamu ada urusan apa? Sok sibuk banget" remehan Tika membuatnya ingin sekali melempar tong sampah penuh sampah organik yang berada di hadapannya kearah wanita cerewet yang satu ini.

"Iya aku sibuk, dan sibuknya diriku itu bermanfaat tidak seperti kamu yang hanya menghambur-hamburkan uang kedua orang tuamu" balas Inggrid. "Lho kenapa memangnya? Uang juga uang orang tuaku, bukan uangmu apa repotnya dengan kamu?" tanya Tika dengan percaya diri. "Sama! Urusan juga urusanku! Peduli apa kamu dengan urusanku? Maaf permisi ya, waktuku terlalu berharga dan sangat sia-sia jika aku meladeni mahasiswa malas seperti kamu" Inggrid melotot dan menarik tas kuliahnya.

"Hmm urus saja urusanmu sendiri ya, jangan urusi urusan orang lain. Oh ya tadi kamu di cari oleh Bu Indah, hmm tentang makalahmu katanya" Sissy juga akhirnya meninggalkan Tika sendirian. Dan kini Tika bergidik ngeri sambil berjalan menuju ruang dosen.

"Hmm plat mobilnya apa ya?" Inggrid membuka isi chat dirinya dengan Dante. Saat keluar dari parkiran mobil, ia sudah melihat mobil yang sudah menunggunya. Langsung saja dia berjalan menuju mobil yang akan sering ia tumpangi setelah resmi menjadi Nyonya Dante Tirtadjaja.

Inggrid mengetuk pelan kaca mobil Dante. Dante pun membuka kaca mobil tersebut dari tombol otomatis. "Masuk saja" ucapnya. Inggrid pun masuk ke dalam mobil. "Maaf kalau kamu menunggu" Inggrid membuka pembicaraan mereka. "Tidak masalah, aku juga baru datang. Kampusmu ternyata tidak begitu jauh ya dari kantorku" Dante dengan santai menyalakan kembali mesin mobil yang sempat ia matikan. "Kantormu dimana?" tanya Inggrid hati-hati. "Tirta Tower" jawab Dante singkat.

Jadi dia sekantor dengan papanya? Kok kemarin aku tidak ketemu ya?

Sesampainya di restoran mahal nan mewah tersebut, Dante memarkirkan mobilnya dengan jasa vallet parking yang di sediakan. Dengan santainya Dante menggandeng tangan Inggrid hingga membuat pemilik tangan tersebut tersentak. "Kaget?" tanya Dante. Inggrid menggeleng kaku sebagai jawabannya. "Harus sering-sering aku gandeng kayaknya biar kamu nggak kagok" Dante melanjutkan langkahnya dna langsung masuk ke dalam restoran tersebut. Ini pertama kalinya Inggrid menginjakkan kakinya ke sebuah restoran mewah bintang lima yang selalu menjadi langganan para sosialita atau mereka dari kalangan atas.

Setelah duduk di meja yang sudah Dante pesan sebelumnya, Ia di persilahkan oleh Dante untuk membuka buku menu dan memesan makanan yang ia inginkan. Inggrid melotot kaget melihat harga-harga yang di hargai pada setiap menu makanan. Paham bahasa tubuh Inggrid, Dante berusaha menenangkannya. "Aku yang bayar, kamu pesan saja yang kamu mau" ujar Dante santai. Ahh sukurlah dia yang bayar, tapi tetap saja aku harus punya etika! Tidak boleh memesan makanan berlebihan, aku masih tahu diri sekali pun dia calon suamiku sendiri, batin Inggrid. "Sudah tahu mau pesan apa?" Dante menutup buku menunya. Inggrid mengangguk setelah menemukan menu yang akan ia pesan.

Dante mengangkat tangannya mengisyaratkan untuk memesan makanan. "Selamat siang Pak Dante ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan itu. Hah? Tahu darimana dia namanya Dante? Inggrid mengeryitkan keningnya. "Saya mau pesan satu tenderloin ya, dan minumnya hmm fresh orange juice. Pakai sunkist ya, nggak perlu pakai additional sugar. Lalu kamu?" tanya Dante sambil menunjuk Inggrid dengan dagunya. "Aku pesan chicken steak, minumnya sama dengan kamu saja" jawab Inggrid. "Tidak pakai additional sugar juga?" tanya si pelayan. Inggrid mengangguk. "Baik, satu tenderloin, satu chicken steak dan dua fresh orange juice dengan buah sunkist dan tanpa additional sugar" si pelayan mengulangi pesanan mereka dn kemudian meninggalkan mereka.

"Oh ya, kemarin saat kamu ke rumahku, mama kamu kemana? Masih bekerja atau hmm maaf ya sudah bercerai dengan papamu?" tanya Dante santai menatap wajah calon istrinya. "Mamaku sudah meninggal" jawab Inggrid datar namun dengan raut wajah sedih. "Oh maaf" Dante jadi salah tingkah. "Tidak apa-apa kok" balas Inggrid lembut. "Sakit? atau kecelakaan?" tanya Dante sedikit kepo perihal kematian mendiang calon ibu mertuanya tersebut. "Sakit, TBC" jawab Inggrid singkat. "Aduh kamu jangan jadi sedih dong! Aku nggak sedia tisu adanya cuman lap ini" Dante jadi salah tingkah melihat ekspresi sedih Inggrid. "Aku nggak sedih kok" Inggrid meringis.

"Oke begini saja, aku tidak suka berlama-lama dan bertele-tele, sebaiknya sekarang kita hmmm membicarakan tentang pernikahan kita" Dante langsung mengutarakan niatnya. To the point, itu yang aku suka! "Hmmm baiklah" jawab Inggrid antusias.

Dan keduanya pun larut dalam pembicaraan . . .

***

Di tunggu vote dan comment yah :) 

Beauty and The BerantakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang