Sosok Hitam

23 6 10
                                    

"Thabrina!

Thabrina!

Thabrina!

Apa kau tak mengenalku?"

Aku terbangun dari mimpi aneh itu. Seseorang yang memakai jubah hitam dan mengenakan kalung berbentuk bulan sabit itu memanggilku. Ada keganjalan. Orang itu memanggilku dengan Thabrina. Nama yang hampir jarang kudengar untuk sebuah panggilan. Banyak yang memanggilku Rina. Dan juga, banyak yang berpendapat kalau namaku sulit dieja.

"Rina! Cepat turun, atau kamu akan telat!" teriak Mama dari bawah.

Aku bergegas merapikan ranjangku dan mengambil handuk. Dalam lima belas menit, aku telah selesai mandi dan memakai seragam. Hanya kurang dandanan saja. Aku adalah gadis yang sangat simple. Cukup kububuhkan bedak saja, banyak orang yang mengataiku memakai produk kosmetik mahal.

"Cepat, Rin! Atau Papamu akan marah!" Mama kembali berteriak.

Aku segera mengambil tas dan bergegas turun. "Maaf, Ma, aku kesiangan." sapaku dengan cengiran. "Sudah, ya, Ma, aku berangkat dulu."

"Lho, kamu nggak sarapan dulu? Atau Mama buatkan bekal untuk makan di sekolah?" tanya Mama.

"Enggak, Ma, makasih. Aku akan makan bakso di sekolah saja." kataku sambil menyalami Mama dan beranjak keluar rumah. Rupanya, Papa telah menungguku. "Maaf, Pa, ada kendala."

Papa hanya mengangguk. Kami pun meluncur ke salah satu SMA elite yang terletak di kota Yogyakarta. Aku mencari earphone ditas, dan memasangnya di telinga. Aku mulai mencari lagu yang bisa membuat moodku naik. Kutemukan lagu Blackpink yang berjudul Playing With Fire. Iya, aku seorang BLINKS.

"Nak, udah sampai." Papa menggoyang tubuhku. Aku melepas earphone dari telinga. "Makasih, Pa." Aku menutup pintu mobil dan melambai pada Papa.

"Rina! Udah ngerjain PR?" tanya Lizzie, salah satu temen baikku.

"PR apa?" aku balas bertanya.

"Matematika." jawab Lizzie datar.

Aku menggeleng lemah. "Udah. Tapi jangan nyontek, ah, seminggu aku ngerjainnya."

Raut wajah Lizzie menjadi lesu. Pucat. Sesekali dia menghela napas panjang. Dia lalu beranjak dari tempatnya berdiri dan meninggalkanku dan lagu dari Blackpink. Dalam hatiku, aku masih bertanya. Apa yang terjadi? Pertanyaan itu terngiang dikepalaku dan membuatku semakin panik. Lizzie yang menjadi diam, padahal dia selalu cerewet diantara kami bertiga. Aku, Lizzie, dan Febri.

"Liz, kamu kenapa?" tanyaku tanpa basa-basi.

Lizzie menoleh. "Apa sih? Aku nggak kenapa-kenapa."

"Kamu lesu dan pucat banget," aku mengelus kepalanya. "Jangan marah gara-gara aku nggak kasih PR, dong."

Tanganku ditepis oleh Lizzie. "Ngomong apa sih? Aku lagi semangat, kok!"

Aku mengernyitkan dahi. Tak percaya. Baru saja aku melihat Lizzie dengan raut wajah lesu dan pucat. Pikiranku semakin kacau.

"Thabrina! Apa kau tak mengenalku?"

Suara itu lagi. Suara itu dengan nada yang marah. Keras. Keras sekali. Aku mengedarkan seluruh pandangan ke seluruh sekolah yang bisa mataku lihat. Tak ada siapa-siapa yang berusaha memanggilku. Semua sibuk mondar-mandir dengan urusannya.

"Thabrina! Ini aku, Yemimma!"

Suara itu menyebutkan namanya. Aku masih bingung. Aku memejamkan mataku sebentar, lalu membukanya. Dan, plop! Seseorang yang berjubah hitam, sama dengan mimpiku semalam, datang. Aku menutup mulutku tak percaya. Aku mengedarkan seluruh pandanganku lagi. Sepi. Lengang. Tak ada yang mondar-mandir lagi.

"Sudahlah, Thabrina," ucapnya. "Kenalkan, namaku Yemimma."

Aku menghela napas. "Namaku—"

"Aku sudah tahu. Baiklah, aku akan membawamu ke rumah Tan." kata Yemimma.

"Lalu, bagaimana sekolahku? Orang tuaku?" aku bertanya.

"Sudah kuurus. Ada utusan yang akan menjelaskan seluruhnya pada urusan yang mengkhawatirkanmu. Sekarang, ikuti perintahku." jawab Yemimma.

"Tapi, ini dimana? Aku nggak tahu ini tempat apa." aku mengeluh.

"Tha, selamat datang di Rozya. Kota ini adalah satu dari sepuluh kota yang masih ada setelah masa penjajahan itu." kata Yemimma menjelaskan.

"Penjajahan? Itu 'kan udah lama banget." aku berusaha menghubungkannya dengan pelajaran sejarah.

"Bukan penjajahan itu. Lain lagi. Penjajahan yang mengusik kehidupan makhluk hitam." jawab Yemimma sambil mengajakku ke suatu tempat.

Aku menurut. Banyak sekali pertanyaan yang masih ada. Tapi, kuputuskan agar tak bertanya lagi. Ini bukan kotaku. Ini bukan duniaku. Ini bukan kehidupanku. Pasti ada peraturan ketat disini. Entah apa itu.

Aku memandang sekeliling dan menatap sebuah gapura yang bertuliskan sesuatu. Seperti tulisan kuno yang sering aku temukan dimeja belajarku akhir-akhir ini. Semakin aku melihat tulisan itu, kepalaku semakin pusing. Untuk pertama kalinya, aku menemukan sebuah kota yang sangat tersembunyi.

Yemimma mengajakku masuk ke sebuah rumah yang berasal dari gubuk. Tak terlalu bagus, namun nyaman. Saat aku masuk, aku dikejutkan dengan dua orang gadis yang sudah tiga tahun ini kukenal. Sangat dikenal malah. Mereka adalah Lizzie dan Febri. Ini aneh, mengapa Yemimma membawa sahabatku kesini?

"Yemimma, kenapa mereka ada disini?" aku mencoba bertanya.

Yemimma menghela napas. "Artinya, mereka spesial sepertimu. Orang-orang yang berdatangan disini pasti dengan undangan. Entah undangan lewat alam, atau dengan utusan. Orang sepertimu adalah datang dengan undangan alam. Sungguh orang yang pandai saja yang bisa masuk ke kota ini dengan waktu sehari. Kurang malah."

Aku menatap Lizzie dan Febri. "Kalian kapan sampai disini?"

"Kami nggak tau apa masalahnya. Tapi kami disusul oleh Rabita setelah aku pergi meninggalkanmu." jawab Lizzie.

Seorang lelaki yang tua renta berdiri. "Namaku Tan. Aku adalah tetuah disini. Dan kalian adalah salah satu keturunan Rozya yang tersebar diseluruh Bumi. Kau, Thabrina, kau adalah keturunan Raja Beary dengan garis lurus."

Aku bingung. Tak tahu harus berbicara apa. Raja Beary? Siapa dia? Lalu, orang tuaku? Apa mereka juga keturunan Raja Beary?

"Tidak, Tha. Disinilah kau akan menemukan jati dirimu, orang tuamu, dan segalanya. Disinilah kamu akan membentuk karaktermu sendiri. Kamu mungkin tidak tahu apa-apa, namun tubuhmu bisa lakukan segalanya. Kamu akan tahu nanti." kata Tan. "Lalu, tugasmu disini adalah mencari kastil yang hilang."

THABRINA KHUSAINI: When I See the Hidden CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang