2/3

286 29 9
                                    

******

Sore itu, tidak biasanya Woohyun sampai di rumah lebih dulu. Biasanya garasi mobil masih kosong tapi tidak hari itu. Lampu taman bahkan sudah menyala.

Eungi membuka pintu rumahnya dan segera dikejutkan dengan pemandangan yang membuatnya menyesal masuk ke rumah saat itu. Woohyun sedang bemesraan dengan Soyou di ruang tamu. Dua tubuh yang saling menindih dengan bibir tertaut.

"Woohyun, istrimu..." kata Soyou pelan sambil mendorong tubuh Woohyun.

"K-kau sudah pulang?"

"Nde. Maaf mengganggu, kalian bisa lanjutkan." Eungi berlari kecil masuk ke kamarnya.

Tidak masalah kalau Woohyun tak pernah menganggapku ada. Tidak masalah kalau Woohyun tidak mencintai atau bahkan sekedar menyukaiku. Tidak masalah Woohyun bersama dengan wanita lain. Tapi... kenapa melihat mereka terasa begitu menyakitkan?

Eungi bersandar pada pintu kamarnya. Kedua tangan menutup mulutnya rapat. Tidak ingin ada yang mendengar suaranya yang sedang menangis.

Aku berharap semua ini segera berakhir...

"Eungi ssi, kau bisa keluar sekarang." Woohyun mengetuk pintu kamar Eungi saat Soyou sudah pulang. Namja itu benar-benar keterlaluan. Bisa-bisanya dia berhati dingin bagai es.

"Nde Woohyun ssi." sahut Eungi masih dari dalam kamarnya.

Hal seperti itu jadi makin sering terjadi. Bahkan tidak jarang Woohyun mengajak Soyou untuk menginap. Tidur di kamarnya. Dan Eungi, hanya bisa pasrah dan berharap kelak suatu saat -setidaknya- Woohyun pernah menganggapnya sebagai manusia yang juga tinggal di rumah yang sama.

Pagi itu, seperti biasa Eungi menyiapkan sarapan sebelum berangkat bekerja. Woohyun tentu saja masih- barangkali tidur di kamar.

Meskipun hanya istri-palsu, Eungi tidak keberatan melakukan pekerjaan rumah layaknya istri sungguhan. Toh, berkat menjadi istri-palsunya Woohyun, kehidupan mewah yang sebelumnya tidak pernah dia rasakan bisa dirasakannya sekarang. Meskipun lagi-lagi itu hanya kamuflase di depan orang tua Woohyun.

Eungi melirik ke jam dinding.

"Sudah jam delapan. Kenapa dia belum keluar kamar?"

Eungi menghampiri kamar Woohyun. Menempelkan telinganya ke pintu. Tapi tidak terdengar apapun kecuali desahan kecil yang keluar dari mulut Woohyun.

Sebelum mengetuk pintu kamar itu, Eungi memastikan ke pintu depan bahwa tidak ada sepatu wanita selain miliknya. Karna dia tidak ingin jadi pengganggu seandainya suara yang tadi didengarnya adalah karna Woohyun sedang bermesraan dengan Soyou. Disana hanya ada sepatu miliknya. Lalu apa arti suara itu?

Eungi kembali menghampiri kamar Woohyun.

"Woohyun ssi, kau baik-baik saja." panggilnya tapi tak ada jawaban.

"Woohyun ssi..."

Kali ini Woohyun sendiri yang membuka pintu kamarnya. Wajahnya terlihat pucat dan bibirnya sedikit membiru.

"N-nde Eungi ssi."

"Ya Tuhan. Kau baik-baik saja Woohyun?" Woohyun hanya mengangguk pelan. Eungi menempelkan telapak tangannya ke kening Woohyun. Dan benar saja disana panas sekali.

"Kau demam. Masuklah, aku akan ambil air dingin dulu di dapur."

Eungi segera mencapai dapur. Menyiapkan air dingin dan beberapa bongkah kecil es batu dalam wadah lalu mengambil handuk kecil dari dalam lemari pakaiannya.

Infinitely Love You [Nam Woo Hyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang