Sial ku bertemu dengan mu lagi.....
Naruto Uzumaki pasien konoha hospital, bukan penyakit yang serius. Tapi depresi, Naruto pasien yang mengalama ganguan mental. Ia terduduk di ranjanganya menatap gelang di tangan kirinya. Gelang yang menandakan bahwa ia pasien yang mengalami ganguan mental. Gila sebut saja seperti itu karna itu yang sebenarnya. Berada di rumah sakit 1 Tahun tak ada yang membuatnya dapat berbicara walau satu kata pun. Mulai ia datang sampai sekarang,
Ia mulai berbaring, menerawang jauh. Teringat tentang ibunya, senyumnya dan suaranya.
" Cepat bangun dan berangkat sekolah Naru!"
Suara itu, dari mana berasal? Naruto tidak sadar jika ia telah melepas infus di tangan nya dan mencengkram kuat kepalanya. Darah menetes dari tangan bekas infus tadi.
" Naruto!!" Suster yang biasanya merawatnya berteriak. Suster itu segera menelfon dokter yang menannganinya. Suster itu mencoba menenangkan Naruto tapi Naruto tetap meringkuk memukul kepalanya, suster tersebut begitu kwalahan menghadapi tenaga Naruto, walau Naruto begitu kurus tapi tenaganya begitu luar biasa. Sampai akhirnya Naruto terjatuh dari ranjangnya, memukul mencakar apa yang ia bisa gapai pada tubuhnya. Tak ada teriakan, jeritan pilu. Tidak ada.
Derap langkah menggema di ruang pribadi Naruto.
"Ada apa?" Tanya Dokter yang ber name tag Tsunade.
"Aku tidak tahu, aku datang dia sudah begini." Jelas sang perwat yang bernama Hinata.
"Gaara berikan dia alganax dosis sedang. " Tsunade bersuara.
Entah sampai kapan Naruto bertahan dan mencandu dengan Alganax obat penanang yang selalu di suntikan ke tubuhnya. Tubuh Naruto mulai melemah. Dan jatuh tertidur atau lebih tepatnya jatuh ke dalam neraka yang di ciptakan otaknya.
"Naruto ibu menyangngi mu! Jangan nakal ok? Jangan pernah memilih dalam berteman" wanita itu bersuara riang.
" Kenapa? Bukankah di dunia ini banyak orang jahat?" Naruto bertanya polos,
"Kebaikan tidak mungkin di balas kejahatan bukan?" wanita itu bertanya
" Tapi selalu berbuat baik pasti akan di manfaatkan," Naruto berkata sesuai apa yang ia lihat. Di umurnya yang belia ia bisa membedakan apa yang benar dan salah.
" Ibu selalu sayang sama ayah, tetapi ayah selalu kasar terhadap ibu."
Wanita yang bernama Kushina itu menghela nafas sejenak, pertengkaran dirinya dan suaminya mengakibatkan pola fikir anaknya menjadi introvert.
" Sayang, ayah itu selalu sayang kepada kita. Hanya saja pengungkapan nya berbeda, mengerti? " Kushina berkata lembut. "Dunia ini memang jahat, tapi belum tentu orang yang di dunia ini jahat. Berbuat baik tidak akan merugikan mu, mengerti?"
Naruto mengangguk, lalu berlari menuju kelas nya, saat ia menoleh ibunya telah pergi. Kemana ibu nya? Naruto mengurungkan niatnya ia mencari ibunya tapi nihil. Ibunya tidak ada dimanapun.
Dia berlari memanggil ibunya tapi tetap tertemukan, dimana ia harus mencari? Lalu di sebrang jalan ia melihat ibunya tersenyum kearahnya sebelum tertabrak mobil.
Naruto membeku disana. Suaranya tak lagi bisa menyeruakan kehancuran hatinya.
Naruto terbangun dalam mimpi yang sama, mimpi dimana ia melihat ibunya tertabrak mobil. Ia terengah, keringat membasahi wajahnya. Ia mengelap wajahnya dengan tangannya, lalu gelang di lengan kirinya terpampang jelas di matanya. Lalu ia tersenyum, tersenyum dengan jiwa yang kosong.
Tengah malam Naruto masih terduduk di ranjangnya, rembulan bersinar terang. Ia hanya berdiam diri. Tidur hanya akan membunuhnya dengan perlahan.
" Aku tahu kau pasti terbangun" Suara itu, Begitu Naruto kenal.
Naruto tetap diam menatap jendela dengan pandangan kosong.
" Kau tau, hari ini begitu cerah. Apa kau mau melihat bulan?" orang itu berbicara.
Naruto tetap diam dalam posisinya.
" Biar aku membuka jendelanya."
Jiraya, kakek nya yang selalu merawat dan mengajaknya menggobrol meski tak pernah di tanggapi oleh Naruto.
Jiraya akan tetap berbicara. Membicarakan tentang suasana, cuaca, wanita dan Tsunade. Tak lupa juga ia membawa semangkok ramen misso kesukaan Naruto dan setangakai bunga lily kesukaan Ibunya Naruto.
Sebenarnya Kushina ingin merawat dan berbicara pada Naruto tapi apa daya, anaknya telah melupakan dan mengangapnya mati. Kushina akan berdiri berjam-jam di dekat pintu hanya untuk melihat Naruto. Melihat Naruto yang kambuh, melihat Naruto yang hanya berdiam diri tanpabada pergerakan.
" Kurasa besok akan cerah, bagaimana kalau kita jalan jalan. Mungkin Tsunade mengijinkan. Dia pasti bosan melihat wajahmubyang selalu di kamar" Jiraya mendengus.
Naruto tetap diam dalam posisinya. Jiraya mendekat dan membaringkan Naruto.
" Kau harus tidur, aku sudah menanamkan bunga matahari kesukaanmu." kata Jiraya.
Naruto tetap terjaga walau tak ada protesan saat Jiraya membaringkan tubuh ringkihnya.
Menyelimuti tubuh Naruto, Jiraya bangkit dan pergi keluar kamar Inap Naruto.
#
" Apa aku harus menyerah?" Kushina berkata sedih.
" Dia hanya kehilangan hati dan jiwa nya. " Jiraya berucap.
" Aku tidak sanggup jika harus menyuntikan obat itu kepadanya. "
" Apa kalian menyerah? Apa kalian tidak ingin berusaha lebih lagi? Dia tak mengingat apapun kecuali kesedihan tentang kecelakan Kushina. Dia mematikan hatinya sendiri karena patah hati. Dia menghancurkan jiwanya karna sakit hati yang begitu dalam! Kita mungkin tidak bisa mengembalikan dia seperti semula tapi kita bisa menyembuhkanya!" Jiraya berkata dengan emosi.
" Upaya apa yang harus kita jalani lagi!" Tsunade hampir menyerah. Segalanya telah ia lakukan. Tapi semua seaakan tak ada yang berhasil.
Hai hai hai hai!
Jilla bawa cerita baruuuuuu, konfliknya berat bgt rasanya ini tapi gpp deh. Naru nya gila disini gimana dia bisa sama sasu kalau dia gila coba?Nah penasaran bukan?
Komen dan votenya ya? Ok!
Untuk heaven and hell kemungkinan akan jila hapus dan Nothing jila kehilangan tema untuk itu.
Dan squel dari Young Momma belum terselesaikan. Abis repot bgt sih.
See you next chap if you like this.
#kecupmesra,
No edit
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartache
Fanfiction"Aku hanya ingin bertanya kepada tuhan, kenapa Tuhan ciptakan rasa cinta jika hanya untuk menyiksa hati?" #selfinjur #SasuNaru