ER present
Choi Youngjae (Got7)
With
Minatozaki Sana (Twice)
***
Jika siang mempunyai matahari yang bersinar terang menyinari bumi maka malam juga mempunyai bulan yang juga mampu menyinari bumi.
Walau pun bulan tidak seterang atau pun sehangat matahari, tetapi cahaya bulan masih mampu memberikan setitik cahaya kepada jiwa-jiwa yang tersesat di tengah gelapnya malam.
Malam itu adalah ‘Minatozaki Sana’ itu menurut Choi Youngjae karena Sana sangat dingin dan kedua matanya gelap seperti kegelapan malam.
Jika Sana adalah malam, maka Youngjae adalah siang.
Kepribadian mereka benar-benar berbeda dan kata orang siang dan malam tidak akan bisa bersama, tetapi Youngjae tetap mengejar Sana yang dingin dan kelam.
Bagi Youngjae Sana adalah bulan yang bersinar di malam hari walau cahayanya terkadang redup.
***
Malam itu hujan turun dengan sangat deras membuat Youngjae harus segera berlari mencari tempat untuk berteduh.
Sesampainya di halte terdekat Youngjae baru menyadari jika bukan hanya dirinya yang ada di halte itu ada seorang gadis cantik dengan rambut panjangnya yang juga berteduh di halte yang sama dengannya, jarak diantara mereka hanya sekitar satu meter. Membuat Youngjae bisa dengan jelas melihat wajah cantik itu, memang terkesan dingin dengan headset di telinga, tetapi itu tidak membuat Youngjae mengalihkan pandangannya dari sang gadis.
Youngjae kenal gadis itu, namanya Sana. Gadis yang diam-diam dia perhatikan walau pun sang gadis tidak mengalihkan pandangannya ke arah Youngjae, tetapi sedikit pun itu tidak membuat Youngjae menyerah.
“Kau tidak membawa payung lagi?” Youngjae berujar setelah duduk di samping Sana.
Yah.. Di sinilah Youngjae mengenal Sana, sudah beberapa kali Youngjae bertemu Sana di halte ini dan saat itu hujan juga turun dan Sana juga selalu duduk disana dan kalian pasti bertanya-tanya bagaimana Youngjae bisa mengetahui nama Sana.
Beberapa hari yang lalu Youngjae tidak sengaja mendengarkan pembicaraan Sana dengan seseorang di telepon yang diyakini Youngjae adalah ibu Sana.
“Aku tidak mengenalmu tuan, jadi menjaulah dariku” suara Sana benar-benar dingin, bahkan lebih dingin dari angin malam ini. Youngjae hanya tersenyum menanggapinya, entah mengapa ada sesuatu yang tetasa menggelitik hatinya saat melihat Sana.
“Maaf jika aku lancang, atau pun kurang ajar tapi.. Tidak bisakah kau membagi lukamu kepadaku?” mendengar perkataan Youngjae yang terkesan ingin tau manik kelam milik Sana langsung menghunjam sepasang mata Youngjae.
Lama mereka terdiam, masih saling menyelami mata masing-masing, walau pun mata hitam dan sangat tajam milik Sana terlihat sangat kelam, Youngjae tau ada banyak luka yang tersimpan di balik mata itu membuat dada sebelah kirinya menjadi nyeri karena jika merasakan sakit itu.
Dengan gerakan cepat tangan Youngjae menarik pergelangan tangan Sana. Membawanya ke pinggiran taman di dekat halte itu, walau pun hujan semakin deras Youngjae tidak peduli sekali pun setelah ini Sana akan sangat marah padanya, dia hanya ingin sedikit menghibur Sana.
“Apa yang kau lakukan? Kau sudah gila ya? Lepaskan aku?” Sana memberontak dalam genggaman Youngjae, mencoba melepaskan diri tetapi genggaman Youngjae semakin kencang.
Youngjae berhenti lalu melepaskan genggamannya.
Plakk
Satu tamparan keras mendarat sempurna di pipi Youngjae meninggalkan bekas merah dipipinya, pelakunya tentu saja adalah Sana.
Dengan nafas yang masih memburu Sana berusaha untuk menahan emosinya.
Kendati tubuh mereka kini sudah basah kuyup terguyur air hujan.
“Kau boleh pukul aku sepuasnya jika itu bisa sedikit membantumu lebih baik. Jika kau ingin menangis, menangislah yang kencang luapkan semuanya, biarkan air hujan ini yang menyamarkan air mata dan isakanmu” Youngjae menatap Sana dengan lembut lalu melanjutkan.
“Aku tau kau sangat ingin melakukannya, maka lakukanlah” didetik berikutnya Sana mulai menangis, meraung-raung menumpahkan segala beban yang telah dia pendam selama ini.
Melihat Sana yang menangis membuat Youngjae tidak tega, pemuda itu sangat ingin memeluk Sana dengan erat menyalurkan kekuatan untuk gadis rapuh itu.
Itu hanya menjadi angan-angan Youngjae saja, nyatanya sekarang dia ikut menitikkan air matanya.
Sana menatap Youngjae lekat lalu dengan perlahan mendekat ke arah Youngjae yang masih mematung dengan tubuh yang basah kuyup.
Grep
Sana menubruk tubuh Youngjae membuat kepalanya tenggelam ke dalam dada bidang Youngjae.
Youngjae yang terkejut dengan tindakan tiba-tiba Sana hanya bisa mematung, sedangkan Sana semakin merapatkan lengannya untuk memeluk pinggang Youngjae.
“Terima kasih” Sana berujar lirih, tapi Youngjae masih bisa mendengarkannya dengan jelas di tengah suara rintikkan hujan.
Perlahan kedua lengan Youngjae terangkat untuk membalas pelukan Sana.
Sana memejamkan matanya merasakan pelukan hangat dan juga kecupan lembut di pucuk kepalanya yang di berikan oleh Youngjae.
Youngjae memang orang asing untuk Sana, tetapi bolehkah Sana percaya padanya? Dia merasa nyaman di dekat pemuda itu dan mungkin Sana tidak perlu menyembunyikan lukanya lagi dihadapan Youngjae, karena hanya pemuda itu yang bisa menghapus lukanya itu.
Fin
Jangan lupa vomment ya, dan mampir juga ke story aku yang lain