My First Man

171K 5.1K 78
                                    



Aku pulang dengan senang. Hari ini kelulusan sekolah, dan aku lulus dengan nilai yang memuaskan. Tidak sia-sia aku belajar dengan keras selama ini, bahkan nyaris membuatku menjadi kuper dan kutu buku. Memfokuskan diri pada pelajaran sekolah, agar usaha keras ibu menyekolahkanku tidak sia-sia dan bisa membuatnya bangga.

Dengan sedikit berlari, aku masuk ke dalam rumah, ingin mengabarkan kegembiraanku pada ibu.

"Bu, Ney pulang," aku berteriak sambil membuka pintu.

"Ney," panggil ibuku. Aaaah, ada tamu rupanya. Aku tersenyum mengangguk kecil pada tamu ibu.

"Duduklah, Ney," kata ibu menepuk sofa di dekatnya.

Aku menurut.

Kulirik laki-laki tamu ibu. Ia sedang mengamatiku. Buru-buru kutundukkan wajahku.

"Kenalkan Ney, beliau adalah pemilik gallery tempat ibu bekerja. Namanya mas Abimanyu. Kedatangannya kemari untuk melamarmu, Ney. Dan ibu sudah menerima lamarannya," kata-kata ibu seperti halilintar di siang bolong menyambar telingaku.

Aku memandang laki-laki itu tidak percaya. Bagaimana bisa ia melamarku, sementara kami belum pernah bertemu dan saling kenal sebelumnya?

"Baiklah Bu Mer, saya permisi dulu, Papa dan mama saya besok lusa akan datang melamar secara resmi,: laki-laki itu berdiri, memandangku sekali lagi lalu keluar diiringi oleh ibuku.

Ibu kembali duduk di sebelahku yang masih shock dengan apa yang baru saja kudengar.

"Ney, Mas Abi itu baik lho. Dia yang selama ini membiayai sekolahmu, mencukupi kehidupan kita. Jika tidak ada Mas Abi, hidup kita tidak akan seperti ini, Ney. Ibu harap kamu bisa menerima keputusan ibu. Ini untuk kebaikanmu juga, Ney,: ujar Ibu mengusap rambut panjangku. Mata tuanya menatapku dengan penuh harap.

"Tapi Ney masih ingin kuliah, Bu. Ney ingin membahagiakan ibu. Ney ingin membuat ibu bangga," ujarku berusaha membujuk Ibu agar membatalkan keputusannya.

"Ney, ibu berhutang banyak pada Mas Abi. Kalau tidak ada Mas Abi, ibu tidak akan bisa membeli rumah ini untuk kita tinggali. Ibu tidak akan bisa menyekolahkanmu. Ibu sudah menyerahkan semuanya pada Mas Abi sejak ayahmu meninggal lebih sepuluh tahun yang lalu," ibu mengusap air matanya.

Kupeluk ibuku erat. Bisa kurasakan semua perjuangan hidupnya.

Aku memang sempat bertanya-tanya, uang darimana Ibu bisa membeli seluruh kebutuhan kami. Setiap kebutuhan dan keperluanku, ibu selalu bisa memenuhinya. Pun ketika sekolahku yang termasuk sekolah favorit itu mengadakan study tour ke Bali dengan biaya yang tidak sedikit. Tapi ibu mampu mengusahakannya untukku.

Dan sekarang aku baru tau, darimana semua biaya yang ibu keluarkan untukku selama ini. Juga hadiah ponsel terbaru yang ibu berikan di hari ulang tahunku dua tahun lalu.

Ya, semua itu dari Pak Abimanyu, pemilik gallery tempat ibu bekerja.

Dan sekarang ia melamarku. Aku sangat memahami kenapa ibu tidak bisa menolak lamarannya. Begitupun aku jika aku ingin ibuku bahagia.


=====*=====


Suasana acara lamaran berlangsung sederhana dan lancar. Kemarin ada seseorang mengantarkan bingkisan berisi long dress berwarna merah muda dan heels cantik berwarna putih yang katanya dari Pak Abimanyu untuk kukenakan di acara lamaran.

"Wah ternyata pilihan Abi cantik ya, Pi?" puji Nyonya Clara, Mami Pak Abi. Aku jadi tau darimana wajah bule Pak Abi berasal. Ya, Mami Pak Abi seorang wanita bule yang menikah dengan Tuan Gunawan, Papi Pak Abi.

My First ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang