Seperti apa yang sering terucap. Selayaknya kau harus benar-benar limbung untuk sesaat, supaya kami tak jengkel terus-menerus ketika harus berhadapan dengan sosokmu. Aku bukan benci, tapi sepertinya keadaan yang memaksa.
Dengarkanlah. Demi hatiku. Demi hatimu. Ikhlaslah untuk sekali kau tak sepertimu. Menjelmalah supaya semua tahu kau layak. Bukan bukan !! setidaknya kau sedikit-banyak butuh penyesuaian. Percayalah, kali ini aku banyak terdiam bukan berarti aku tak tahu. Aku banyak terdiam bukan berarti aku benar-benar diam. Aku diam, karena aku tahu, kau bukan hak-ku.
Demi hatiku dan hatimu yang telah benar-benar terpaut. Ujung penantian kita adalah kesudahan. Aku terlalu takut membayangkanmu. Sebab aku tak berani berharap. Sebab aku pun takut jatuh. Percayalah. Bukan aku membencimu, sekali lagi, keadaanlah yang memaksa.
YOU ARE READING
Pentagon
PoetryAda sebab dimana aku harus menangis. Ada sebab dimana aku harus tertawa. Ada sebab dimana kau akan jadi milikku. Mungkin hanya ketulusan. Percayalah (!)