Chapter 1 : Dari Mata

12 0 0
                                    

***

Suara berisik kanalpot motor sport yang berdomain Hitam melaju lambat memasuki parkiran khusus motor. Di SMA BANGSA.

Sang empu motor sport turun dari motor lalu membuka helem-nya, memperlihatkan rambut acak-acakan namun terkesan cool. Ia mengenakan Hoodie dengan tas disampirkan dibahunya. berjalan angkuh dengan ekspresi datar, turut mengundang decapan kagum.

"Ehh Nefael tuh"

"Gila kak Nafael ganteng amat"

"Yaallah, nikmat apa lagi yang engkau dustakan"

"Nafael lopyou"

"Alay lo"

Sekiranya itulah suara dari beberapa orang jika melihat seorang Nafael Adigta.

Nafael berjalan dengan santai sambil memainkan ponsel. Sesampainya di depan pintu yang tertera tulisan XI IPA 1.

Nafael mengantongi ponsel nya lalu membuka pintu.
"Assalamu alaikum"

"Waalaikum salam" balas Ibu Sukni didalam ruang itu yang tak lain Guru kiler Matematika. Nafael pun berjalan memasuki kelas.

"Kenapa telat Nafael Adigta" tanya Ibu Sukni lembut namun terasa aura mencekam.

"Gak papa"

Nafael berjalan menuju di ujung ruangan di bangku tempatnya duduk.

Terlihat shock Ibu Sukni menanyai Nafael panjang lebar dengan tatapan tajam.

"Apa? Gak apaapa kamu bilang? Kamu taukan ibu itu paling gak suka murid yang telat. Apa lagi telat setengah jam dari jam pelajaran saya."

"Si ibu kayak gak tau si Nafael aja." Celutuk seorang siswa tak di ubris siapapun.

"Sapa yang suruh kamu duduk!" Tegur bu Sukni berkacak pinggang.

"Ada masalah." Nafael berucap tanpa ekspresi. Seakan akan itu pertanyaan bukan pernyataan(?)

"Masalah apa?"

"Gak papa" Lagi.

"Astagfirullah, gak kuat saya ngadepin kamu Nafael." Ibu Sukni mengusap wajahnya dengan gusar.

"Elah si busukni gak kuat, gakukuganana ya bu. Haha" Celutuk seorang siswa lagi beserta gelakan tawa di kelas.

"Hhh... sudah lupakan! kalian semua buka halaman 124-130, kerjakan soal--bla bla"

"Lah si ibu kejam amat"

"Bu kurang banyak"

Gerutuan para siswa berkumandang lantaran banyaknya tugas yang diberikan.

"Yaallah bu saya ini pelajar bukan mesin"

Ibu Sukni pun memukul papan tulis menggunakan penghapus. "Sudah diam semuanya"

"Kalian semua kerjakan soal itu lalu kumpulkan sebentar pas selesai jam istirahat" Ibu Sukni berlalu dari ruangan kelas.

Setelah Ibu Sukni tak terlihat lagi, Deni menuding luar pintu.
"Apa apaan tuh sibusuk"

"Oy goblok jaga tuh ucapan di dengar busuk mampus lu" Satria menoyor kepala Deni karna kebetulan dia duduk di belakang Deni dan kebetulan nya lagi ia duduk disamping Nafael.

"Watdepak, santai dong jing" Deni berenggut lalu berbalik kebelakang.

"Tuh ucapan lu juga begok" lanjut Deni.

"Kamu"

"Jahat." sok sedih Satria melirik Deni dengan slow motion.

"Anjirt."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Empty RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang