"JEN!" Taeyong berseru memanggil Jennie yang sudah hilang entah kemana.
Ia mencari Jennie kearah gerbang kampus tapi sebelum kesana telinganya mendengar suara isakan dari sebuah kelas kosong yang pintunya tak tertutup rapat.
Ia mendekatkan dirinya kearah pintu itu lalu mendengar suara yang familiar baginya.
"Dia jahat sekali padaku.. hiks.. apa dia tak tau aku menderita selama ini?" Taeyong tau itu Jennie, suara isakkan Jennie yang terdengar pilu itu membuat hatinya sesak. Apa ia sebegitu menyakiti gadis itu?
"Sudahlah, lupakan saja dia kalau itu membuatmu sakit" Suara lain terdengar, seperti suara Chungha teman dekat Jennie.
"Hiks.. itu susah aku sudah mencobanya.. hiks" Taeyong mengintip dari celah pintu, bahkan gadis terlihat tak peduli apapun, ia berdiri dan membiarkan air matanya lolos tanpa menutupi apapun, terisak.
"Kalau kau tak mau pindah ke lain hati terima dia saja lagi" Chungha mencoba memberi saran pada Jennie dengan menepuk bahu gadis itu lembut.
"Huaaaaa" Jennie semakin menangis keras, seperti melepas beban yang ada dihatinya.
Taeyong tak tahan melihat itu, ia memutuskan untuk masuk ke kelas itu dan pintu yang menderit membuat dua orang yang ada disana menolehkan kepalanya.
Taeyong berjalan mendekati Jennie yang masih terisak itu. melihat itu Chungha dengan tau diri melangkah keluar, ingin memberi waktu untuk pasangan itu.
Setelah Chungha keluar Jennie yang masih terisak kecil menatap Taeyong dengan tatapan terluka, ia sudah lelah memasang wajah garang pada Taeyong.
Taeyong yang melihat itu makin menyadari bahwa ia masih –sangat- mencintai gadis dihadapannya ini, ia menyesali sika keras kepala Jennie, apakah gadis itu sudah tidak mencintainya? Berbahai pikiran berkecamuk di kepalanya.
Mereka bertatapan lama seakan melepas rindu satu sama lain.
"Jen, ini terakhir kalinya aku bertanya padamu" Jeda sebentar sebelum ia melanjutkan kalimatnya.
"Maukah kau kembali bersamaku?" Nada bicara Taeyong sarat akan memohon.
Jennie terdiam lama mendengar itu, entah kenapa air matanya terasa sesak ingin dikeluarkan lagi. Jennie menghela nafas panjang lalu menunduk, menghindari tatapan laki-laki itu.
Tak lama ia menggeleng pelan sebagai jawaban. Ck, dasar keras kepala.
.
.
.
-00-
.
.
.
Taeyong mengangguk melihat jawaban Jennie, tanpa kata lagi ia beranjak ingin meninggalkan tempat itu, sudah cukup ia melihat wajah sedih gadis itu, mungkin ia memang bersalah besar pada gadis itu.
Taeyong berjalan pelan dengan menunduk, saat tangannya terangkat untuk membuka pintu kelas itu kepala bagian belakangnya seperti tertimpa sesuatu.
Ya, Jennie melemparkan tas yang tadi ada di sisi pundaknya pada Taeyong tak peduli isinya akan berserakan karena ia memang jarang menutup tasnya itu. Ia masih terdiam dan melihat tas Jennie yang isinya berserakan disebelahnya.
Tak lama ia merasakan pukulan kedua dipunggungnya, kali ini ia melihat sneakers Jennie yang terjatuh disisinya. Ia tetap diam tak menoleh.
"Apa kau tau betapa sakitnya aku saat kau sering menghilang? Saat kau tak memperdulikan semua pesanku? Saat kau bahkan tak memperdulikan aku saat aku sakit? Membiarkan aku berangkat dan pulang kampus sendirian? Saat aku merasa seperti aku tak memeiliki pacar padahal kau tak pernah mengatakan ingin mengakhirinya?" Cukup sudah, Jennie ingin melepaskan semuanya hari ini. Ia melepaskannya tanpa menatap mata Taeyong, cih, bahkan dia hanya diam tak berbalik melihatnya.
" Bahkan kau tak ingin memutuskanku saat kau memilih pergi.. hiks.. dengan wanita lain! Apa kau tau—"
Perkataan Jennie terhenti ketika Taeyong berbalik dan berjalan kearahnya cepat lalu meraih kedua lengan Jennie, menariknya dan menciumnya tepat dibibir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without You ▫ taeyong-jennie ✔
FanfictionSaat semua berakhir dan kau tersadar bahwa kau tak bisa kalau itu bukan dia.