Prologue

33 3 1
                                    

Darling, he is so into you.

He is so into me?

Nah, he is into everygirl.

Perkataan yang tidak pernah bisa keluar dari benakku. Mungkin, ini hanya perasaanku saja. Tidak. Aku tidak akan pernah mau digenggam oleh laki-laki itu. Laki-laki yang hanya mengandalkan parasnya dan kehandalannya dalam pick-up-line. I never melt for some stupid flirts. Aku janji.

Laki-laki itu, Pandji. Trouble maker? Ngga. Good boy? Not even close. Normal? Ngga juga. Casanova! Julukan yang pas untuknya.

Tapi hanya karena satu malam, semua persepsiku tentangnya buyar begitu saja.

...

"No. I'm not stupid, Nat." Pandji menatapku, dengan matanya yang berwarna hazel itu. "I'm just a hopeless romantic. I always mad in love for girl i like in the first sight."

"Love in the first sight." Aku menatap langit gelap di malam itu. "Aku ga pernah percaya sama itu. Like, aku aja bisa nerima orang sebagai pacarku itu karena aku udah kenal banget sama dia. How can you love a person in a first sight? Kamu gatau latar belakangnya apa, dia orangnya kayak gimana, apa dia orangnya psikopat kayak kamu. Kenapa harus appearance yang selalu dinilai? Dari cantiknya, gantengnya, buluknya, sampai yang gabisa didefinisikan. It doesn't make sense!"

"First thing first, I don't want to be like 'Manly man full of wisdom quotes'. But secondly, lo harus tahu perasaan lo itu kayak gimana. Nat, lo itu terlalu fokus sama logika lo sendiri. Lo itu bingung, disaat lo ngeliat seseorang dan lo punya perasaan yang ngga biasa sama dia, artinya lo suka sama dia. Lo terus-terusan ngeliat dia walaupun cuma selirik, artinya lo tertarik sama dia." Pandji mendekatkan badannya kepadaku, namun aku menjauh.

Pandji  memang sedang duduk disampingku, yang sedang berbaring di rerumputan.

"Suka itu bukan cuma dari penampilan aja. Suka dari penampilan, sama suka dari pandangan pertama itu beda. Ga selamanya, pandangan pertama itu hanya karna appearancenya yang bagus."

Aku terus menatap langit, memikirkan perkataan Pandji. Aku ngga ngerti maksud dia itu apa. Selama aku satu sekolah sama dia, dia selalu mendekat ke perempuan manis berparas luar biasa.

"Iyasih.. tapikan, maksud aku itu, suka sama cinta kan beda. Suka kan cuma perasaan yang berlalu lalang aja, kalo cinta kan beda. Ya artinya sama aja, kalo suka pada pandangan pertama mah juga gampang ilangnya," gumamku, tidak berhenti melihat langit dengan hanya bulan sabit sebagai pemanis.

"Mau suka, mau cinta, gaperlu ada syaratnya." Aku merasa Pandji terus menatapku daritadi. "Kata Katy Perry aja, 'I'll love you unconditionally'. Gua tau kok lu tertarik sama cowo yang sempurna, ga kayak gua yang banyak banget kekurangannya, tapi buat apa mencintai seseorang yang sempurna udah kayak manekin hidup tapi lo sebagai pecinta tidak merasa cintanya dibalas."

"Now you're man full of wisdom quotes, but not manly tho." Aku tersenyum, tapi masih belum mengalihkan tatapanku dari langit.

"Funny. Liat deh, lo aja terus-terusan ngeliat langit yang jelek itu." Pandji ikut berbaring, menatapi langit yang gelap itu.

Aku tertawa. Tapi ada benarnya juga. Langit malam ini tidak ada bintangnya, bulannya saja bulan sabit yang tidak begitu terang. Tapi aku menyukainya, dan mungkin lama-lama aku akan cinta dengan langit malam ini. Aku cinta, karena disaat aku menatap langit malam ini, ada cerita yang menyertainya. Cerita yang akan selalu kuingat.

"Pandji." Akhirnya aku mengalihkan pandanganku, ke Pandji. Dan disaat itu pula, ia menatapku. "Ok, aku percaya sama cinta pada pandangan pertama. Yang awalnya suka, jadi cinta. Dan bukan dari penampilan, tapi dari kesan yang ada."

Pandji menggenggam tanganku, dengan erat. Janjiku, kemana? Sebenarnya Pandji tidak menggodaku, dia hanya berkata-kata. Kata-kata yang membuatku percaya, kalau Pandji itu tidak seperti apa yang aku bayangkan sebelumnya.

"Nata..." Pandji mendekat. "Gua yakin, gua bisa dapetin lo. Gua tau lo itu beda. Kenapa gua tau? Love at the first sight."

I started to like him tho.

"Then teach me how to love." Aku pun membalas genggaman eratnya, kemudian menutup mataku mendengar suara indahnya bersiul.

Aku yakin Pandji masih menatapku. Aku tidak suka orang bersiul, tapi disaat itu Pandji, aku tidak peduli. Aku membuka mataku, langsung menatap kedua mata Pandji yang berbinar-binar itu. Dia tersenyum, aku pun tersenyum.

And at that time, I started to love him, every single piece of him.

...

hai hai!! :) thank you for you reading. gua gatau deh ini cerita nyambung atau ngga, tapi yang pasti gua bakal lanjutin cerita ini sampe beres :)

DON'T FORGET THE VOTE AND COMMENT IF YOU WANT MORE!! <3

see you in the next chapter~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'll Be BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang