Prolog: Victoria

12K 324 7
                                    

Foto di atas adalah Victoria

~~~

Kembali ke kota ini lagi, sungguh menjadi hal yang aku tidak sukai dan tidak aku harapkan, bukan apa-apa, karena sekolah sebelumnya di kodya tentu lebih bagus. Kesel banget ga sih rasanya kalau impian sejak dulu terbuang? Impianku yang sejak SMP sudah berharap untuk mencari ilmu di SMA impian sampai lulus kandas karena pekerjaan orang tuaku. Ayahku bekerja sebagai seorang dewan dan ibuku menjalankan sebuah bisnis yang ia adakan khusus jika ada acara atau kepentingan dengan partai ayah, kantor ayah ataupun orang lain yang membutuhkan, misalnya jika ada yang menikah dan lainnya. Jadi, pada akhirnya, aku dan orang tuaku kembali ke kota asal kami ini. Kami hanya menetap setengah tahun di kota sebelumnya, di kodya alias kota madya (cari di internet itu apa). Kota ini akhirnya menjadi tempat resmi bupati dan para dewan untuk kabupaten ini, bukan di kodya lagi, sehingga orang tuaku juga memutuskan untuk tinggal kembali di kota ini dan tidak perlu mengontrak lagi seperti pada saat di kodya, karena rumah mereka dari dulu sudah di sini. Sebenarnya, aku bisa tetap bersekolah di kodya dengan mengekos atau tinggal sendiri di kontrakan, meskipun itu tidak mungkin diperbolehkan oleh orang tuaku. Orang tuaku dan nenekku khawatir, wajar lah karena aku anak tunggal, dan mereka tidak memiliki waktu untuk mengantar jemput aku ke sekolah di kodya yang jauhnya 40 Km dari rumah. Sebenarnya, aku tidak membeci kota ini, malah senang karena akhirnya bisa tinggal kembali di rumah dan dekat juga dengan kerabat-kerabatku, mulai kakek nenek, paman, bibi sampai keenam sepupuku, mereka adalah keluarga dari pihak ibuku, rumah kami bersebelahan. Sedangkan dari ayahku, aku hanya memiliki satu orang paman dan dua sepupu, mereka tinggal di desa yang tak jauh dari kota ini bersama kakek nenek dari sisi ayahku juga. Kalau aku senang di sini lalu kenapa? Ya, karena hanya saja rasanya gengsi harus sekolah di SMA yang dulunya aku tolak, karena saat itu sudah diterima di SMA impianku di kodya haha. Namun, bukan hanya itu juga sih, menurutku sekolah yang lebih bagus, bisa memberikan kita pengetahuan dan keterampilan yang lebih bagus pula.

Aku tidak begitu menyukai SMA ini karena sudah jelas dari SMP kita ketahui bahwa SMA ini standarnya di bawah SMA yang aku impikan, meskipun bagus juga sih, tetapi tetap saja lebih bagus di SMA-ku sebelumnya, dan di sekolah ini pernah ada beberapa kasus seperti masalah pergaulan bebas dan narkoba, tetapi untungnya jika ditemukan yang seperti itu pelakunya dikeluarkan. Jadi, tidak akan membahayakan yang lain. Yah, meskipun masalah seperti itu dapat ditemukan hampir di seluruh SMA sih, di SMA lamaku juga ada, bahkan di SMP saja juga sudah ada kasus demikian. Itu adalah hal bodoh dan harus selalu kita hindari, sebab akan merusak masa depan yang jelas.

Aku melihat jam di ponselku. Sudah jam 5:30. Lalu, sebentar aku melihat-lihat BBM, fb dan twitter, dan segera membalas chat dari kenalan-kenalanku dari luar negeri. Aku suka mengobrol dengan mereka untuk melatih bahasa Inggris dan biar ga kesepian aja. Apalagi, mereka cantik-cantik. Sepertinya hal ini yang membuatku tidak masalah sama sekali tidak berpacaran. Apalagi menurutku berpacaran itu bodoh. Masih kecil aja, udah sok tau cinta.

Oh ya, ini aku harus bangun pagi karena hari ini akan menjadi hari pertamaku di sekolah baru. Sekolah sih baru, tetapi pasti banyak anak-anak yang aku kenal dari SMP, teman-teman SMP ku 75% melanjutkan SMA di sini. Sumpah demi apapun, aku tidak pernah menyangka akan menjadi anak pindahan, pindah ke kota sendiri lagi, ish. Aku tidak menyangka aku harus masuk ke sekolah baru secepat ini, padahal hari ini adalah Hari Jumat dan baru tadi malam aku dan orang tuaku menemui bagian kesiswaan untuk pindah ke sekolah ini. Aku kira aku harus menunggu sampai Hari Senin, eh ternyata tidak. Huhu padahal capek sekali rasanya, masih ingin libur.

Kalau dibilang aku pemalas, memang benar, aku bukan anak rajin dan ambisi yang haus akan nilai, tapi bukannya aku menyombongkan diri, aku adalah anak yang cerdas. Di SMP dulu, aku berada di kelas unggulan dan selalu mendapat peringkat 3 besar, dan pernah juara 1 saat akhirnya berada di semester 1 kelas 9 SMP. Bukan hanya nilainya saja, tetapi memang jika dites lagi, terutama untuk pelajaran matematika, aku pasti lebih baik daripada teman-temanku, meskipun dengan si Amel yang sering juara 1. Dia hanya rajin, bukan cerdas dan dengan caranya yang mendekat-dekati guru akhirnya sering menjadi juara 1. Aku membicarakan fakta bukan iri. Lagipula, aku tidak begitu butuh jadi juara 1. Bahasa Inggrisku sangat baik juga untuk anak SMA sepertiku. Aku memenangkan juara harapan 1 debat bahasa inggris tingkat kota di kota madya bersama kedua temanku, Salsa dan Tyas dari SMA ku sebelumnya. Meskipun hanya tingkat kota, tapi jangan salah, di kota itu ada hampir 30 sekolah menenangah atas, yang mana 5 dari 30 sekolah tersebut adalah 20 sekolah menengah atas yang terbaik di provinsiku. Dan sekadar informasi, sekolah baruku ini saja tidak masuk 50 terbaik di provinsi, makanya aku tidak ingin pindah. Dalam debat tersebut, aku dan timku melawan sekolah-sekolah favorit di kota itu, apalagi kita bertiga baru kelas X melawan kakak-kakak kelas juga yang sudah pernah menang dan berpengalaman.

Setelah aku sadarkan diri dari lamunan lamunan pagi, segera mungkin aku pun bergegas untuk bersiap ke sekolah apalagi ketika aku mendengar teriakan ibuku. Sehabis mandi dan sikat gigi, aku memakai seragam sekolahku dari SMA-ku yang sebelumnya dan tak lupa menyemprotkan parfum kesukaanku, huh ini memalukan. Aku meminta ibuku untuk menyuruh penjahitnya menyelesaikan seragam sekolah baruku secepatnya, agar tidak ketahuan kalau aku murid baru. Meskipun murid-murid di situ tau, tapi setidaknya tidak bisa langsung ditebak dengan seragamnya. Untungnya seragam untuk hari ini yang kita kenakan adalah seragam pramuka, setidaknya seragamku masih melebur dengan yang lain, meskipun nama sekolah dan warna coklat seragam pramukanya masih bisa menjadi pembeda.

Aku harap hari ini dan 2 tahun setengah kedepan akan baik-baik saja. Semoga tidak ada drama seperti di film ataupun drama Korea yang biasanya terjadi pada anak pindahan. Namun yang aku harapkan, ternyata salah. Kerena memang, kenyataan hidup tidak jauh berbeda dengan drama.

Will You Be My Bestfriend? (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang