"But now that I'm broken and now that you know it." - Jet Black Heart, 5 Seconds of Summer.
***
Juki menarik kepangan rambut Jeje hingga membuat gadis itu memekik. Dia tidak tahan melihat gadis itu diam saja dari tadi. Benar-benar bukan Jeje. Biasanya ada lalat lewat saja Jeje langsung berseru heboh; "ih ada lalat" seakan-akan baru saja melihat komodo masuk sekolahan.
"Ih kok rambut gue ditarik sih, Juk? Ini tuh buatnya susah tau, kalo rusak gimana? Bu Ratna sampe nggak ketemu Bang Kitam loh, tapi untung aja udah dibeliin bubur sama Saga."
Ketua kelas 10-3 itu tertawa setelah akhirnya dapat membuat Jeje bicara panjang lebar. Karena jujur saja dia merasa canggung berjalan dengan Jeje yang diam saja.
"Nah, gitu dong!" serunya di sela tawa. "Nggak usah mendung. Bukan Jeje banget."
"Kata Saga gue ngomong seperlunya aja," bisik Jeje.
Juki menyeringai. "Yakin karena Saga? Bukan karena anak-anak yang ngelirik sinis ke elo?"
Jeje mengembuskan napas panjang, lalu mencicit lirih. "Mereka juga sih."
"Tenang aja, selama dalam pengawasan gue mereka nggak bakal gue biarin bikin gara-gara sama lo." Juki tersenyum dan menepuk punggung Jeje. "Bukan tanpa alasan kan Saga percaya sama gue?"
Jeje tersenyum samar. "Sorry ya, Juk. Gue jadi nyusahin elo."
"Yaelah, kayak sama siapa aja."
Juki tertawa melihat wajah Jeje berubah masam. Dia berusaha mencairkan suasana. Rasanya aneh melihat Jeje yang selalu ceria memasang wajah lesu seperti sekarang ini.
"Kita kan temen. Lo lupa ya siapa yang dulu ngambilin sandal setiap kali ketinggalan di lapangan kalo abis main layangan?"
Jeje nyengir. "Ponakannya Pak RT."
Keduanya tertawa, larut dengan cerita masa kecil mereka. Sebelum masuk SMP Juki memang tinggal dengan Pak RT yang tidak lain adalah kakak sulung ibunya. Kebetulan rumah Pak RT ada di dekat lapangan sehingga dulu mereka sering bermain bersama.
"Lo masih sering main di lapangan?"
Jeje mengangguk. "Lumayan."
"Tapi, kulit masih putih aja ya?" Juki mengusap dagunya memerhatikan penampilan Jeje. "Beruntunglah Bokap lo keturunan Jepang. Eh, atau lo suka nyemil pemutih?"
"Haha apaan sih?"
Tawa Jeje dan Juki lenyap ketika seseorang menyerobot untuk berdiri di antara keduanya. Seorang gadis berambut cokelat melirik sinis ke arah Jeje.
"Julian, kamu kok bisa berangkat bareng dia?"
Jeje tersenyum kikuk mendengar pertanyaan itu. Dia menggeser langkahnya menjauh dari dua orang itu. Walaupun Jeje lupa siapa nama gadis yang tengah bergelendot di lengan Juki, namun dia tahu jika gadis itu adalah kekasih Juki.
"Eh, temenin aku ke kantin yuk!"
Belum sempat Juki menjawab pertanyaan sebelumnya, gadis bernama Sashi yang baru dipacarinya beberapa hari itu sudah menyeretnya ke arah yang berlawanan dengan kelasnya.
"Iya, aku temenin, tapi aku ke kelas dulu ya?" Juki berusaha melepaskan tangan Sashi dari lengannya. "Nganterin Jeje sama naroh tas."
"Nggak mau, kita ke kantin sekarang!"
"Iya, tapi..."
"Kenapa sih? Oh, aku tau, cewek ini berhasil godain kamu juga kan? Sampe-sampe kamu prioritasin dia ketimbang aku!" semprot Sashi menudingkan telunjuknya ke arah Jeje.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Things ✔
Teen Fiction"Perasaan memang kadang kayak tulisan. Sulit dibaca kalo jaraknya terlalu deket." *** Malam itu untuk pertama kalinya Saga mendengar Jeje mengeluh tentang penampilannya hanya karena Kiran tidak membuat peringatan soal 'lama durasi boleh berduaan' se...