By. LianFand
Laki-laki itu berdiri di ujung ruang. Kharismanya menguar memenuhi ruangan. Gayanya yang elegan menambah nilai plus di mataku.
Aku mencintainya sejak ia menolongku dari pelecehan yang dilakukan oleh Derry, staff logistic di kantor tempatku bekerja.
Aku menyukai segala hal yang ada padanya. Meskipun begitu, aku cukup tau diri. Aku seperti pungguk merindukan bulan. Ia terlalu jauh untuk kugapai. Mungkin ia sudah tidak ingat bahwa ia pernah menolongku. Apalagi mengingat namaku. Tapi aku akan selalu mengingatnya sampai kapanpun.
Dia atasanku, Dirut di kantor tempatku bekerja. Dia Visangga Bramara, lelaki sempurna yang pernah kukenal.
Bagaimana tidak? Dia tampan, kaya raya, pintar, baik hati, sopan, ramah, bertunangan dengan seorang model papan atas Devanny Stefara yang cantiknya tidak diragukan lagi.
"Ngelamunin apa sih, Ra?" aku melonjak kaget saat Vina menepuk bahuku cukup keras.
"Eh, nggaaakk.... Lo ngagetin gue aja," kuteliti sekali lagi laporan di tanganku dan kumasukkan ke dalam stopmap.
"Ini udah lewat lima menit dari jam pulang, Ra. Lo kebanyakan bengong sih," cibir Vina saat aku melewatinya dan masuk ke ruangan Pak Rangga, atasanku di bagian pembukuan, menyerahkan laporan yang baru saja kukerjakan.
"Kalo buru-buru, lo pulang duluan aja gak apa-apa, Vin. Gue mau ke tempat Kak Bima dulu," ujarku merapikan meja dan mengemasi barang-barangku.
"Gue ikut ya. Kangen Kak Bima juga," cengirnya menggamit lenganku.
Aku dan Vina memutuskan untuk berjalan kaki ke café tempat Kak Bima bekerja. Selain memang letaknya yang tidak seberapa jauh dari kantor, juga sekalian olah raga sore dan hitung-hitung ngirit ongkos.
=====*=====
Café sedang ramai. Kak Bima masih sibuk dengan pekerjaannya. Maklumlah, ia adalah chef di café ini, sehingga setiap masakan yang disajikan adalah tanggung jawabnya.
Aku dan Vina duduk di pojok café. Tempat yang tidak begitu disukai oleh sebagian besar pengunjung karena hampir tidak terlihat jika tidak dengan sengaja melihat ke tempat itu.
Kami membicarakan hal-hal umum hingga gosip yang sedang hangat.
"Ra," aku dan Vina menoleh bersamaan ke arah suara.
"Kak Aldo? Ada apa?"
Kak Aldo adalah manager café ini. Kulihat wajahnya tampak sedikit panik, tidak seperti biasanya karena Kak Aldo terkenal dengan sikapnya yang tidak mudah gugup dan panik.
"Ra, bisa minta tolong?" tanyanya penuh harap.
"Apa? Kalau aku bisa, pasti aku bantu, Kak," jawabku bingung dengan kepanikannya.
"Kata Bima suaramu bagus. Pernah menjadi juara di lomba menyanyi waktu sekolah dulu?"
Aku mengangguk ragu, tidak mengerti arah pembicaraan kami.
"Bisa tolong Kak Aldo buat gantiin Rere hari ini?" tanya Kak Aldo lagi.
"Memang Rere kemana, Kak?" tanyaku. Rere adalah salah satu penyanyi di Café ini.
"Baru saja dia telepon minta resign. Ini mendadak sekali. Sedangkan Tia keluar kota," jelas Kak Aldo membuatku mengangguk-angguk paham.
"Tapi aku sudah lama gak latihan, Kak," aku mencoba mengelak. Malu. Bayangkan saja, ditonton sebegitu banyak orang yang rata-rata tidak aku kenal.
"Kamu pasti bisa, Ra. Please, tolongin Kakak ya," pinta Kak Aldo memohon.
Aku memandang Vina. Ia mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET LOVE (Sudah terbit di Google Play Books)
ContoWarning!!! 21++ Jangan nekat! Bijaklah dalam membaca! Pernahkah kamu mencintai seseorang yang kau tau tidak mungkin kau raih? Pertama, status sosialmu dan dia sangat berbeda. Kedua, dia boss-mu. Ketiga, dia sudah memiliki tunangan.