Chapter 2

565 46 13
                                    

                                   •••••
Secara gak sengaja, lo bakal ketemu sama orang yang udah di takdirin buat ketemu sama lo.
                                   •••••
''An.. Lu ngantin kagak'', tangan Shasa mengguncang lengan Anna yang masih sibuk menulis.

''Bentar gih, tinggal dikit nih, keburu inspirasi gue ilang'', Anna masih fokus pada lembaran diary abu abunya itu. Baginya, inspirasi untuk mengarang sebuah karangan adalah dewi fortuna nya.

''Ah lu ma emang gitu,.., gak kasian apa sama cacing di perut gue'', Shasha tetap menggerutu dengan menyebikkan bibir tipisnya itu.

Anna menoleh sebentar, menatap wajah melas dan marah dari Shasa, ''Ya udah deh, lo duluan aja, nanti gue susul'',

''Kebiasaan deh .. Sekarang gue mau ke kantin bareng siapa, mana udah ke kantin semua pada...'', dengan menggerutu tapi Shasa tetep berjalan menuju pintu kelasnya.

Anna tersenyum, ia berfikir, kenapa banyak orang melihat orang lain hanya covernya saja, tanpa tau orang lain itu lebih lebih baik dari dugaanya.

Seperti Shasa, ia gadis cantik dengan rambut pendek sebahu, menggenakan kacamata di hidungnya. Kulitnya berwarna khas orang jawa, tidak hitam tidak putih, bahkan kepribadianya sangat menyenangkan.

Anna teringat awal ia bisa berkenakan dengan Shasa.

''Emm..ada yang bawa polpen double gak?'', tanya seorang cewek dengan topi kerucut dan berkepang dua. Ia, memasang wajah gelisah sambil mencari cari benda yang sedari tadi ia cari di dalam tasnya.

''Ini'', sebuah polpen terulur di depan mata Gadis itu. Ia mendongak, dan mendapati ada seorang gadis dengan penampilan sama dengannya , kecuali bagian berkacamata.

Mungkin Gadis itu siswi MOS yang seusia dengannya. Ia mengambil pena tersebut, dan acuh segera menulis semua peraturan dan larangan yang di bacakan oleh panitia MOS. Ia lupa pada gadis yang telah memberinya sebuah polpen tadi.

Bukankah melupakan kebaikan orang itu sangat mudah, semudah mengedipkan mata.

Ke esokan harinya, gadis itu mencari cari sosok berkacamata yang menolongnya kemarin. Ia sadar , ia bodoh bisa melupakan orang yang telah menolongnya. Bahkan kemarin ia belum mengucapkan terima kasih sama sekali. Polpen itu masih di bawa oleh nya, lantaran ia tak tahu harus mengembalikan pada siapa.

Sayangnya , sudah dua kali ia memutari lapangan outdoor ini. Banyak sosok berkacamata namun tak ada diantaranya yang memiliki tahi lalat kecil di dagu. Anna semakin kalut, ia bahkan sempat berfikir , sosok yang memberikanya pena kemarin adalah malaikat yang turun untuk menolongnya, atau bahkan setan yang mau mengajaknya bersekutu. Anna pasrah mungkin ia hanya di takdirkan untuk sekali bertemu, tanpa ada pertemuan pertemuan selanjutnya.

Anna menghela nafas, keringatnya mengucur di pelipis, di leher, wajahnya merah padam dan berkilauan di terpa sinar matahari. Namanya di panggil, ia mendapatkan kelas dimana yang akan ia tinggali satu tahun kedepan. Anna maju ke depan dan mencari dimana letak siswa sekelasnya yang berbaris.

Anna melihat sekeliling, hanya satu orang yang belum mendapat pasangan teman. Gadis itu membelakangi posisi Anna, Anna tak bisa melihat dengan jelas wajah gadis itu. Anna menghampirinya, Anna terlalu sibuk mencari orang yang menolongnya. Hingga ia terakhir datang untuk berbaris.

Anna menepuk pelan bahu gadis itu, gadis itu menoleh dengan tampang terkejut. Dan , yang sebenarnya merasa di kejutkan adalah Anna. Gadis yang menolongnya ada di depannya.

''Lho kamu yang kemarin itu kan?'', tanya Anna dengan mengerjap ngerjapkan matanya berulang kali.

Gadis berkacamata itu mengangguk pelan.

Hacker Vs BloggerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang