Bagian Tiga

78 14 2
                                    

December 05, 2006 (kebiasaan dan kewajiban baru)

Tok.. Tok..

Bosan, jenuh dan tak sabar ingin pulang. Itu yang Iqbaal rasakan saat ini. saat seorang Pria berbadan tinggi dan kurus dengan kacamata tebal sedang berdiri didepan kelas saat ini.

Pria berumur yang biasa disapa Pak Tono itu saat ini sedang berdiri menghadap papan tulis dengan mulut yang terus berkomat-kamit.

Tok.. Tok..

Iqbaal kembali mengetuk pelan permukaan mejanya dengan menggunakan ujung jarinya.
Waktu terasa sangat lama, seakan sedang enggan untuk bergerak sesuai ketentuan.

Iqbaal sungguh tak sabar, ia ingin segera keluar dari kelas memuakan ini dan berlari pergi untuk menemui seseorang.

Ting-Tong-Ting-Tong

Seperti mendapat jakpot, Iqbaal bahagia luar biasa saat lonceng sekolahnya berbunyi, menandakan sudah waktunya para murid untuk pulang.
Dengan gerakan terburu dan tak sabaran, Iqbaal memasukan alat tulis dan bukunya segera kedalam tas. Lalu segera bergegas untuk pergi. Iqbaal sudah tidak bisa menunggu lagi, ia sungguh ingin menemui gadis itu.

Iqbaal melangkahkan kakinya cepat, tanpa perlu berbasa-basi pada teman-temannya untuk mengatakan bahwa ia akan pulang. Karna tanpa diberitahu pun mereka akan tahu bahwa Iqbaal akan segera pulang.

Tapi saat Iqbaal hampir sampai keluar dari pintu kelasnya, seseorang menghalangi langkahnya. Terpaksa membuat Iqbaal berhenti.

"ada apa?" kening Iqbaal berkerut bingung menatap sosok gadis dihadapannya.

"emm.." gadis yang bernama Salsha itu menggosok tengkuknya dengan gerakan kikuk.

"aku lagi buru-buru, Sha."

"tetang yang waktu itu.." Salsha menggantungkan kalimatnya, membuat Iqbaalkembali mengeram kesal karna waktunya terkuras hanya karna kehadiran gadis itu.

"aku buru-buru, Sha!" Iqbaal menegaskan. Kakinya bergerak-gerak tak sabaran.

"aku minta maaf karna nolak kamu.. aku belum siap waktu itu, aku sebenernya juga-"

"stop! Aku buru-buru," Iqbaal menyela ucapan Salsha. Ia sudah tahu persis arah pembicaraan Salsha. Dan itu pasti akan semakin menghambatnya untuk pergi.

Iqbaal menggeser sedikit tubuh Salsha, membuka jalan agar dia bisa pergi dan meninggalkan gadis itu. lalu setelahnya memulai langkahnya untuk kembali berjalan. Tapi baru saja tiga langkah ia ambil, Iqbaal kembali berbalik.

"makasih ya Sha karna kamu udah nolak aku, makasih." Ucapnya sebelum benar-benar pergi dan berlari meninggalkan Salsha yang masih terdiam, tenggelam dalam kesedihan dan penyesalannya.

Iqbaal berlari dengan langkah lebar, tujuannya saat ini adalah menemui seseorang yang baru saja dikenalnya beberapa hari yang lalu. Seseorang yang secara tiba-tiba mengikatnya hanya dengan tangisannya. Seorang gadis yang langsung mengikat hati Iqbaal dalam sekejap. Gadis ajaib, mungkin?

Iqbaal mengedarkan tatapannya saat ia sampai didepan sebuah rumah mewah yang nampak sepi. Rumah itu adalah tujuan utamanya sejak awal, rumah yang kini hanya ditinggali oleh seorang gadis yang baru saja kehilangan Ayahnya.

"(namakamu)!"

Iqbaal berteriak, memanggil nama gadis yang akan ditemuinya. Iqbaal sudah berjanji akan menjaga gadis itu, kan? Jadi yang pertama harus dilakukan Iqbaal adalah menemani gadis itu dirumahnya. Pasti gadis itu ketakutan jika sendirian didalam rumah.
Tapi bukankah akan lebih menakutkan jika hanya ada mereka berdua didalam rumah sepi itu?..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Un - HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang