part 1

40K 2.6K 107
                                    

Insyaallah aku update tiep hari, heheheh

Aku memandang langit suram, pada rintik-rintik yang membasahi kaca yang memenuhi hampir sebagian besar dinding ruang kerja kantorku. Mengelus perutku yang selalu rata, dulu sekali ada kehidupan kecil di dalamnya. Kehidupan yang mampu membuatku menantang dunia yang tak menginginkannya. Aku tak spesial, tak pernah spesial tapi kehidupan kecil yang mereka sebut kesalahan haram itu adalah satu-satunya yang tersisa dari keinginanku tetap melihat dunia.

Aku kehilangan semuanya, secara bersamaan dan drastis. Penolakan, penghinaan, terbuang dan dikucilkan tak serta merta membuatku ingin ikut melenyapkananya. Sekali lagi karena sesuatu yang mereka sebut kesalahan haram itu adalah saksi bisu yang membuatku merasa tetap manusiawi dan lebih waras dari mereka yang mengaku bermoral.

Aku kembali tersenyum, melihat sebuah rintik jatuh menyusuri jendela, awalnya cukup besar namun baru mencapai bagian tengah jendela rintik itu berhenti, dan seolah menghilang di ganti rintik lain dan begitu seterusnya. Seperti sebuah siklus kehidupan, bahwa manusia ada, mejalani kehidupan yang fana lalu menghilang ditelan bumi dan seolah tak pernah ada. Digantikan yang anusia-manusia yang lain.

Aku menghembuskan nafas, sama sekali tak berminat menyesap kopi panas yang sempat diseduhkan Litta, teman sekantorku tadi. Aku dan hujan, suram. Mengingatkan aku malam kelabu yang menghabisi semua kesan gadis baik-baik yang melingkupiku sejak aku lahir dulu. Gadis suci yang berubah menjadi pendosa karena kemutlakan yang dipercayai manusia-manusia yang tak pernah mencoba menggali latar rasa sakitku.

Ingin rasanya aku tertawa melihat mereka menghakimiku tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padaku, hingga berdampak mual-mual dan muntah diakhiri pingsan yang akhirnya menguak semua rahasia yang cobaku sembunyikan sejak 2 bulan dari malam suram itu.

Aku bejat?.

Entahlah, jika mempertahankan makhluk tanpa dosa yang hadir dari kebinatangan seseorang yang duluku anggap bintang paling bersinar itu dianggap bejat, maka biarlah. Karena setahuku akan sulit meminta seseorang untuk mengubah persepsi tentang sesuatu yang memang tak ingin mereka percayai.

Aku mendengus. Amarah yang menggelegak tak jua sirna hingga saat ini. Ingatanku berputar saat secara tak manusiawi aku dipaksa meminum pil yang membuat darah segar tanda makhluk menakjubkanku sudah tak lagi berlindung di rahimku.

Makhluk itu tidak bersalah apa-apa. Tapi aku, ya aku yang bersalah. Umur 16 tahun tak harus membuatku menjadi pengecut untuk kabur dari neraka yang mengatas namakan keluarga itu.

Aku sakit, Dan sakit itu sudah membusuk.

"Bebh ishhhh aku panggil-panggil kok nggak didengerin ?!."

Aku mengalihkan pandangan dari rintik hujan ke arah wajah manis Litta yang kini mapak masam, gadis itu beridiri di depan kubikelku dengan dagu yang di top yang terlipat di atas kayu pembatas.

Aku tersenyum tipis pada gadis yang posisi sebenarnya lebih tinggi satu tingkat dariku di firma hukum ini, kami memang sama-sama asisten dari dua orang lawyer senior. Aku adalah asisten ke-2 dari bu Shanty, salah satu lawyer tegas yang sedikit judes. Beruntung tugasku hanya sebagai pengumpul dan penelaah data klien yang akan ia tangani hingga tak perlu sering-sering disemprot olehnya seperti asiste nya yang lain. Sedangkan Litta adalah asisten tunggal dari pak Nugroho, seorang senior lawyer nyentrik, dan sering kebagian jatah di goda bosnya. Namun lihat wanita seksi ini sangat baik dan selalu berusaha mendekatiku saat rekan yang lain berusaha menghindari interaksi karena sikapku yang bagi mereka terlalu dingin atau lebih tepatnya murung.

"Eh maaf Tta aku...."

"Psstt nevermind bebh. Aku Cuma mau ngasi tahu you dipanggil sama bu Shanty. Katanya you harus ikut dia nemuin Big Boss baru kita yang kece badai. Aku tuh heran tahu, giliran ngeliat yang bening-bening kamu yang ikut, lah giliran aku mestii aja nemenin Pak Nugroho nemuin klien yang aneh-aneh, kalo nggak artis janda cere yang cerewetnya minta ampun pasti oppa-oppa genit seperguruan sama dia, Hadeuhhh banget sih?."

Aku hanya tersenyum geli menanggapi ocehan Litta tentang bos baru kami yang menggantingkan pak zainal. Beredar goaip bahwa bos kami yang sekarang memiliki level diatas rata-rata. ibarat baygon- istilah yang kupinjam dari Litta, ia mampu membuat nyamuk-nyamuk betina pingsan karena pesonanya.

"Ok aku kesana."

"Demi Patrick sohib spongebob lahir bathin, aku ngasi info sepanjang jalan kenangan dan kamu Cuma bales tiga kata doang?. Tiga kata doang Sairraaa?."

"Maaf."

"Kan kamu minta maaf lagi, yakin aku catatan dosamu pasti bersih banget karena keseringan minta maaf."

Aku hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Litta sembari beranjak setelah mematikan laptop yang sejak tadi menyala namun sama sekali tak ku sentuh. Rasanya ada nyeri yang kembali hadir setiap aku mendengar kata dosa dan bersih di gabungkan dalam satu kalimat, karena aku adalah makhuk paling ta bersih dan dianggap pendosa mengerikan bagi orang-orang yang teramatku sayangi dulu.

"Okelah, ngarep kamu ngomong panjang-panjang juga ibarat ngarepin Chris Evans tetiba ngaku jadi sodara sepupu mamaku. Cemumut aja ya bebh, sapa tau abis dari sana status you berubah jadi bu bos hihi...."

Aku menggelengkan kepala mendengar ucapan Litta, selain karena bahasa kelewat gaul cenderung aneh serta tawanya yang mirip kuntilanak, aku juga selalu dibuat tak habis fikir dengan obsesinya yang berharap aku bisa menemukan pasangan segera. Tak tahukah ia bahwa aku dan lelaki adalah kombinasi paling mustahil di dunia ini.

****

Aku memasuki ruang besar dengan pintu ganda berwarna coklat, ruangan yang kuketahui sebagai ruangan boss besar firma hukum tempatku bekerja. Aku tak pernah memasuki ruangan ini, kecuali beberapa hari lalu saat pak Zainal tiba-iba memanggilku dan hanya mengamatiku saaat kami berhadapan di dalam, beliau tak mengeluarkan sepatah kata apapun dan hanya mengagguk lalu tersenyum puas sebelum memintaku keluar dan kembali bekeja dengan semangat. Hal aneh yang kembali terjadi hari ini, Bu Shanty dengan raut wajah yang aneh dan senyum kaku yang nampak gugup memintaku masuk dengan bahasa yang kelewat sopan, menimbulkan keheranan yang semakin menjadi saat bu shanty tidak ikut masuk, wanita paruh baya hanya mengangguk sekilas saat membukakan pintu untukku.

Aku meremas tanganku dan mengangkat wajah yang sejak tadiku tundukkan ketika pintu ruangan tertutup, aku memfokuskan pandangan pada sosok tinggi tegap yang berdiri membelakangiku, menghadap jendela yang juga menampakan rintik hujan dengan latar langit yang suram seperti yang kunikmati sebelum Litta datang tadi.

Aku merasakan atmosfer ruangan berubah, menyesakkan. Punggung itu terlihat familier, mengingatkan pada malam suram yang mati-matian berusahaku lupakan hingga kini. Aku menetralisir detak jantungku yang bertabuh takut. Mengambil nafas perlahan lalu berusaha bicara memberitahukan kehadiranku di ruangan ini.

"Permisi pak saya Sai...."

Aku belum sempat menyelesaikan kalimatku ketika sosok tinggi tegap itu berbalik ke arahku, menampilkan wajah yang membuatku merasa seakan seluruh aliran darahku tersedot habis tak bersisa.

Dia....

"Selamat siang my little saee....apa kabar?."

Lelaki malam suram yang memberikan makhluk ajaib yang telah hilang.

Tbc

Love,

Rami

Simpul MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang