Brand New Start

14 0 0
                                    

Aku berdiri tepat di depan kamarnya. Hari ini aku menyempatkan diri untuk mengunjunginya. Yah, hari ini aku sengaja mengosongkan semua kegiatanku. Hanya untuknya, sahabatku.

Aku mengetuk pintu bercat cokelat tua. Pintu itu terdapat stiker yang bertuliskan Cuma teman gw aja yang boleh masuk!. Aku menyunggingkan senyum saat membacanya. Tidak ada jawaban yang terlontar dari dalam kamar.

'Masuk saja di' teriak sang ibu dari lantai bawah.

Aku menarik gagang pintu secara perlahan. Pandanganku segera menyapu keseisi ruangan. Tempat tidur itu kosong. Meja computer itu juga kosong. Televisi 21 inch itu

dalam keadaan mati. Hanya jendela yang menyerupai pintu itu terbuka lebar. Gorden sutra berwarna putih berterbangan indah tertiup angin, disore hari yang mendung. Aku mendekati kearah jendela. Suasana sangat hening terasa. Entah kesedihan apa yang sedang melanda. Yang aku ingat sebentar lagi hari bahagia untuknya akan segera datang.

Aku mendapatinya sedang terduduk lusuh di balkon kamar. Ada pemandangan yang tidak biasa saat aku melihatnya. Ia merokok. Sejak kapan ia menyukai rokok?. Dahulu bukannya ia yang selalu meneriakkan tepat di depan mukaku. Di samping telingaku betapa jahatnya rokok itu.

'Rokok itu tidak ada gunanya. Di rokok itu dari ujung atas sampai bawah tidak ada manfaatnya, yang ada racun-racun yang siap merusak seluruh organ tubuh kita.'

Aku masih ingat jelas kata-kata itu. Ekspresi wajahnya saat mengucapkan. Gemuruh emosinya jika aku tidak menuruti apa katanya. Aku masih sangat ingat. Tetapi kini, dia tengah duduk asyik dengan sebatang rokok di tangannya dan beberapa putung rokok yang sudah tegeletak tak guna di dalam asbak. Entah apa yang dipikirannya. Ia terlihat jalang dengan rokok di tangannya.

Ia memandangku sekilas lalu kembali ke dunianya. Suasana hening. Aku bingung harus mulai dari mana. Aku tidak mengenal sosok orang yang sedang duduk di sampingku ini. Ia jauh berbeda.

'Ada apa si?' tanyaku. Ia menghisap rokok itu lagi. Dalam sekali ia menghisapnya. Ada kekecewaan di sana. Ia seolah berat sekali untuk membuka mulutnya dan bercerita apa yang terjadi. Kekakuan melanda kami. Entah ada aura negative apa.

'Gw batal nikah' katanya. ia kembali menghisap rokok itu.

Aku terdiam. Aku dapat merasakan pedih itu. Sedih itu. Terkejut menusuk relungku yang ikut sakit karena kabar tersebut. Aku tahu seberapa besar kebahagiaan yang ia rasakan dan ia miliki waktu dirinya akan diikat oleh akad. Cintanya pada sang pria yang kutahu tulus. Ia rela tidak tidur hanya untuk memikirkan rencana pernikahannya. Semua konsep ia atur. Semua harus seizinnya.

'Kenapa bisa begitu? Apa yang terjadi dengan lu berdua?.'

Matanya mulai berkaca. Beban itu masih ada. Tidak bisa disembunyikan jika pertanyaan sejenis itu mencuat dan menusuk telinganya.

'Gw gak tahu kegilaan apa yang buat dia begitu ...' bibirnya bergetar hebat 'dia ngebatalin pernikahan ini karena gak yakin dengan hatinya. Dia bilang selama ini hanya keterpaksaan saja menjalin ini semua, selagi ada yang mencintai dia dan dia belum bisa mencintai gw.'

Aku tertegun mendengar penjelasannya. Kebodohan macam apa ini?. Aku tidak habis pikir. Rencana apa yang sedang dilakukan nino mantan calon pengantin itu. Jika memang dia tidak mencintai Radhinia, sahabatku. Nino benar-benar actor yang sangat hebat. Cemerlang. Brilliant. Acting actor sekelas Leonardo Dicaprio di Titanic berhasil dikalahkan olehnya.

Aku juga hampir terpedaya dengan cinta yang ternyata palsu itu. Nino sering memberika kejutan-kejutan kecil hingga terbesar sekalipun. Semua itu dipersembahkannya dengan sempurna dan terencana. Setiap perayaan dan peringatan tak pernah luput dari rencana kejutannya.

Dan sekarang saat semuanya sudah jelas. Kebahagiaan serasa sudah ditangan. Keraguan seakan menjadi sesuatu hal yang sangat mustahil jika mengingat setiap kejutan yang menghiasi setiap tanggal yang disesaki oleh perayaan dan peringatan. Dan semua itu dilingkari bulat-bulat oleh nino. Batal begitu saja oleh karena keraguan dan kepura-puraan yang mengawali hubungan ini.

3 tahun itu sekaan tidak cukup untuk menumbuhkan cinta yang nino bilang tidak ada. Sekali lagi actingnya begitu cemerlang. Big applause buat nino.

Kesalahan terbesarnya adalah ketidak jujurannya. Nino membuat Radhinia kepayang atas cinta yang dirasanya sudah sempurna. Kebahagiaan adalah satu-satunya kata yang berada dimasa depan. Radhinia merasa beruntung mendapatkan Nino dihidupnya.

Jika memang cinta belum tumbuh. Kenapa ia membuatnya seperti ini. Apa status yang ia cari?. Agar tidak malu dalam pergaulan. Dan dengan bangga bilang.

'Gw gak jomblo.'

Kenapa tidak mencari wanita lain jika memang tidak cinta. Lagi-lagi alasan klise terpampang jelas menjadi pembenaran.

Gw kira dengan berjalannya waktu, rasa cinta ini bakal tumbuh tetapi malah nggak cuma simpati saja.

Ingin sekali aku tertawa dan berteriak BODOH sekencang-kencangnya kepada orang yang mengatakan hal itu. Hanya orang yang tak berhati saja yang tidak bisa menumbuhkan rasa itu, di mana bukan hitungan hari mereka lalui tetapi tahun. Sangat tidak masuk akal apabila bisa bertahan selama itu jika tidak ada rasa sayang yang berperan di sana.

Kini jelas kemungkinannya.

Nino memang bangsat atau Nino memang Homo.

Aku masih memandangi wajahnya. Kini rokok ditangannya sudah habis. Ia tidak lagi melanjutkannya. Matanya memiliki garis hitam dilingkarnya. Menandakan ia kurang tidur akhir-akhir ini.

'Trus kenapa lu jadi begini. Lu jadi perokok. Ngurung diri gak jelas gini. Gw tahu ini berat buat lu. Tapi jangan jadi begini. Ngapain lu pikirin orang gak guna macam nino.' Kataku.

Ia menarik napas dalam-dalam. Lalu membenarkan duduknya. Matanya masih lurus memandang kedepan.

'Gw begini bukan karena dia. Gw begini karena keodohan gw yang gak peka.'

Aku terdiam. Aku mendekatkan dudukku padanya. Aku merangkulnya. Dia ikut meraihku. Ia melepaskan semuanya. Semua kepedihan yang dirasa.

'Gw mau membersihkan semuanya. Gw mau hidup baru. Gw mau bayang-bayang dia gak ada lagi dihidup gw. Biar alam yang melakukan itu. Gw yakin alam mengerti apa yang gw rasa sekarang. Gw gak mau nangis di kamar mandi dan membersihkan diri dari segala kesialan. Atau melempar celana dalam ke laut. Apalagi mandi kembang.'

Ia bicara dengan raut keyakinan. Aku suka itu.

Tak lama kemudian hujan turun. Aku dan dia segera berhambur ke luar rumah. Ada segurat kepuasan di wajahnya. Hidup baru kini dimulai. Alam memang memiliki bahasanya sendiri. Kuasa alam menjawab semuanya. Keinginannya. Lepas dari segala yang menyakitkan.

Radihini kembali tersenyum tanpa harus terluka.

Hujan ini melepaskannya dari kepura-puraan yang didapatnya.

Satu hal yang tidak pernah ada kepura-puraan di sana.

Turunnya hujan dari langit.

Besoknya ia menelpon aku pagi-pagi sekali.

'RADI, IT'S BRAND NEW START !! GW TUNGGU DI TEMPAT BIASA NANTI SORE, BYE!.'

Tut ..tut ..tut ..tut

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Brand New StartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang