1

32 4 0
                                    



Menuju Bali

Bekasi, 2013.

Inilah yang dilakukan Putra setelah setelah resign dari kantor nya, sebuah tas besar siap digendong, Putra berpamitan dengan ayah, ibu , dan adik perempuan nya. Perjalanan menuju Bali adalah cara Putra untuk sedikit melepaskan beban di fikiran nya, semoga semua ini cepat berlalu itu lah yang di harapkan dan perjalanan ini adalah salah satu cara membunuh waktu yang semakin melambat.

"Berapa lama di Bali, Nak?". Tatapan ibunya begitu haru namun tetap sejuk dipandang, tatapan yang nantinya akan membuat Putra rindu rumah.

"Belum tau Bu, mungkin dua minggu, atau bisa lebih"

"Cepat pulang, Nak" Ibu Putra memeluk anak laki-laki satu-satunya itu, Putra punya satu adik perempuan, Mia nama nya.

Jangan berpikir kalau Putra adalah satu-satunya yang bersedih mengenai batalnya pernikahan di antara Laras dan Putra, Ibu Putra juga merasa sedih, 7 tahun sudah cukup bagi perempuan itu untuk menyayangi Laras, Laras juga di nilai mampu untuk mengayomi dan mencintai anaknya Putra. Namun mengenai apa yang terjadi diantara mereka berdua Ibu Putra tau kalau Putra bisa menyelesaikannya, bila harus berakhir itu keputusan terbaik Putra dan ibu Putra paham betul akan hal itu. 'Pendewasaan dalam hal menghadapi masalah hidup, biarlah Putra tak perlu tau soal sedih ku ini' batin ibunya.

Setelah berpamitan dengan ibunya, Putra memeluk adiknya.

"Mia mau oleh-oleh ya, Mas"

"Iya, Dek. Nanti mas bawain oleh-oleh buat Mia". Mia adik Putra yang masih duduk di bangku SMP kelas tiga itu pun di peluk seraya di acak-acak rambutnya, itu cara Putra dan Mia bercanda kecil, kemesraan antara adik dan kakak.

Ayah Putra yang sedang menonton telivisi di ruang tengah juga tentu tak mungkin dilewati Putra untuk dipamiti, ayah Putra nampak biasa saja, tenang sambil minum teh, ayahnya juga lebih tak ingin nampak sedih, dia tau anak laki-lakinya akan lebih bisa mandiri dan mengambil sikap atas kejadian yang menimpanya, iya mandiri adalah kata kunci dalam cara ayah Putra mendidiknya.

"Yah aku pamit". Putra mencium punggung tangan kanan ayahnya

"Jaga diri, Nak". Jawaban singkat namun penuh do'a dari seorang ayah.

Ibu, ayah, dan Mia mengantarkan Putra dan sadam teman Putra yang akan pergi ke Bali ke depan pintu pagar rumah, sadam memang sedari kuliah senang bepergian jiwa petualang itu di dirinya, tapi kali ini tujuannya jelas ke Bali seraya mengunjungi Paman nya. Entah cocok atau tidak bila perjalanan ini disebut liburan, bagi Sadam mungkin ini kunjungan ke rumah kerabatnya yang ada di Bali, namun bagi Putra ini adalah perjalanan tentang melupakan, Putra ingin sejenak menjauh dari kehidupannya sehari-hari mencari angin baru, menenangkan hati yang sedang bergemuruh setelah perang antara cinta dan logika, reda yang tersisa tinggal luka, luka yang diharapkannya dapat di sembuhkan oleh waktu, dan perjalanan ke Bali bisa jadi membantu sedikit dalam masa pengobatan ini.

*****

Sadam adalah teman putra di kala SMA, sadam tau sedikit perihal Laras walaupun tidak semua nya dia tau, tapi yang pasti sadam tau hubungan itu telah berlangsung lama, jelas sadam tau persis kalau kini Putra tengah di rundung kalut, dan sebagai teman tak ada salah nya dia menghibur, perjalanan ini adalah salah cara Sadam menghibur Putra.

Ketika putra di ajak Sadam untuk ikut ke Bali berkunjung ke rumah salah satu saudara nya di sana, Putra langsung meng-iya kan kebetulan pula Putra baru saja resign dari tempat dimana dia bekerja.

Sadam sudah mengatur semua soal perjalanan ini, perjalanan pergi mereka akan di tempuh melalui jalur darat, bukan soal biaya tapi soal menikmati perjalanan nya dimana mereka akan naik kereta pergi ke Jogja selama 6 jam, di lanjut perjalanan naik kereta api ke Banyuwangi perjalanan akan di tempuh selama 10 jam, dari stasiun bayuwangi perjalanan akan di lanjutkan naik kapal ferry dari pelabuhan ketapang, pelabuhan ketapang ini hanya berjarak 200 meter dari pelabuhan Gilimanuk bali, menyebrang dari pelabuhan ketapang lalu sampai lah di pulau Bali. Rencana yang sudah disiapkan dengan matang oleh Sadam, Putra juga sudah pasti setuju, karna Putra baru kali ini jadi backpacker dan belum tau banyak soal seluk beluk dalam merancang perjalanan.

*****

Kamu, Titik Terang.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang